Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | selvi tri nurlita
Ilustrasi tahun baru 2020 - (Pixabay/Gellinger)

Tak terasa tahun 2019 akan berakhir. Dalam hitungan beberapa hari ke depan akan berganti menjadi 2020. Di Pontianak sendiri banyak kebiasaan yang dilakukan milenial dalam menyambut tahun baru. Mulai dari mewarnai rambut, meniup terompet, menyalakan kembang api, berjalan-jalan, barbeque, dan masih banyak lagi.

Hal yang paling tak dilupakan dalam momen pergantian tahun adalah kembang api. Kembang api selama ini dikenal sebagai pertanda bergantinya tahun. Berbagai bentuk kembang api kerap menghiasi malam pergantian tahun di berbagai wilayah. Kota Pontianak menjadi salah satu daerah yang ikut merayakan momen penggantian tahun dengan penuh kemeriahan.

Biasanya banyak orang menyambutnya dengan penuh suka cita. Ada yang berkumpul bersama keluarga, teman dan bahkan orang terkasih. Tak hanya dirumah, mereka juga merayakan tahun baru dengan mendatangi pusat keramaian.

Kota Pontianak memiliki tempat yang menjadi pusat untuk menunggu detik-detik pergantian tahun seperti taman Digulis, taman alun-alun Kapuas dan Jalan Gajahmada. Tempat-tempat tersebut sudah menjadi tempat langgangan masyarakat Kota Pontianak setiap tahun nya,  banyak jalan yang ditutup dan jalur jalan yang diubah sehingga menyebabkan kemacetan disepanjang jalan.

Pada momen ini, tentunya membawa berkah bagi pedagang kembang api. Seperti diungkapkan oleh Udin (34 tahun) salah satu pedagang kembang api di Jalan Gajahmada. Dari perayaan pergantian tahun yang berlangsung, Udin mengaku bisa meraup keuntungan 2 juta bahkan lebih dalam satu hari berjualan.

”Menjelang tahun baru biasanya saya berjualan dari pagi sampai sore. Dua minggu sebelum tanggal 31 saya biasanya sudah stay di depan kios teman saya ini. Kalau saya ingin pulang mandi atau salat, istri saya yang gantikan sebentar. Biasanya dua orang anak saya ikut berjualan di sini, mereka juga pengen melihat kemeriahan di jalan sama bapak dan ibu kata anak saya,” ucap Pak Udin.

Dia mengatakan, dirinya dan pedagang-pedagang kembang api lain mampu menjual banyak barang dalam satu harinya. Tetapi faktor cuaca yang mendukung juga sangat menentukan keberhasilan penjualan mereka. “Pernah dua tahun yang lalu saya dan kawan-kawan lainnya yang berjualan kembang api merasa sedih karena dua hari menjelang tahun baru itu hujan terus-menerus. Tapi tak apa, saya percaya rezeki saya sudah diatur sama yang diatas,” tambah Pak Udin.

Selain menjual kembang api, terompet juga menjadi salah satu barang terlaris menjelang tahun baru setelah kembang api atau petasan. Terompet yang dijual pun beragam bentuknya. Harganya mulai dari sekitar Rp5000 sampai sekitar Rp25.000. Pembeli terompet ini kebanyakan adalah anak-anak kecil.

Begitu juga dengan aksi mewarnai rambut. Salah satu anak muda mengaku bahwa dirinya merasa keren ketika rambutnya berwarna kuning kemerahan.

“Mumpung libur sekolah kak, makanya saya bisa pirang karna tidak ada guru yang melarang. Kalau pas masuk sekolah kan pasti dimarah sama guru kalau rambut saya pirang. Pirang itu keren kak, lebih kelihatan macho,” ucap Gilang.  Aksi mewarnai ini pun sudah sangat lumrah dikalangan masyarakat sebab ini sudah jadi acara tahunannya.

Menjelang pergantian tahun tak hanya pedagang terompet dan kembang api yang meraup keuntungan besar-besaran tetapi pedagang jagung, sosis, dan ayam pun mengalami hal yang serupa. Dari acara tahunan ini banyak pihak yang mengalami keuntungan dan ini pun tergantung dari cuaca saat menjelang tahun baru.

selvi tri nurlita

Baca Juga