Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Rico Andreano
Situs LinkedIn pada iPhone. [Shutterstock]

Linkedin merupakan platform media sosial yang peruntukkannya khusus tentang profesional. Media sosial tersebut bersifat global dan semua pengguna LinkedIn bisa melihat apa yang kita posting.

Tentunya berbeda dengan Facebook, Instagram, dan Twitter. LinkedIn lebih menekankan pada konten-konten yang berkaitan dengan pengembangan profesional, seperti bimbingan karir, tips karir, tips motivasional, lowongan kerja, maupun kerjasama bisnis.

Hal itulah yang membuat pengguna LinkedIn lebih bijaksana dalam memposting konten di LinkedIn. Sebab, apabila memposting konten negatif pada LinkedIn juga berpengaruh pada reputasi diri kita terhadap pengguna LinkedIn yang lain. 

Terutama untuk para pencari kerja yang kerap banyak memposting konten-konten yang berisi tentang keluh kesah, tendensimenjelek-jelekkan perusahaan sebelumnya, bahkan hal-hal berbau ujaran kebencian.

Apabila perekrut melihat konten-konten yang negatif, perekrut pasti berpikir ulang untuk merekrut pencari kerja dengan rekam jejak digital yang kurang baik.

Hal-hal yang berbau sensitif, seperti perbedaan pandangan politik, masalah agama, urusan privasi, kesukuan atau primordialisme, dan lain sebagainya seharusnya dihindari dalam menggunakan platform LinkedIn

Sebab, pengguna LinkedIn berasal dari beragam pandangan politik yang berbeda, agama yang berbeda, suku maupun ras yang berbeda. Banyaknya konten-konten berbau sensitif di LinkedIn memicu perdebatan, bahkan tak jarang ada yang perang debat di LinkedIn.

Berikut 3 hal yang tidak seharusnya diposting di LinkedIn

1. Konten Berbau Ujaran Kebencian

Ujaran kebencian atau hate speech yang bertujuan menyerang individu ataupun kelompok tertentu dengan hasutan, fitnah dan berita-berita bohong. Sebab konten-konten berbau ujaran kebencian sangat berpotensi menimbulkan perpecahan dan permusuhan antar individu maupun kelompok. 

2. Konten Berkaitan dengan Urusan Privasi

Urusan privasi tidak seharusnya disebarluaskan melalui media sosial. Sebab urusan privasi adalah aib pribadi yang cukup ditutup rapat-rapat.

Memposting konten berkaitan dengan hal privasi berarti sama saja dengan menyebarkan kejelekan diri sendiri maupun keluarga. Urusan individu dengan individu yang lain maupun urusan keluarga diselesaikan secara personal. 

3. Konten CV Tanpa Memblur Data Pribadi

Untuk mendapatkan pekerjaan, banyak pencari kerja memposting CV mereka di LinkedIn. Dengan begitu mereka akan mendapatkan informasi pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan maupun kompetensinya

Meski tidak salah, masih banyak pencari yang memposting CV atau Curriculum Vitae tanpa memblur atau menyamarkan data pribadi mereka, seperti tempat tanggal lahir, alamat, dan nomor kontak.

Mengingat data pribadi sangat sensitif dan rawan sekali akan penyalahgunaan data pribadi. Hal inilah yang patut diwaspadai dalam memposting konten CV di LinkedIn. 

Rico Andreano