Kau yang terbaik, juga terburuk
Kau yang mengajari arti patah hati
Kau beri harap, lalu kau pergi
Garis waktu tak kan mampu menghapusmu
- Garis Waktu, Fiersa Besari
Siapa yang tak kenal Fiersa Besari? Penulis dan musikus kelahiran Bandung, 3 Maret 1984 ini akrab disapa ‘bung’ oleh para penggemarnya. Sejauh ini Bung Fiersa sudah merilis empat album dan menerbitkan enam buku, satu di antaranya ialah buku Garis Waktu.
Buku yang terbit pertama kali tahun 2016 ini bercerita tentang kisah percintaan antara tokoh 'aku' dan 'kau' sejak awal perjumpaan mereka hingga berpisah dan akhirnya belajar mengikhlaskan.
Mari kita ingat lagi buku pertama Bung Fiersa ini lewat kutipan-kutipan puitis berikut.
1. Jika kasmaran adalah narkotik, maka kau adalah bandarnya. Dan aku bagaikan pecandu yang rela menggadaikan jiwa demi menatap matamu sekali lagi.
2. Cinta tidak pernah datang tiba-tiba; ia akan mengendap-ngendap menyusup ke dalam urat nadimu, meledakkan jantungmu, lalu meninggalkanmu terbakar habis bersama bayang-bayangnya.
3. Tak perlu kekinian (karena kekinian akan alay pada waktunya).
4. Saat semua tidak berjalan semestinya, kita bisa mengangkat tangan untuk menyerah atau mengangkat tangan untuk berdoa. Kuharap kau memilih yang kedua.
5. Aku ingin kau rindukan, aku ingin kau kejar, aku ingin kau buatkan puisi. Lalu aku akan bertingkah tidak peduli, agar kau tahu rasanya jadi aku.
6. Adalah kau yang membuat aku belajar menjadi aku.
7. Jika mereka bertanya padaku apakah aku menyesal, jawabanku adalah tidak. Berhasil ataupun gagal, aku bangga hidup di atas keputusan yang kubuat sendiri.
8. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau terluka dan kehilangan pegangan.
9. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau ingin melompat mundur pada titik-titik kenangan tertentu.
10. Seseorang yang tidak meninggalkan kita di saat sulit, adalah seseorang yang tidak boleh kita tinggalkan ketika kita senang.
11. Pada suatu ketika, jagat raya mempertemukan kita dengan caranya yang sederhana. Pada suatu ketika pula, jagat raya memisahkan kita dengan caranya yang luar biasa.
12. Beberapa orang tinggal dalam hidupmu agar kau menghargai kenangan. Beberapa orang tinggal dalam kenangan agar kau menghargai hidupmu.
13. Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya.
Itulah kutipan-kutipan buku Garis Waktu. Di bagian terakhir, Fiersa Besari menutup ceritanya dengan kalimat; Cinta bukan melepas, tapi merelakan. Bukan memaksa, tapi memperjuangkan. Bukan menyerah, tapi mengikhlas. Bukan merantai, tapi memberi sayap.
Baca Juga
-
4 Rekomendasi Film Netflix yang Dibintangi Jim Carrey, Ada Favoritmu?
-
6 Rekomendasi Film Adaptasi Novel Stephen King yang Tayang di Netflix
-
7 Rekomendasi Film Dokumenter Tiongkok di Vidio, Punya Beragam Topik!
-
7 Rekomendasi Film yang Menggugah Perasaan tentang Kesendirian
-
Ulasan Buku Talking to Strangers, Pentingnya Memahami Orang Asing
Artikel Terkait
-
Merayakan Hari Raya Patah Hati di Veteran Cup Festival 2024
-
Jadi Pembuka Konser Sheila On 7 di Bandung, Fiersa Besari: Hidup Udah Tenang, Eh Dapat Tawaran
-
Perjalanan Karier Fiersa Besari, Kini Putuskan Rehat Manggung sampai Waktu Tak Ditentukan
-
Setelah Punya Anak, Fiersa Besari Dihantui Rasa Bersalah Setiap Manggung
-
Pernah Terjadi di 2020, Netizen Berdoa Rehatnya Fiersa Besari Kini Tak Diiringi Pandemi
Lifestyle
-
Bikin Awet Muda! 3 Rekomendasi Sunscreen dengan Kandungan Anti-Aging
-
Tertahan di Zona Nyaman, Bagaimana Pengaruh Pertemanan Terhadap Masa Depan?
-
3 Sheet Mask yang Mengandung Ceramide, Ampuh Merawat Kesehatan Skin Barrier
-
3 Acne Spot Gel Ampuh Meredakan Jerawat Mendem dengan Cepat, Ada Favoritmu?
-
3 Varian Serum dari Hada Labo, Ampuh Hidrasi Kulit Kering dan Atasi Penuaan
Terkini
-
Warung Bang Gino, Jawaranya Seblak di Kota Jambi
-
Ada 4 Pemain Timnas U-20 di AFF Cup, Jadi Ajang Pemanasan Piala Asia U-20?
-
Pindah ke Pabrikan KTM Musim Depan, Pedro Acosta Tak Alami Kesulitan Apapun
-
Super Lengkap, Menjajal Menu di Angkasa Kopi Tiam Kota Jambi
-
Ulasan Novel The Years of the Voiceless: Potret Kehidupan di Bawah Represi