Menurut survei terbaru yang diluncurkan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute, anak-anak muda Indonesia menjadi yang paling pesimistis terhadap kondisi politik dan ekonomi dibandingkan dengan anak muda dari lima negara ASEAN lainnya.
Survei ini melibatkan 3.081 mahasiswa berusia 18-24 tahun dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Informasi tersebut diungkap oleh BBC Indonesia, yang menjelaskan bahwa pesimisme ini mencerminkan rasa frustrasi generasi muda terhadap sistem yang ada.
Bagaimana ini bisa terjadi di negara yang dipenuhi populasi muda yang seharusnya menjadi motor penggerak perubahan?
Dalam laporan tersebut, disebutkan 97 persen responden anak muda Indonesia merasa tidak yakin dengan masa depan ekonomi negara. Kenaikan harga barang, ketimpangan ekonomi, dan sulitnya akses ke lapangan kerja layak menjadi beberapa alasan utama.
Banyak dari mereka bahkan menganggap bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih menguntungkan segelintir elit, sementara mayoritas masyarakat, terutama anak muda, harus berjuang keras untuk sekadar bertahan hidup.
Dari sisi politik, pesimisme ini semakin tajam. Anak muda Indonesia lahir dan tumbuh dalam era reformasi yang menjanjikan kebebasan dan transparansi.
Namun, apa yang mereka lihat justru praktik korupsi yang seolah tak ada habisnya dan wajah-wajah lama yang terus mendominasi kursi kekuasaan. Rasa apatis ini semakin menguat karena mereka merasa suara mereka tidak pernah benar-benar didengar.
Hal ini menjadi ironi yang pahit. Dari pulasi lebih dari 70 juta jiwa anak muda, Indonesia seharusnya memiliki kekuatan besar untuk membawa perubahan.
Namun, bagaimana perubahan bisa terjadi jika generasi yang seharusnya penuh energi ini justru merasa bahwa mereka tidak memiliki peluang?
Teknologi dan akses informasi yang melimpah ternyata tidak cukup untuk melawan rasa frustrasi yang sudah mendarah daging.
Pesimisme anak muda Indonesia bukan sekadar keluhan kosong. Ini adalah cerminan dari kegagalan sistem yang tak mampu memberikan kepercayaan diri kepada mereka.
Ketika peluang ekonomi terbatas, pendidikan mahal, dan politik penuh intrik, bagaimana mereka bisa optimis? Fakta bahwa anak muda di negara ASEAN lainnya memiliki pandangan yang lebih positif seharusnya menjadi peringatan keras bahwa ada sesuatu yang salah dalam pendekatan kita.
Dari sini, pertanyaan besar yang muncul bukanlah mengapa anak muda Indonesia pesimistis, melainkan apakah sistem kita bersedia berubah?
Atau, seperti biasa, hal ini akan berlalu begitu saja sebagai headline media tanpa ada langkah nyata? Inspirasi dari informasi yang ada seharusnya membuka mata kita bahwa pesimisme bukanlah tanda kelemahan, melainkan peringatan bahwa kita harus segera memperbaiki arah.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
5 Mist Spray Terbaik untuk Cuaca Panas, Jaga Kulit Tetap Terhidrasi!
-
5 Essence Korea Terbaik untuk Kulit Cerah Maksimal, Sudah Coba?
-
Lembut dan Aman! 4 Face Wash Non-SLS Pilihan untuk Kulit Sensitif
-
Review Novel 'Sheila', Menyingkap Kekuatan Cinta dalam Pendidikan Khusus
-
4 Cleansing Oil Terbaik untuk Kulit Berminyak, Angkat Makeup Membandel!
Artikel Terkait
-
Dari Rival Jadi Rekan: Ironi Prabowo, Sekadar Simbol di Balik Bayang-Bayang Jokowi dan Gibran?
-
Rahasia Nuklir Iran Terbongkar! IAEA Desak Transparansi di Tengah Ketegangan Timur Tengah
-
Ekonomi RI Diramal Bakal Meroket 2 Tahun Lagi
-
Gebrakan 100 Hari, Presiden Prabowo Resmikan 37 Proyek Ketenagalistrikan: Fondasi Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
Polarisasi Politik: Apa Dampaknya pada Stabilitas Pemerintahan?
Kolom
-
Ada Fitur Mute dan Block, Media Sosial Nggak Selamanya Buruk, Kok!
-
Geger! Update Ukuran Feed ke Rasio 4:5 Terbaru Instagram Dapat Ledakan Protes Netizen
-
Gaji Guru dan Tuntutan Profesionalisme: Kesenjangan yang Mengkhawatirkan
-
Dari Rival Jadi Rekan: Ironi Prabowo, Sekadar Simbol di Balik Bayang-Bayang Jokowi dan Gibran?
-
Beban Administrasi vs Fokus pada Murid: Dilema Guru di Era Kurikulum Merdeka
Terkini
-
Nostalgia! NCT Wish Tampil Energik dan Ceria di MV Spesial Lagu 'Miracle'
-
10 Tahun Menanti, MV Mr. Chu Apink Akhirnya Capai 100 Juta Views di YouTube
-
Ulasan Buku Kebiasaan Sella, Pentingnya Mengajarkan Kemandirian pada Anak
-
Film It Chapter 2: Kembalinya Teror Badut Jahat setelah 22 Tahun Berlalu
-
Ulasan Film Hear Me Our Summer, Kisah Cinta Sederhana tapi Luar Biasa Ngena