Ilmu kesehatan kini terus berkembang pesat, salah satunya metode sunat. Selain metode konvensional, kita mengenal sunat laser, sunat cauter dan terbaru sunat stapler.
Masing-masing metode tentu menawarkan keunggulan dibanding metode lama. Metode lama dengan proses penyayatan pasti menimbulkan pendarahan.
Proses menghentikan pendarahan pada metode lama juga membutuhkan waktu lama. Selain itu, rasa sakit yang ditimbulkan dalam metode lama kadang membuat anak menjadi takut untuk melakukan sunat yang menjadi kewajiban umat Islam ini.
Direktur Rumah Sunat Jogja, dr Lukluk Purbaningrum mengatakan, kini yang sedang berkembang adalah metode paling terbaru, yang dikenal dengan sunat stapler.
Lukluk menjelaskan, alat stapler sunat diciptakan berdasarkan konsep yang sama dengan stapler yang digunakan oleh dokter-dokter bedah untuk melakukan pembedahan penyakit wasir atau ambeien.
"Teknik jahitan menggunakan stapler telah lama digunakan dalam dunia kedokteran, terbukti reliable dan menjadi pilihan bagi dokter bedah," paparnya, Rabu (25/9/2019).
Ia menerangkan, teknik sunat stapler memiliki keunggulan dibandingkan metode lain, karena proses khitan dilakukan dengan sangat singkat dan minimal rasa sakit.
"Prosesnya bisa 10 - 15 menit saja, sangat singkat, karena tidak membutuhkan jahitan khusus untuk menyatukan kulit. Kita hanya memasang seal atau behel secara melingkar. Sunat stapler juga minimal rasa sakit, terutama saat pelepasan alat, hanya cincin silikon dan perban. Itu pun menggunakan perban khusus yang memudahkan saat dilepas," terang Lukluk, yang mendapatkan penghargaan teknik sunat stapler dari China dan Turki ini.
Soal penyembuhan luka, anak yang menggunakan sunat stapler akan lebih cepat sembuh karena hampir tidak ada pendarahan dan pembengkakan saat khitan.
Secara medis, sunat ini juga lebih higienis karena menggunakan alat sekali pakai, sehingga risiko menularkan penyakit jauh lebih rendah.
"Yang cukup menarik, hasilnya jauh lebih rapi dan estetik. Metode ini bisa digunakan segala umur, mulai anak-anak hingga dewasa," tambahnya.
Lukluk mengaku, saat ini metode sunat sudah jauh berkembang. Anggapan jika sunat adalah hal yang menakutkan, perlahan-lahan mulai dihilangkan.
"Rumah Sunat Jogja misalnya, saat proses sunat yang cepat dan minim rasa sakit, anak juga bisa menikmati sajian virtual reality sehingga khitan menjadi lebih menyenangkan," ujar dia.
Baca Juga
-
Warga Semeru Butuh Mobile Klinik, BSMI Siapkan Ambulans Taktis
-
Layani Ratusan Porsi, Askar Kauny Dirikan Dapur Umum untuk Penyintas Erupsi Semeru
-
Lebih Jauh Tentang Pembatasan Gerak Sosial
-
Omnibus Law dan Perlunya Kembali Mendengar Kekuatan Sipil
-
Kerap Gempa, BSMI Bengkulu Dilantik untuk Edukasi Siaga Bencana
Artikel Terkait
-
Takut Alat Kelaminnya Disunat, Kelakuan Bocah Ini Bikin Dokter Syok
-
Meski Jarang Terjadi, Sunat Juga Bisa Bikin Komplikasi
-
Waduh, Ini Tiga Indikasi Medis yang Membuat Lelaki Harus Sunat
-
Anak Ingin Sunat, Ini 5 Hal yang Wajib Diperhatikan Orangtua
-
Ngomel saat Nagita Slavina Bahas Sunat, Sikap Rafathar Jadi Sorotan
Lifestyle
-
Resmi Rilis, Oppo Reno 14 Pro Chipset Kencang dan Triple Rear Camera 50 MP
-
Nggak Perlu ke Salon! 5 Hairdo Wonyoung IVE Ini Bisa Kamu Coba Sendiri
-
Infinix Note 50S 5G+ Resmi Masuk ke Indonesia, Kamera 64MP dari Sony IMX682
-
4 OOTD Clean Look Simpel ala Wi Ha Joon, Bikin Gaya Makin Chic dan Stylish!
-
Chic dan Effortless, Ini 4 Inspirasi OOTD Irene RED VELVET yang Menawan!
Terkini
-
Review Lagu Wide Awake: Ajakan Bertahan Saat Dunia Terasa Sedang Runtuh
-
Kisah Anak Pengungsi dari Suriah dalam Novel The Boys at the Back of The Class
-
Manhwa I Became A Tyrant's Chambermaid: Lika-Liku Komedi Bareng Putra Mahkota
-
Taylor Swift Utarakan Beratnya Hubungan Toxic Melalui Lagu Cruel Summer
-
Hwang Jung Eum Ditinggal Banyak Brand, Imbas Jadi Pelaku Penggelapan Dana untuk Kripto