Anak muda atau orang yang belum menikah sering kali dicap sebagai orang yang tidak memiliki kebutuhan secara finansial. Orang sering berasumsi bahwa mereka memiliki cukup banyak uang karena belum memiliki tanggungan alias masih mengurus diri sendiri saja.
Anak muda juga identik dengan kebebasan sehingga mereka seolah bisa melakukan apa pun dengan waktu dan uang mereka. Hal ini tentu berbeda bila mereka sudah menikah. Karena harus ada yang diperhatikan selain diri sendiri. Maka, seolah tidak bisa sebebas seperti saat masih single dulu.
Padahal, dalam menjalani kehidupan sehari-hari, anak muda atau orang yang belum menikah juga memiliki banyak kebutuhan, sama seperti masyarakat yang lainnya.
Seperti kebutuhan untuk BBM, kuota, skincare, makan, tempat tinggal, memenuhi hobi, hingga membantu ekonomi keluarga.
Jadi sebenarnya tidak ada bedanya anak muda atau orang yang masih single dengan orang yang sudah menikah dalam hal finansial. Karena masing-masing mereka memiliki kebutuhan untuk dipenuhi.
Walau terlihat memiliki lebih banyak kebutuhan, orang yang sudah berstatus sebagai suami/istri dan ayah/ibu biasanya juga secara ajaib memiliki rezeki yang lebih banyak dari mereka yang single.
Rezeki tidak pernah tertukar. Jadi kalau memang rezeki kita hanya 7, masih berstatus single atau sudah menikah maka jatah kita akan tetap 7. Tidak akan berkurang atau bertambah.
Namun orang yang sudah menikah biasanya seolah memiliki sumber rezeki yang lebih banyak karena ada rezeki orang lain (anak/istri) yang dititipkan padanya. Jadi walau terkadang tampak lebih banyak, tapi sebenarnya rezeki mereka tetap 7 karena sisanya untuk anggota keluarga yang lain.
Maka, kita tidak boleh berkomentar tentang rezeki orang lain. Seperti kalimat, "Kamu 'kan masih muda, nggak punya tanggungan."
Karena kita tidak pernah tahu perjuangan apa yang sedang ia hadapi dan apa yang sedang ia usahakan.
Etika berkomentar memang sering kali dianggap remeh oleh banyak orang. Mereka menganggap komentar yang diucapkan hanya sebagai angin lalu. Padahal itu sangat berpengaruh pada si pendengar.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Lingkaran Setan Self-Reward: Menghargai atau Justru Menghukum Diri
-
Rusaknya Dunia Kerja Indonesia, Syarat Spek Dewa tapi Gaji Tak Mendekati Manusiawi
-
Mengingatkan atau Nyindir? Saat Pengingat Kebaikan Tak Lagi Terdengar Ramah
-
Penulis Wattpad 'Ngemis' Vote dan Komen, Selera Pembaca Bisa Dipaksakan?
-
SHINee 'Replay': Lagu Debut Ikonik Tentang Brondong Kesemsem yang Related
Artikel Terkait
Kolom
-
Followers Instagram sebagai Tolok Ukur Kedekatan, Benarkah?
-
Stop Gaya Hidup YOLO, Sekarang Waktunya YONO: You Only Need One!
-
Tunjuk Patrick Kluivert Gantikan STY, PSSI Lakukan Pertaruhan Paling Nekat
-
Budaya Labelisasi di Kampus: Merusak Relasi, Menghancurkan Niat Baik
-
Jam Kosong di Sekolah, Bukti Nyata Krisis Disiplin dalam Dunia Pendidikan
Terkini
-
Mengenal Pantai Jayanti, Pesona Wisata Alam Bagian Selatan Pulau Jawa yang Memukau
-
Dicap Mainkan Sepak Bola Negatif, Nyatanya Anak Asuh STY Sangat Produktif
-
Pelatih Vietnam Heran PSSI Pecat Shin Tae-yong: Dia Sudah Raih Hasil Bagus
-
Berlabuh ke Liga Thailand, Bagaimana Kans Bermain Pratama Arhan di Klub Barunya?
-
Perjalanan Penuh Makna di Novel 'Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan'