Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Widaningsih Sujana
Ilustrasi suami istri (Pexels/GaryBarnes)

Dalam budaya timur, terutama Indonesia yang menganut paham patriarki dalam sistem keluarga, laki-laki atau suami yang menduduki posisi sebagai kepala keluarga adalah tokoh sentral yang dianggap kedudukannya paling tinggi dan harus diutamakan dalam segala hal.

Sistem ini juga menyebabkan laki-laki atau suami dianggap yang paling berkuasa dalam menentukan nasib keluarga bahkan menjadi pemberi keputusan atas setiap yang akan dilakukan anggota keluarga. Terkadang ini dilakukan tanpa boleh ada bantahan dari pihak istri dan atau anak-anaknya.

Kebanyakan wanita timur yang sudah menikah seringkali menghadapi dilema dalam menjalani hidup sebagai seorang istri. Di satu sisi dia adalah seorang istri yang mana dia adalah milik suaminya. Di sisi lain, dia juga manusia yang mempunyai pendapat atau keinginan maupun saran dan kritik yang ingin disampaikan.

Namun, keinginan menyuarakan pendapatnya ini seringkali terbentur sistem patriarki ini. Suami yang menganut kuat sistem ini enggan mendengar pendapat apalagi saran, kritik dan nasihat dari istrinya.

Alih-alih diterima, kita mungkin akan dibentak atau omongan kita diabaikan seolah tidak pernah ada pembicaraan apapun. Kita jadi malas kan membicarakan sesuatu dengan suami lagi? Akhirnya kita memilih diam, dan komunikasi pun tidak lancar. Bisa-bisa jadi awal keretakan rumah tangga.

Lantas bagaimana supaya saran atau nasihat  atau pendapat kita bisa dia dengarkan, Bun? Artikel ini akan memberik trik berdasarkan pendapat Ustadz Bendri Jaisyurrahman.

Berikut 7 trik menghadapi suami yang susah diajak bicara:

1. Penuhi kebutuhan perut dan seksualnya

Hal ini pernah dilakukan oleh Ummu Sulaim, sahabiyah Rasulullah saat suaminya pulang dari bekerja sementara anaknya meninggal. Beliau tidak langsung mengabari suaminya bahwa anaknya meninggal. Melainkan dia berdandan cantik menyambut kepulangan suaminya, melayani makan minumnya, menyiapkan mandinya sampai melayani di tempat tidur. 

Setelah suaminya menuntaskan semuanya dan hormon bahagianya keluar karena kepuasan perut dan di bawah perutnya, barulah beliau mengabarkan berita duka itu. Hasilnya sangat memuaskan. Suami Ummu Sulaim bisa menerima kepergian anaknya dengan ikhlash tanpa ada drama saling menyalahkan antara suami istri.

2. Bicara 15 kata saja

Kalau lewat 15 kata, terlalu panjang. Alih-alih bicara dari hati ke hati, yang ada suami tertidur. Jadi coba mulai sekarang istri berlatih bicara 15 kata yang powerfull.

15 kata ini berisi apresiasi dan penguatan peran suami dalam keluarga. Ucapkan dengan tulus dan jangan sekali-kali menyindir.

3. Ketuk pintu ego suami

Ustad Bendri Jaisyurrahman mengatakan bahwa mengetuk ego suami dengan minta izin. Setelah beri apresiasi kepada suami, istri lalu bilang, “Mas, aku boleh ngomong sesuatu, nggak?”

Ini cara untuk membuka pintu ego suami

4. I-message, jangan you-mesaage.

You-message : "Mas, kenapa sih kamu susah diajak ... ?"

I-mesaage : "Mas, aku senang deh kamu mau diajak ... "

5. Minta maaf

Dalam budaya patriarki laki-laki memiliki ego yang tinggi. Maka dengan kita minta maaf, ego laki-laki akan runtuh seketika.

6. Penguatan apresiasi

Apresiasi lagi kebaikan suami, meskipun banyak keburukannya. Bagaimanapun, suami kita adalah manusia yang tidak selalu salah.

7. Berikan 3 sentuhan.

Ini disebut 3 sentuhan shock untuk jiwa suami, di antaranya :

-  Ambil tangannya. Kecup pungung tangannya, sambil bilang, “Terima kasih.”

- Kecup pipinya.

- Tepuk punggungnya

Setelah selesai, tidurlah dengan damai. Lihat esok hari. Suami akan menjadi lelaki yang manis, mau mengikuti keinginan kita, Bun. Silakan dicoba ya, Bun. Semoga berhasil!

Widaningsih Sujana

Baca Juga