Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Muhamad Firdaus | ahmad habib afif abdurrohman
Ilustrasi smartwatch. [Josemiguels/Pixabay]

Smartwatch adalah suatu hal yang menjadi trend pada saat ini. Meskipun sudah ada dari tahun 2000-an, akan tetapi smartwatch kini mengalami perkembangan pesat. Semula hanya dapat menampilkan pesan, sekarang sudah dapat melakukan pemeriksaan kesehatan. Smartwatch kini juga mempunyai fungsi serupa beberapa alat kesehatan medis, tapi tentu saja dengan bentuk yang lebih ringkas, seukuran jam tangan, dan penggunaan yang lebih praktis. 

Smartwatch menawarkan beberapa fitur untuk memantau  kesehatan seperti mengukur detak jantung,  dan kadar oksigen dalam darah. Dengan bentuk kecil seukuran jam tangan smartwatch disebut dapat melakukan pengukuran pengukuran layaknya alat alat medis, pasti penasaran bagaimana alat sekecil itu dapat melakukan pemeriksaan kesehatan?

Heart rate pada smartwatch

Teknologi yang digunakan pada kebanyakan smartwatch untuk mengukur detak jantung adalah  PPG (photopletysmography),  yang berbasis pada pemanfaatan cahaya untuk mendeteksi perubahan kecepatan aliran darah yang di diatur oleh aktifitas jantung yang memompa darah. Cara kerjanya adalah memantulkan sinar ke kulit pergelangan tangan mendeteksi aliran darah, lalu dipantulkan kembali dan cahaya tadi tangkap oleh photodetector (sensor cahaya). Namun ada beberapa smartwatch yang di samping menggunakan sensor PPG, juga menggunakan sensor ECG (electrocardiography) seperti Apple Watch  Series 6,  Apple Series 7 dan Asus Vivowatch SP.

Sensor ECG (electrocardiography )mengukur detak jantung dengan merekam sinyal listrik yang diakibatkan oleh aktifitas otot jantung  dan terdeteksi pada permukaan tubuh. Tetapi sensor ECG pada smartwatch adalah single-lead ECG  yang mana hanya mendeteksi sinyal pada satu bagian tubuh saja, sedangkan ECG standard yang ada di rumah sakit menggunakan 12-lead yang ditempelkan pada 12 titik tubuh. Walaupun demikian, ECG dengan 1 lead pada smartwatch tetap dapat memberikan informasi yang sama dengan ECG 12 lead tentang ritme detak jantung.

Dengan bantuan software, smartwatch dapat mengklasifikasikan beberapa kondisi jantung yang tidak normal, akan teatapi ECG dengan 1 lead tidak bisa mengidentifikasi kondisi jantung yang lebih serius seperti serangan jantung.

Oximeter pada smartwatch 

Belakangan ini muncul istilah happy hypoxia yang menjadi hal yang ditakuti oleh masyarakat, karena bisa menyebabkan pasien Covid-19 meninggal dunia tanpa adanya gejala gejala.

Happy Hypoxia  adalah keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan oksigen, normalnya kadar oksigen dalam darah ada pada rentang 95% - 100% atau sekitar 75 – 100 mmHg. Happy Hypoxia dibilang kondisi  berbahaya, karena kekurangan oksigen dapat  meyebabkan kerusakan jaringan dan organ tubuh, seperti otak dan jantung, karena organ tubuh sangat membutuhkan oksigen untuk menjalan kan fungsinya, jika kekurangan oksigen maka fungsi organ akan terganggu.

Akan tetapi meskipun tidak memiliki gejala yang nampak Happy Hypoxia dapat diketahui melalui pemeriksaan saturasi oksigen dalam darah dengan alat oksimeter sehingga dapat dilakukan penanganan lebih lanjut sebelum kondisi pasien menjadi lebih parah.

Kini banyak beredar smartwatch yang menawarkan fitur oksimeter sehingga dapat mengukur tingkat saturasi oksigen dalam darah. Oleh sebab itu banyak yang tertarik untuk membelinya. Lalu bagaimanakah oksimeter pada smartwatch bekerja?

Oksimeter pada smartwatch bekerja dengan memanfaatkan pancaran sinar merah dan infrared. Kedua sinar tersebut di pancarkan, hemoglobin dalam darah yang mengangkut oksigen menyerap lebih banyak infrared. Sementara itu, yang tidak membawa cukup oksigen hemoglobin tersebut menyerap lebih banyak cahaya merah. 

Namun sayangnya menurut beberapa penelitian oksimeter pada smartwatch belum bisa menghasilkan hasil yang sama dan akurat seperti perangkat oksimeter yang sebenarnya (oximeter yang biasa dipakai dalam medis ).

Dalam salah satu channel YouTube yang dimiliki seorang dokter berjudul A doctor’s take on Apple's “blood oxygen” sensor,  diperlihatkan perbandingan hasil antara sebuah smartwatch dan sebuah oksimeter medis. Smartwatch menunjukan hasil 100% sementara perangkat oksimeter medis menunjukan hasil 98%.

Fitur-fitur kesehatan pada smartwatch belum dapat memberikan hasil seakurat perangkat medis sebenarnya, dan masih memiliki keterbatasan untuk menyamainya. Walaupun demikian, informasi pemindaian kesehatan pada smartwatch masih berguna untuk pemantauan kesehatan sehari-hari.

Selain itu untuk mendeteksi beberapa gejala gejala masalah kesehatan, sehingga  dari informasi tentang kondisi tubuh dapat menjadi pengingat masyarakat untuk senantiasa menjaga pola hidup sehat, selalu menjaga kesehatan, dan mencegah dengan menjalani pola hidup sehat lebih utama dibandingkan mengobati.

ahmad habib afif abdurrohman

Baca Juga