Baru-baru ini, muncul teknologi deepfake telah muncul sebagai salah satu inovasi paling kontroversial dalam dunia digital.
Deepfake sendiri merujuk pada teknik kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan pengguna untuk membuat video yang sangat realistis dengan memanipulasi wajah dan suara seseorang.
Meskipun teknologi ini memiliki manfaat untuk digunakan dalam film, hiburan, dan seni, namun nyatanya saat ini justru digunakan sebagai alat isu untuk melakuan kekerasan terhadap perempuan.
Pengertian Teknologi Deepfake
Teknologi deepfake adalah jenis kecerdasan buatan yang digunakan untuk membuat gambar, video, dan rekaman audio palsu yang meyakinkan.
Istilah ini menggambarkan teknologi dan konten palsu yang dihasilkan dan merupakan gabungan dari deep learning dan fake.
Deepfake sering kali mengubah konten sumber yang sudah ada, di mana satu orang ditukar dengan orang lain.
Deepfake juga menciptakan konten yang sepenuhnya asli, di mana seseorang digambarkan melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan atau katakan
Dampak Teknologi Deepfake
Bahaya terbesar yang ditimbulkan oleh deepfake adalah kemampuannya untuk menyebarkan informasi palsu yang tampaknya berasal dari sumber tepercaya.
Hal itulah yang menjadikan deepfake menimbulkan ancaman serius.
Dampak paling serius dari deepfake adalah penggunaannya dalam konteks pornografi tanpa konsen.
Banyak yang menjadi korban ketika wajah atau tubuh mereka dipasang pada sebuah video pornografi.
Pembuatan video tersebut kerap kali ada tanpa sepengetahuan atau persetujuan dari mereka.
Banyaknya peristiwa tersebut bukan hanya bentuk dari pelecehan seksual, tetapi juga pelanggaran terhadap privasi dan kehormatan dari seseorang.
Banyaknya korban tersebut terbukti bisa dilihat dari negara Korea Selatan yang geger karena Deepfake ini.
Terbukti dari, menurut Badan Kepolisian Nasional Korea Selatan, terdapat 297 kasus kejahatan deepfake pornografi yang dilaporkan dari Januari hingga Juli.
Dari 178 terdakwa, 113-nya adalah remaja. Pihak kepolisian Seoul juga sudah menangkap 10 remaja berusia 14 tahun atas kejahatan ini.
Berdasarkan hal tersebut, deepfake ternyata menciptakan risiko besar bagi korban.
Kecanggihan teknologi ini tentunya bisa mengalami trauma emosional dan sosial yang mendalam.
Korban Deepfake sering kali menghadapi stigma dan kesulitan dalam membangun kembali reputasi mereka, karena video yang dihasilkan dapat dengan mudah menyebar di internet dan sulit untuk dihapus.
Dari segi regulasi, saat ini belum terdapat aturan yang secara spesifik yang mengatur mengenai penyalahgunaan AI berupa deepfake porn.
Akan tetapi, karena kejahatan deepfake porn dilakukan melalui kecerdasan buatan, memiliki muatan pornografi, dan pelaku menggunakan wajah orang lain dalam pembuatan deepfake porn, maka kita dapat merujuk pada UU ITE dan perubahannya, UU PDP, UU Pornografi, atau UU 1/2023 tentang KUHP baru.
Tentunya masalah ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak dari kejahatan ini untuk menuntut kebijakan yang lebih ketat.
Berdasarkan ulasan di atas, kesimpulannya adalah walaupun teknologi deepfake memberikani manfaat bagi kehidupan kita.
Namun, nyatanya teknologi deepfake bisa disalahgunakan untuk alat kekerasan seksual. Oleh karena itu, upaya kolektif perlu dilakuan untuk menciptakan kesadaran masyarakat sekaligus regulasi yang ketat.
Baca Juga
-
Pernikahan Bukan Solusi bagi Korban Pelecehan Seksual, Hanya Nambah Masalah
-
Harapan untuk Presiden yang Baru: Kesetaraan Gender dalam Dunia Pendidikan
-
Pembangunan Infrastruktur Megah: Sudahkah Kesejahteraan Rakyat Terpenuhi?
-
Pengangguran Disabilitas: Kinerja Jokowi dan Harapan untuk Pemimpin Baru
-
Satu Dekade Jokowi: Diplomasi dan Ketergantungan Ekonomi pada China
Artikel Terkait
-
Buat Konten 30 Hari Nonstop? KazeeAI Solusi Otomatis Humas dan Marketing
-
Apple Tunda Vision Pro Murah, Mimpi AR/VR Terjangkau Kandas?
-
Google, Nvidia, AWS, dan Wowrack Bahas Teknologi Masa Depan
-
Merajut Penyembuhan dari Luka Batin dalam Buku 'Sulung dan Nyonya Ai'
-
Kolaborasi PJI dan AWS Ajak 300 Siswi Eksplorasi di Bidang STEAM
Kolom
-
Suswono dan Politik Riang Gembira yang Kebablasan
-
Pra-Peradilan Tom Lembong di Tengah Pusaran Dugaan Korupsi Impor Gula
-
Puncak Gunung Es: Penangkapan Oknum Pegawai Komdigi dan Masalah Judi Online
-
Pembakaran Buku Najwa Shihab: Keruntuhan Literasi dan Strategi Membungkam Kritik Publik
-
Gaji Guru dan Honorer Naik pada 2025: Harapan atau Sekadar Angin Lalu?
Terkini
-
Calvin Verdonk Kritik Taktik Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, Mengapa?
-
ITZY Gold: Percaya Diri untuk Bersinar Seperti Emas di Jalan Masing-masing
-
Bakal Hadapi Jepang, Bagaimana Rekor Timnas Indonesia vs Samurai Biru?
-
Teror Mencekam, 4 Rekomendasi Film Horor Bertema Kutukan yang Seru Abis!
-
Farhat Abbas Ngaku Tak Pernah Hina Denny Sumargo: Kalau Dia Terang-terangan Menghina Saya