Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Mutami Matul Istiqomah
Ilustrasi keluarga.[Freepik.com]

Banyak ditemukan akar permasalahan dalam rumah tangga disebabkan karena keluarga. Salah satu diantaranya adalah suami yang seolah terus membela keluarganya. 

Keluarga suami adalah keluarga kita sendiri pula. Namun dalam beberapa hal, ada batasan yang seharusnya bisa diterapkan. Pasalnya, rumah tangga adalah ranah antara suami dan istri.

Sebisa mungkin, permasalahan yang hadir di luar dari kedua manusia dalam rumah tangga itu sendiri bisa diselesaikan dengan sebaik mungkin.

Sayangnya, seringkali ketika kita mencoba membahas tentang hal tersebut atau sekadar menyinggungnya, justru menjadi awal pertengkaran yang tidak terselesaikan. Bagaimana cara menyikapinya?

1. Membicarakan 

Pertama, kamu harus membicarakan ini dengan suami. Pasalnya, bisa jadi suamimu tidak memahami perasaanmu. Jangan sampai, kamu memendam kesedihan seorang diri. Apalagi dalam hal ini menyangkut suamimu dan keluarganya. Kamu harus berusaha untuk lebih terbuka agar suamimu dapat memperbaiki diri. 

Agar pembicaraan ini tidak menyulut pertengkaran, kamu harus berusaha membawa dialog setenang mungkin. Hindari perasaan menggebu-gebu dan emosi yang tidak terkendali. Makanya, sebelum itu kamu harus mampu berdamai dengan perasaanmu sendiri.

Selain itu, kamu juga harus memilih momen yang pas. Hindari memulai pembicaraan tentang ini ketika kamu dan suami sedang memiliki beban permasalahan yang lain atau sedang sama-sama lelah dengan rutinitas yang telah dijalani. Lakukan ketika kamu dan suami sedang saling memiliki waktu senggang, dan anak pun sedang dalam kondisi yang terkendali. Misalnya ketika anak sedang tidur. 

Dengan cara dan waktu penyampaian yang pas, pembicaraan bisa mengalun dan berjalan dengan baik sehingga bisa menghindari pertengkaran. 

2. Pisah rumah

Tinggal terpisah dari mertua juga bisa dilakukan demi kebaikan bersama. Jika kamu merasa dengan tinggal berpisah atap membuat rumah tangga yang kamu jalani menjadi semakin tenang dan kamu merasa bahagia dengan itu, kenapa tidak? 

Mungkin kamu merasa khawatir jika tidak diizinkan oleh mertua. Biasanya adalah karena mertua merasa sayang dengan biaya yang dikeluarkan. Padahal, segala keputusan yang diambil dalam ranah berumah tangga adalah murni kesepakatan antara kamu dan pasangan. Jadi, kamu tidak perlu khawatir ataupun takut. 

Kamu bisa mengatakan kepada mertua "Maaf, Bu. Bulan depan saya dan Mas X mau mengontrak rumah ri Jl. X. Mohon doanya agar semua berjalan lancar."

Hindari untuk mengatakan "Maaf, Bu. Kalau saya dan Mas X ingin mengontrak rumah, sekiranya boleh atau tidak, ya?" 

Semoga kamu bisa membedakan antara dua kalimat tersebut. 

3. Ingatkan suami tentang tanggung jawab utamanya 

Seorang suami memiliki kewajiban untuk memuliakan ibunya. Namun, tanggung jawab yang utama adalah pemenuhan kebutuhan anak dan istrinya. 

Pemenuhan kebutuhan tersebut tidak sekadar soal materil, tapi juga tentang ketenangan yang didapati dalam keluarga kecilnya. 

Percuma saja sebuah keluarga tercukupi secara materil, namun tidak merasa tenang dan tenteram, apalagi bahagia.  Kamu harus mampu mengingatkan suami perihal tanggung jawabnya kepada keluarga yang harus selalu diutamakan.

4. Jangan menganggap keluarganya sebagai saingan

Terlepas dari apapun yang terjadi, kamu tetap berkewajiban untuk menjalin hubungan yang baik dengan keluarga pasangan. Pernah mendengar kata bijak 'Kalau kamu menerima seseorang, kamu juga harus menerima keluarganya', bukan? Kata-kata yang indah, namun penerapannya bukan hal yang mudah. 

Maka dari itu, kamu dan pasangan perlu menentukan batasan dalam menjalin hubungan bersama keluarga sehingga kamu dan pasangan bisa bersikap tanpa menyakiti satu sama lain. 

Itu dia 5 cara menyikapi suami yang lebih sering membela keluarganya. 

Mutami Matul Istiqomah