Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Wulan Irawan
Ilustrasi orang tua dan anak.[Pixabay.com/Olichel]

Menjadi orang tua tentunya bukan hal yang mudah. Seremeh apa pun hal yang kita lakukan bisa berefek pada anak bahkan tanpa kita menyadarinya. Kadang kala, apa yang kita anggap hal kecil bisa berarti sangat besar bagi anak. Dan apa yang kita anggap bukan apa-apa, ternyata bisa memengaruhi anak hingga dia dewasa.

Tanpa sadar atau berniat buruk, kadang-kadang kita melakukan 5 hal kecil yang berdampak buruk pada anak berikut ini.

1. Memaksakan kehendak

Kadang-kadang ketika kita merasa gemas pada anak, kita ingin memeluk atau menciumnya. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa anak juga merupakan individu yang memiliki keinginan dan kehendaknya sendiri. Ada waktunya ketika mereka tidak ingin dipeluk dan dicium, dan tentunya kita harus menghormati keinginan mereka. Jangan hanya karena kita merasa "Cuma peluk/cium saja, kok!", kita jadi memaksakan kehendak kita. Hal seperti itu, meski terlihat sepele, sebenarnya bisa berpengaruh besar. Semua berawal dari hal kecil. Dari yang awalnya "Peluk atau cium saja, kok!", bisa menjadi "Ayah ingin kamu pintar bermain musik. Besok Ayah daftarkan les, ya", atau "Ibu mau kamu kuliah di sini-sini saja. Tidak usah merantau, ya".

Dengan menghormati keinginannya, anak akan merasa bahwa pendapatnya didengarkan dan dihargai. Mereka akan menjadi pribadi yang tahu apa yang diinginkannya dan berani menyampaikannya. Mereka akan berani berkata 'tidak', dan itu akan menjadi bekal yang bagus ketika mereka dewasa nanti dan berhadapan dengan banyak orang.

2. Ingkar janji atau berbohong

"Ayo, tidur sekarang! Besok Ibu belikan es krim."

"Ayo, dimakan! Nanti kita jalan-jalan."

Familier dengan kalimat di atas? Terkadang, tanpa sadar kita mengucapkan janji-janji kecil demi anak melakukan apa yang kita mau. Dan karena kita mengucapkannya sambil lalu atau tanpa benar-benar bermaksud begitu, kita jadi mudah mengabaikannya dan justru menyangkal ketika anak menagih janji kita dengan berbagai alasan.

Yang ditakutkan, anak akan berhenti memercayai kita dan menganggap omongan kita tidak bisa dipegang. Padahal, siapa yang paling bisa dipercayai anak kalau bukan orang tuanya?

3. Menyuruh anak melakukan sesuatu yang tidak kita lakukan

Kita tidak bisa menyuruh anak memakan makanan sehat kalau kita juga sering jajan tidak karuan. Kita tidak bisa berharap anak rajin membaca kalau kita juga jarang membaca. Kita tidak bisa berharap anak rajin belajar kalau kita juga malas belajar. Kita tidak bisa menyuruh anak untuk sabar kalau kita juga sering marah-marah tidak sabar. Kita juga tidak bisa melarang anak agar tidak berteriak dengan berteriak.

Anak seringkali lebih mudah mencontoh daripada mendengarkan. Oleh karena itu, jika kita ingin anak melakukan sesuatu, akan lebih mudah jika kita mencontohkannya terlebih dahulu. Tidak mudah memang, dan tentunya perlu waktu yang tidak sebentar, tetapi asalkan kita konsisten menjaga perilaku dan ucapan, anak pasti akan mencontohnya.

4. Menganggap remeh alasannya menangis

Anak-anak memang sering menangis, dan terkadang alasannya sangat lucu sehingga kita tidak bisa menahan tawa. Tentu saja itu tidak apa-apa, di situlah sisi menggemaskannya anak-anak.

Namun, kita juga perlu berhati-hati. Sesuatu yang bagi kita merupakan hal remeh, bisa jadi merupakan segalanya bagi anak. Bagi dunia mereka yang kecil, hal-hal kecil bisa menjadi hal-hal yang besar. Kita perlu berempati pada perasaannya, dan membantunya mencari solusi jika diperlukan. Kita sendiri juga tidak senang, 'kan, jika sesuatu yang penting bagi kita diremehkan oleh orang lain?

Nah, jadi itulah beberapa hal yang seringkali kita lakukan pada anak kita secara tidak sadar. Tentunya kita sama sekali tidak memiliki maksud buruk, tetapi menjadi orang tua memang merupakan tanggung jawab besar, dan ada beberapa hal yang memang hanya bisa dipelajari sambil jalan. Semoga membantu, ya!

Wulan Irawan