Saat ini, banyak dari kita yang menjadikan pekerjaan sampingan sebagai cara untuk menambah penghasilan. Namun, saya merasa ada stigma yang mengemuka ketika kita membicarakan topik ini.
Ada anggapan bahwa pekerjaan sampingan adalah tanda ketidakmampuan kita dalam mengelola keuangan atau bahkan kegagalan dalam karier utama. Padahal, bukankah setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda? Keresahan ini sering kali diabaikan, dan penting untuk menyuarakan apa yang sebenarnya terjadi di balik layar.
Saya melihat bahwa di lingkungan sekitar, pekerjaan sampingan sering kali dianggap sebagai alternatif yang tidak serius. Teman-teman saya, misalnya, merasa harus menjelaskan diri mereka ketika menjabat sebagai freelancer, pebisnis online, atau bahkan pengemudi ojek online.
Di benak masyarakat, pekerjaan-pekerjaan ini seolah tidak sepadan dengan jabatan "resmi" yang dipegang seseorang. Hal ini menciptakan tekanan tersendiri, di mana seseorang merasa perlu mempertahankan citra tertentu, meskipun kenyataannya mereka sedang berjuang untuk bertahan hidup.
Melihat fenomena ini, saya jadi berpikir, apa sih yang salah dengan memiliki pekerjaan sampingan? Saya sendiri adalah salah satu dari banyak orang yang berusaha mengejar mimpi sambil memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pekerjaan sampingan bagi saya bukan hanya sekadar menambah penghasilan, tetapi juga sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan keterampilan baru. Misalnya, saya memulai bisnis kecil-kecilan yang tidak hanya memberi pemasukan tambahan tetapi juga memberi kepuasan tersendiri.
Satu hal yang sering dilupakan adalah bahwa banyak orang di luar sana yang memiliki tanggung jawab besar. Mungkin mereka harus mendukung keluarga, membayar utang, atau hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup. Di tengah biaya hidup yang terus meningkat, memiliki pekerjaan sampingan adalah pilihan yang rasional. Namun, stigma yang muncul justru menambah beban psikologis. Kita seharusnya mendukung satu sama lain, bukan justru menghakimi pilihan orang lain.
Saya juga menyadari bahwa stigma ini dapat memperburuk kondisi mental individu. Ketika seseorang merasa harus bersembunyi atau menyembunyikan aktivitas mereka, dampaknya bisa sangat merugikan. Rasa malu dan ketidakpuasan diri dapat muncul, yang pada akhirnya berpotensi menyebabkan masalah kesehatan mental. Saya percaya, alangkah baiknya jika kita bisa membuka percakapan tentang pentingnya pekerjaan sampingan tanpa merasa harus menghakimi.
Jadi, saatnya kita mulai meruntuhkan stigma tersebut. Mari kita mulai melihat pekerjaan sampingan bukan sebagai tanda kelemahan, tetapi sebagai upaya dan perjuangan untuk hidup lebih baik. Saya percaya, setiap orang memiliki cerita dan alasan di balik keputusan mereka.
Dengan mengubah cara pandang kita, kita tidak hanya membantu diri kita sendiri tetapi juga orang-orang di sekitar kita untuk meraih impian tanpa rasa takut akan penilaian. Sudah saatnya kita menjadi lebih inklusif dan menghargai setiap langkah yang diambil oleh orang lain, terlepas dari pekerjaan yang mereka pilih.
Baca Juga
-
Mengasah Kesabaran dan Kontrol Diri melalui Ibadah Puasa Ramadan
-
Lagu 'Like JENNIE' sebagai Manifesto Kepercayaan Diri Seorang Superstar
-
Transformasi Ramadan: Mengalahkan Diri Sendiri untuk Hidup yang Lebih Baik
-
Terjebak di Lingkaran Toxic? Simak Review Lirik Lagu "Love Hangover" Jennie
-
The Lazy Song Bruno Mars dan Kesenangan Bermalas-malasan Tanpa Rasa Bersalah
Artikel Terkait
-
Pekerja Indonesia Disarankan Tak ke Myanmar, Kamboja dan Thailand: Rawan TPPO!
-
Lisa Mariana Kerja Apa? Jengkel Dituduh Rela Bongkar Hubungan dengan RK demi Dapat Endorse
-
Segel Kantor Penyalur PMI di Bekasi, Menteri Karding Ancam Cabut Izin PT MIA Selamanya, jika...
-
Bill Gates Prediksi Profesi Dokter dan Guru Bakal Hilang 10 Tahun Lagi
-
CEK FAKTA: Lowongan Kerja PT Ajinomoto Mendaftar via Tautan di TikTok
Kolom
-
Antara Doa dan Pintu yang Tertutup: Memahami Sajak Joko Pinurbo
-
Indonesia Krisis Inovasi: Mengapa Riset Selalu Jadi Korban?
-
AI Mengguncang Dunia Seni: Kreator Sejati atau Ilusi Kecerdasan?
-
Lebaran di Tengah Gempuran Konsumerisme, ke Mana Esensi Kemenangan Sejati?
-
Jalan Terjal Politik Ki Hajar Dewantara: Radikal Tanpa Meninggalkan Akal
Terkini
-
Kai EXO Siap Sambut Musim Panas di Teaser Video Musik Lagu 'Adult Swim'
-
Ulasan Novel Dunia Sophie: Memahami Filsafat dengan Sederhana
-
Real Madrid Babak Belur Demi Final Copa del Rey, Carlo Ancelotti Buka Suara
-
Remake Film Mendadak Dangdut: Apa yang Berubah?
-
Piala Asia U-17: 3 Pemain Timnas Indonesia yang Diprediksi akan Tampil Gemilang