Scroll untuk membaca artikel
Fabiola Febrinastri | Arjal Kusuma
Ilustrasi vaping. (Dok : Istimewa)

Ada beragam bahaya vaping yang patut Anda waspadai. Berbeda dengan rokok tembakau, vape memang tidak mengandung zat berbahaya, seperti tar dan karbon monoksida. Kendati demikian, bukan berarti vape lebih aman dibandingkan rokok tembakau. Vape justru memiliki kandungan zat kimia berbahaya, seperti nikotin, asetaldehida, akrolein, propanal, formaldehida, logam berat, dan diasetil, yang hampir sama dengan rokok tembakau.

Ini beberapa hal yang patut diwaspadai dari vape:

1. Menyebabkan ketagihan

Sama seperti rokok tembakau, vape juga mengandung nikotin yang dapat menyebabkan ketergantungan. Nikotin yang terkandung dalam vape dapat merangsang otak melepaskan hormon dopamin dalam jumlah banyak, sehingga mengakibatkan efek ketergantungan.

Vaping tidak membantu Anda untuk berhenti merokok, tapi justru membuat Anda menjadi ketergantungan.

2. Membahayakan paru-paru

Meski tidak memakai tembakau, bukan berarti bahaya vaping lebih ringan daripada rokok tembakau. Rokok elektronik tetap memiliki kandungan nikotin yang dapat meningkatkan risiko peradangan pada paru-paru dan mengurangi kemampuan jaringan pelindung di paru untuk melindungi organ paru.

Tidak hanya itu, diasetil yang terkandung di vape juga dapat menyebabkan munculnya penyakit bronkiolitis obliterans, atau lebih dikenal sebagai paru-paru popcorn (popcorn lung)."

3. Membahayakan jantung

Selain berdampak buruk bagi kesehatan paru-paru, nikotin yang terdapat di vape juga bisa mengganggu jantung. Saat nikotin diserap dan melalui aliran darah, kelenjar adrenal dapat terangsang untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenal). Pelepasan hormon epinefrin inilah yang menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung meningkat.

4. Menyebabkan gangguan pada janin

Pada ibu hamil, penggunaan vape secara aktif maupun pasif (terpapar asap vape dari orang lain) dapat membahayakan janin di dalam kandungannya. Paparan nikotin dan zat berbahaya lain di dalam vape dapat mengganggu perkembangan janin.

Sedangkan pada anak-anak, paparan nikotin dari vape dapat menggangu perkembangan otaknya serta memengaruhi daya ingatnya.

5. Meningkatkan risiko terkena kanker

Sama seperti rokok tembakau, vaping juga bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker. Kandungan formaldehida yang terdapat dalam vape bersifat karsinogenik, sehingga bila dihirup dalam jangka waktu lama, dapat memicu munculnya sel-sel kanker.

Bahaya vaping lainnya adalah jika cairan nikotin yang digunakan untuk mengisi rokok elektrik terkena kulit, atau tak sengaja terminum oleh anak-anak. Hal ini dapat mengakibatkan kondisi serius, bahkan bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu, selalu simpan dan buang alat vaping dengan benar untuk mencegah anak keracunan vape.

Beberapa tanda dan gejala keracunan nikotin adalah pucat, muntah, berkeringat, mengeluarkan air liur, gemetar, kejang, hingga pingsan. Jika Anda menemukan anak dalam kondisi demikian, segeralah bawa ke UGD untuk mendapatkan penanganan.

Setelah mengetahui bahaya vaping, Anda diharapkan dapat lebih bijak dan menghindari penggunaan vaping maupun rokok konvensional. Jika Anda memiliki keluhan kesehatan setelah menggunakan vaping, atau ingin menghentikan kebiasaan merokok dan vaping, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.

Pengirim : Rudi Arsyad, mahasiswa universitas swasta

Arjal Kusuma