Zaman sekarang, semakin banyak istilah baru yang bermunculan, salah satunya adalah toxic productivity. Istilah ini mengacu pada perasaan untuk selalu melakukan kegiatan produktif meskipun semua tugas yang menjadi tanggung jawab kita sudah selesai.
Contoh toxic productivity misalnya ketika kamu terlalu mengikuti banyak kegiatan seperti volunteer, organisasi, atau magang hingga kamu lupa untuk beristirahat. Beberapa tanda bahwa kamu sedang berada di fase toxic productivity antara lain terobsesi tinggi terhadap produktivitas, tidak pernah merasa puas, serta merasa bersalah ketika berdiam diri.
Sebenarnya, setiap segala sesuatu pasti ada batasnya, termasuk produktivitas. Kita adalah manusia biasa yang pastinya memerlukan waktu untuk istirahat. Mesin saja jika digunakan terus-menerus dalam mengalami gangguan dan kerusakan, apalagi kita sebagai makhluk hidup.
Berikut ini adalah beberapa tips untuk melawan toxic productivity yang bisa kamu coba jika kamu sedang berada di fase ini:
1. Fokus pada satu hal besar
Toxic productivity dapat muncul karena kita terlalu banyak menuntut kepada diri kita sendiri. Kita membuat daftar hal yang harus kita lakukan selama satu hari tetapi terlalu panjang, sehingga melupakan waktu untuk bersantai dan istirahat.
Kita bisa mengatasi hal ini dengan berfokus pada satu tujuan besar untuk dikerjakan setiap harinya. Hal terpenting bukanlah seberapa banyak kegiatan yang kita lakukan, tetapi kualitas kegiatan tersebut serta dampak positifnya bagi kita dan orang lain.
2. Membangun rutinitas positif secara perlahan
Segala sesuatu pastinya memerlukan proses dan tidak bisa langsung sukses begitu saja. Begitu pula ketika kita ingin membangun sebuah kebiasaan baru. Kita tidak bisa langsung terbiasa terhadap sesuatu yang sebelumnya asing atau tidak pernah kita lakukan.
Lebih baik meningkat 1% setiap harinya tetapi konsisten dan berkelanjutan daripada meningkat puluhan persen tetapi kita menjadi lupa istirahat dan ujung-ujungnya sakit, malah kebiasaan baru tersebut bisa terhenti dan gagal begitu saja.
3. Memberikan self reward
Melakukan banyak kegiatan produktif dalam satu hari memang tidak salah, tetapi kita tetap harus menghargai dan menyayangi diri kita sendiri. Ketika sakit, yang akan repot dan merasakan sakitnya adalah diri kita sendiri, jadi hargai dan sayangi diri.
Salah satu bentuk menyayangi dan menghargai diri sendiri adalah dengan memberikan self reward. Misalnya, ketika kita berhasil mendapatkan nilai yang tinggi saat ujian, atau berhasil mengerjakan proyek besar dan sukses, kita bisa memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk bersantai dan melupakan segala bentuk aktivitas yang berat untuk beberapa saat.
4. Manajemen stres yang benar
Salah satu hal yang paling berpengaruh terhadap kebiasaan kita adalah mood dan perasaan atau suasana hati kita. Kita harus bisa mengatur dan memanajemen stres dengan mengelola diri, baik itu pikiran, emosi, maupun perasaan dan keinginan kita.
Kita harus bisa membagi waktu antara produktif dan beristirahat. Tanamkan mindset dalam diri kita bahwa tidak ada manusia yang sempurna, jadi sama sekali tidak salah jika kita merasa lelah dan ingin berhenti sejenak dari segala rutinitas yang menjemukan.
Itulah empat tips yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi atau melawan toxic productivity. Mulai sekarang, pedulilah dan sayangi dirimu sendiri, agar kamu bisa menjalani hidup dengan baik dan bahagia.
Baca Juga
-
Ikuti Perjalanan Hampa Kehilangan Kenangan di Novel 'Polisi Kenangan'
-
3 Novel Legendaris Karya Penulis Indonesia, Ada Gadis Kretek hingga Lupus
-
Geram! Ayu Ting Ting Semprot Netizen yang Hujat Bilqis Nyanyi Lagu Korea
-
Haji Faisal Akui Sempat Syok dengan Konten Atta Halilintar yang Disebut Netizen Sentil Fuji
-
Outfit Bandara Seowon UNIS Jadi Sorotan, K-netz Perdebatkan Usia Debut
Artikel Terkait
Lifestyle
Terkini
-
7 Drama Korea Tayang Desember 2024, Ada Squid Game Season 2!
-
Transparansi Menjaga Demokrasi di Balik Layar Pemilu, Wacana atau Nyata?
-
Sinopsis Drama Korea Who Is She, Dibintangi Kim Hae Sook dan Jung Ji So
-
Ulasan Novel Semasa, Mencari Arti Rumah dalam Kisah Keluarga Kecil
-
Polemik KPU Menghadapi Tekanan Menjaga Netralitas dan Kepercayaan Publik