Scroll untuk membaca artikel
Rendy Adrikni Sadikin | Rozi Rista Aga Zidna
Ilustrasi Berpacaran.(Pixabay)

Setiap orang pasti ingin berbagi, ingin memiliki teman sandaran hati, ingin mencintai dan dicintai. Tak seorang pun di dunia ini yang ingin hidup sendirian selamanya. Bahkan, anak kecil sekalipun, tentu butuh cinta dan kehadiran orang-orang dekat di sekitarnya.

Kita sepakat bahwa tidak ada seorang pun manusia di dunia ini yang ingin hidup sendiri, maka kita tinggal mengatur cara mengaktualisasikannya di tengah-tengah manusia lain.

Banyak di antara kita yang terlalu mengutamakan kepentingan ingin mencintai dan dicintai hingga terkadang melanggar aturan yang berlaku. Sebagian kemudian mengambil jalan menikah, sebagian lagi melegalkan pacaran.

Berbicara pacaran, setidaknya kamu punya dalih logis kenapa memilih berpacaran.

Berikut tiga alasan yang biasa diungkap oleh pelaku pacaran, dan kamu bisa menirunya.

1. Sebab sudah gede atau dewasa

Pada usia muda, konon pacaran menjadi agenda wajib. Setiap kita pasti mengalaminya. Dulu sempat ada istilah ngetrend bahwa di usia sweet seventeen (usia 17 tahun) adalah saat kita boleh melakukan apapun, termasuk hak untuk pacaran. Kala itu, jika tak pacaran tak gaul, dianggap ketinggalan zaman dan ndeso alias terbelakang.

Berbeda dengan masa sahabat Rasulullah berabad-abad lalu. Untuk membuktikan kedewasaan, mereka belajar memanah, berkuda, dan menunjukkan prestasi yang gemilang.

Seperti Usamah bin Zaid yang menjadi panglima perang di usia 18 tahun, dan Iyas al-Qadhi yang menjadi hakim cerdas bijaksana di usia 16 tahun. Mereka berprestasi di usia mudanya. Bukan malah hura-hura, berfoya-foya dan menghabiskan harta kekayaan orang tua.

2. Sebagai motivasi belajar

Benarkah dengan berpacaran, kita lebih termotivasi untuk belajar? Sejujurnya, saat di depan sang pacar kita ingin menunjukkan segala kelebihan yang kita punya, ingin dianggap paling pintar, paling rajin, pokoknya paling super. Namun, apakah ketika kita berjauhan dengan pacar, lalu semangat belajar kita jadi kendor? Pastinya, iya. Kebanyakan akan meninggalkan ketekunan belajar di saat jauh dari pacar.

Jika demikian, berarti rajinnya kita itu palsu. Percayalah bahwa motivasi yang datangnya dari luar diri kita itu tidak akan abadi. Cepat datang, cepat pula pulangnya. Maka, kita butuh meluruskan niat belajar kita.

3. Belajar mengenali dan setia

Apakah bisa kita belajar menjadi suami atau istri yang baik dengan cara berpacaran? Ya, sebagian berasumsi bahwa pacaran adalah masa penjajakan sebelum menuju pelaminan. Konon kita perlu mempelajarinya biar kelak ketika sudah nikah kita tidak akan canggung.

Padahal, pacaran dan pernikahan itu adalah sesuatu yang berbeda. Pacaran penuh dengan hal-hal indah, sedangkan dalam pernikahan tidak selamanya berjalan indah. Kadang ada pertengkaran kecil, perbedaan pendapat, masalah dengan anak, dengan mertua, dan lain-lain. Intinya, saat menikah pun meski telah diawali dengan pacaran, tetap butuh adaptasi lagi demi menyamakan persepsi.

Inilah tiga alasan pacaran sebagaimana yang telah diungkapkan oleh sebagian pelaku pacaran. Sekarang saya serahkan pada kalian. Masih butuh pacaran untuk menjajaki masing-masing pasangan atau menikah dulu pacaran kemudian?

Rozi Rista Aga Zidna