Munirah | Funcrev
Ilustrasi Ibu Mengedukasi Anak Sejak Dini. (unsplash/Alexander Drummer)

Bagi sebagian orangtua, seks adalah hal yang tabu untuk diketahui oleh anak mereka. Bahkan sebagian orang kerap memberikan fakta-fakta palsu dengan harapan anak mereka tidak mengenal akan hal tersebut.

Jika terus disembunyikan hal ini justru dapat menimbulkan bahaya, karena rasa ingin tahu yang tinggi pada anak dapat mendorongnya untuk mencari tahu sendiri tanpa sepengetahuan dari orangtua.

Menghindari terjadinya hal tersebut, menjadi sebuah keharusan bagi setiap orangtua untuk memberikan pendidikan seks yang tepat sesuai dengan usia dan pola pikir anak. Pendekatan ini dinilai lebih efektif dan dapat melindungi anak dari kejahatan-kejahatan yang dapat menimpa anak.

Berikut adalah beberapa tahapan pendidikan seks sesuai usia dan pola pikir anak:

1. Usia balita

Di usia ini anak tengah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap bagian-bagian tubuh yang dimilikinya. Usia 0-2 tahun, anak akan banyak mengamati bagian-bagian tubuh hingga cara kerjanya.

Pada usia ini orangtua perlahan-lahan dapat mengenalkan bagian tubuh beserta fungsinya, tak terkecuali pada bagian alat kelamin dan alat vital lainnya seperti menunjukkan bagaimana cara membuang air dengan benar.

Menginjak usia 3-5 tahun pola pikir anak akan semakin berkembang. Di usia ini anak sudah mulai terbiasa menggunakan fungsi dari alat kelaminnya, seperti buang air sendiri. Pada usia ini, orangtua harus mulai mengenalkan perlindungan diri terhadap alat kelamin anak, seperti mengajari anak untuk memakai pakaian dalam ruangan tertutup hingga melarang sembarang orang menyentuh bagian kelamin dan alat vital lainnya.

2. Usia kanak-kanak

Menginjak usia kanak-kanak antara 6-8 tahun anak-anak mulai sering bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya, baik di sekolah maupun di tempat lain. Pada usia ini anak sudah mulai dapat di edukasi terkait citra dari masing-masing gender.

Orangtua juga dapat menjelaskan sedikit-sedikit tentang bagaimana berhubungan seksual itu berjalan, namun dengan peringatan bahwa hal tersebut hanya boleh dilakukan orang dewasa yang sudah menikah. Selain, sebagai pengetahuan bagi anak, hal ini juga dapat melindunginya dari kejahatan-kejahatan yang tidak diinginkan.

3. Usia pra remaja (pubertas)

Usia 9-12 tahun, pola pikir anak sudah mulai matang. Anak-anak sudah mulai mengalami pubertas, pada usia ini orang tua dapat menjelaskan perubahan-perubahan apa saja yang terjadi saat usia pubertas, seperti membesarnya payudara, pembesaran panggul, bahkan menstruasi pada anak perempuan atau pembesaran penis dan buah zakar pada anak laki-laki, serta tumbuhnya rambut kemaluan.

Penting untuk memberikan edukasi bahwa perubahan tersebut terjadi secara alamiah. Serta selalu peringatkan anak untuk selalu menjaga alat kelamin dan organ vital lainnya.

4. Usia remaja

Menginjak usia 12-18 tahun, biasanya anak laki-laki telah mengalami mimpi basah. Perubahan fisik dan emosional juga banyak terjadi di usia remaja. Anak mulai mengenal rasa cinta kepada lawan jenis.

Di usia ini hendaknya orangtua selalu terbuka kepada anak, tanamkan nilai-nilai tanggung jawab pada anak, dan selalu ingatkan bahwa berhubungan seksual hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah terikat hubungan pernikahan.

Pendidikan seks terbaik berasal dari keluarga. Jangan tutup-tutupi hal tersebut hanya karena orangtua enggan memberikan edukasi dan mengganggapnya tabu. Akan lebih berbahaya jika sampai anak mendapat informasi yang salah bahkan menjerumuskannya ke dalam hal-hal berbahaya.

Funcrev