Sikap kompetitif pada anak memang baik. Anak jadi aktif, pemberani, serta kreatif. Akan tetapi, ayah bunda perlu bersikap waspada ketika jiwa kompetitif anak sudah terlalu berlebihan. Karena nantinya, bisa mendorong ke berbagai sikap yang gak baik.
Berikut ini, beberapa tanda kalau si kecil sudah terlalu kompetitif. Perhatikan baik-baik, ya!
1. Bersikap arogan
Anak yang kompetitif umumnya sadar, bahwa dirinya memiliki kualitas lebih. Banyak prestasi yang telah diraihnya.
Satu sisi, sikap demikian memang baik. Karena anak jadi tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri. Akan tetapi, kalau sudah berlebihan, bisa memunculkan sikap arogan. Si kecil jadi sombong dan besar kepala.
Saat anak sudah menampakkan tanda-tanda kesombongan, ingatkan dirinya, bahwa sikap demikian gak baik. Kesombongan, bisa membuatnya jadi lupa diri sehingga bikin dirinya gak berprestasi lagi, serta jadi dijauhi teman-temannya. Dorong si kecil untuk memiliki sikap empati, kemauan untuk saling berbagai ilmu, serta mau membantu teman-temannya.
2. Mudah terpuruk ketika kalah
Tanda lain kalau si kecil sudah terlalu kompetitif, adalah sulit menerima kekalahan. Ketika kalah, ia jadi begitu terpuruk, dan menghukum diri terlalu keras.
Ketika itu terjadi, coba ajak anak melihat sisi positif yang telah dia lakukan. Setidaknya dia telah mencoba, dan melakukan hal semaksimal mungkin. Alihkan pula perhatiannya, dengan aktivitas lain yang bisa meningkatkan kembali semangatnya.
3. Melakukan kecurangan
Meski masih kecil, sebaiknya jangan toleransi sama sekali perbuatan curang. Meskipun itu dilakukan saat ia bermain dengan teman-temannya. Karena kalau dari kecil sudah terbiasa curang, kebiasaan buruk tersebut bisa terbawa sampai ia dewasa. Suka menghalalkan segala cara. Kamu gak mau sampai seperti itu, kan?
Maka dari itu, ayah bunda mesti tegur ketika anak sudah berbuat curang. Terangkan padanya, bahwa lebih baik kalah tapi dengan cara yang jujur, daripada menang, tapi curang. Karena hal itu gak baik sama sekali.
4. Mengejek lawan
Sebagai orangtua yang baik, tentu kamu ingin agar si kecil tumbuh jadi orang yang sportif, kan? Mau mengakui kekalahan dan menyikapinya dengan besar hati, dan gak sombong ketika menang.
Sayangnya, anak-anak terkadang suka keceplosan. Ketika menang, malah mengejek lawannya. Dan sikap ini sama sekali gak mencontohkan sportivitas.
Untuk itu, ayah bunda mesti memberi pengertian pada si kecil, kalau perbuatannya mengejek lawan itu salah. Dan ke depannya lagi, jangan dilakukan. Dengan demikian, ia akan tumbuh jadi pribadi yang bisa menghargai siapa pun.
Anak yang kompetitif memang harus mendapat dukungan orangtua. Akan tetapi, orangtua pun mesti waspada jika jiwa kompetitifnya sudah sampai berlebihan. Karena kalau dibiarkan saja, khawatirnya anak akan kaya prestasi, tapi minim akhlak. Semoga itu gak terjadi!
Baca Juga
-
Netflix Hadirkan Dokumenter Baru: Sisi Rentan Elvis Presley Terungkap!
-
Dokumenter 'Madaniya': Cara Mohamed Subahi Suarakan Revolusi tanpa Senjata
-
Blossom in Darkness: Drama China Romantis Horor yang Dibintangi Li Hongyi dan Sun Zhenni
-
Kabar Gembira! Aktor Song Joong-ki Umumkan Kelahiran Putri Keduanya di Roma
-
16 Tahun Vakum, Oasis Umumkan Konser Perdana di Korea
Artikel Terkait
-
Bangun Iklim Kompetitif, Kemendagri Gelar Apresiasi Kinerja Pemerintahan Daerah 2025
-
Tak Suka Tata Letaknya, Alex Marquez Tetap Ingin Kompetitif di GP Austria
-
BRI Super League: Lucas Gama Bawa Misi Katrol Prestasi Persik Kediri
-
Aleix Espargaro Yakin Honda Akan Kompetitif Lagi saat Regulasi Baru di 2027
-
RUPS Tahunan 2025 PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk - RUPST Alfamidi: Bertumbuh dengan Harga Kompetitif
Lifestyle
-
4 Rekomendasi Cushion Waterproof yang Anti Badai di Segala Cuaca
-
Daftar Film Pemenang JAFF 2025, Tinggal Meninggal Borong Penghargaan
-
5 Rekomendasi Tumbler Menggemaskan untuk Anak, Tahan Lama & BPA Free!
-
Cara Mudah dan Efektif Mengembalikan Laptop ke Pengaturan Awal
-
Kenapa Susah Konsisten? Ini 5 Fakta Mengejutkan yang Jarang Kita Sadari
Terkini
-
Hadapi Filipina, Timnas Indonesia Jangan sampai Senasib dengan Myanmar
-
Bongkar Luka Bullying: Belajar dari Drama 'The Glory' dan Realitas Saat Ini
-
John Heitinga Dirumorkan Latih Timnas Indonesia, Rekam Jejaknya Cemerlang?
-
Prilly Latuconsina Beberkan Insecure Terbesarnya Jelang Usia 30 Tahun
-
Ada Peran Orang Tua Cegah Potensi Anak Jadi Pelaku Bullying, Ajarkan Empati!