Pandemi Covid-19, rentetan virtual meeting, serta tumpukan pekerjaan, menjadi kondisi yang mungkin dialami sebagian besar orang selama lebih dari satu setengah tahun terakhir. Tumpukan kondisi seperti ini, dapat membuat pekerjaan menjadi tertunda atau bahkan tak rampung, timbulnya tekanan, stres, sampai akhirnya mengalami burnout.
Burnout merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi tertekan, stres berkepanjangan yang dipicu oleh pekerjaan. Saat sudah dalam kondisi seperti ini, yang perlu dilakukan pertama kali adalah meluangkan waktu untuk menenangkan diri, mengambil jeda dari pekerjaan.
Hal ini cukup dilakukan beberapa menit saja. Atur nafas, lakukan relaksasi sejenak. Setelah itu perkuat mindset dan keyakinan diri bahwa tubuh, pikiran, dan perasaan Anda sudah bisa kendalikan dan diajak bekerja. Bila memang tak lagi sanggup merampungkan pekerjaan, tidak ada salahnya untuk menolak limpahan pekerjaan.
Namun, menolak pekerjaan tentu bukan hal yang mudah bagi setiap orang. Lalu bagaimana cara yang baik dan tepat untuk menolak pekerjaan demi cegah burnout? Berikut penjelasannya.
1. Hilangkan perasaan tidak enakan dan tetapkan visi misi
Perasaan tidak enak untuk menolak pekerjaan sering kali menjadi penghambat pertama yang dialami sejumlah orang hingga akhirnya menjadi beban bagi dirinya sendiri. Hal tersebut juga dapat menjadi akar masalah lain. Oleh karena itu, disarankan untuk meninggalkan perasaan tak enak demi kesehatan mental diri.
Berusaha menyenangkan orang lain tapi mengorbankan diri Anda sendiri adalah cara yang salah. Pada akhirnya pekerjaan dapat menjadi kurang maksimal saat dikerjakan. Untuk mengatasi perasaan tak enak ini, seseorang perlu menemukan akar emosi dan memahami alasan mengapa sulit untuk menolak pekerjaan. Misal karena takut dianggap kurang kompeten atau takut tidak disukai atasan. Setelah ditemukan cobalah pikirkan baik-baik dan coba untuk selesaikan.
Selain mencari akar emosi, cari juga "makna" secara pribadi dalam melakukan pekerjaan, sehingga bekerja itu tidak hanya menyelesaikan kewajiban namun ada visi misi besar secara pribadi yang membuat diri Anda menjadi lebih semangat. Jika dalam kondisi down maka Anda bisa kembali mengingat visi misi besar itu.
2. Utarakan kondisi
Setelah berhasil mengatasi rasa tidak enakan, langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menyampaikan kondisi yang membuat Anda tak dapat menerima pekerjaan tambahan.
Adapun cara menyampaikan penolakan yang baik yakni dengan mengunakan komunikasi 'saya' atau 'I' communication. Dengan metode komunikasi ini, diharapkan atasan dapat lebih mengerti dan berempati dengan kondisi Anda.
Gunakan gaya bahasa yang paling nyaman dan jangan menyudutkan atau membandingkan diri dengan karyawan atau orang lain, karena hal tersebut dapat menjadikan Anda di cap tidak kompetitif.
3. Diskusi dan negosiasi
Selain menyampaikan kondisi yang dialami, menolak pekerjaan juga bisa dilakukan dengan diskusi dan negosiasi.
Sampaikan bahwa ada banyak pekerjaan yang belum diselesaikan dan selain menyebutkan alasan dari sisi Anda, sebutkan juga alasan dari sisi pemberi pekerjaan. Misalnya sampaikan kekhawatiran jika terlalu banyak amanah yang harus dikerjakan dan meleset dari target waktu maka akan merugikan beliau, merugikan projek ini dan merugikan banyak orang.
Sementara itu diskusi dan negosiasi lainnya yang bisa dilakukan seperti bersedia mengambil pekerjaan dengan mengusulkan ada orang yang khusus yang dapat membantu, meminta pengunduran target waktu, negosiasi jumlah atau banyaknya pekerjaan, bisa juga dengan mendiskusikan kembali kesulitan yang dialami.
Cara seperti ini akan lebih dipahami oleh atasan dibandingkan menolaknya begitu saja tanpa alasan yang jelas.
4. Ambil cuti
Langkah lain yang dapat dilakukan ketika pekerjaan sudah terasa menjadi beban dan membuat stres, yakni dengan mengambil waktu istirahat atau cuti.
Manfaatkan waktu cuti dengan sebaik-baiknya untuk kembali menyegarkan pikiran dari riuhnya pekerjaan. Anda bisa lakukan dengan melakukan hobi dan lain sebagainya.
Adapun agar cepat mendapatkan izin cuti, perlu diperhatikan kembali bahwa komunikasi adalah kunci untuk bisa menarik empati. Jika Anda bisa mengutarakan apa yang sebenarnya dirasakan dengan baik, orang lain juga akan tetap berpikiran positif dan tidak berprasangka buruk.
Baca Juga
-
Ramai Dibicarakan, Apa Sebenarnya Intrusive Thoughts?
-
Menjamurnya Bahasa 'Gado-Gado' Sama dengan Memudarnya Jati Diri Bangsa?
-
7 Tips Efektif Menjaga Hubungan agar Tetap Harmonis saat Pacar PMS, Cowok Wajib Tahu!
-
Sering Merasa Lelah Akhir-akhir Ini? 5 Hal ini Bisa Jadi Penyebabnya
-
Kuliah sambil Healing, 2 Universitas Negeri Terbaik di Malang Versi THE WUR 2023
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Cara Kreatif Mengatasi Kejenuhan Bekerja: Solusi Ketika Burnout
-
Quiet Quitting Karyawan sebagai Bentuk Protes Kepada Perusahaan
-
Perjalanan Menemukan Kebahagiaan dalam Ulasan Novel The Burnout
-
Tips Jitu Mengatasi Burnout Saat Mencari Kerja Biar Tetap Semangat
-
Burn Bright, Not Out: Strategi Mahasiswa Psikologi Hadapi Academic Burnout
Lifestyle
-
4 Cleanser Lokal Kandungan Glycerin, Rahasia Kulit Kenyal dan Terhidrasi!
-
Bye Kulit Kusam! Ini 4 Toner Kandungan Alpha Arbutin untuk Mencerahkan
-
Oppo A5 Hadir, HP Murah Teranyar Usung Chipset Snapdragon dan Baterai Jumbo
-
Tecno Spark 40, Smartphone Entry Level Bawa Fitur Pengisian Super Cepat
-
6 Holder HP Motor Terbaik Buat Touring dan Harian, Anti-Goyang dan Anti-Jatuh
Terkini
-
Dinilai Tidak Peka,Taemin SHINee Meminta Maaf Usai Singgung Gempa di Jepang
-
4 Rekomendasi Film Jepang yang Penuh Emosi, Sunyi tapi Dalam!
-
Dibintangi Leonardo DiCaprio, One Battle After Another Akan Rilis September 2025
-
Paradoks Solo Leveling: Mengapa A-1 Pictures Rugi di Puncak Popularitas?
-
Siap Buka Kisah Baru, Anime Cyberpunk: Edgerunners 2 Resmi Diproduksi