Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Diat Anugrah
Ilustrasi membaca buku (pexels.com/christina-morillo)

Tidak hanya body shaming, ada juga istilah book shaming yang sering kita temui. Seperti body shaming yang mengolok-olok bentuk tubuh, istilah book shaming sering digunakan untuk merujuk pada tindakan mengolok-olok atau meremehkan suatu jenis atau judul buku tertentu.

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa sebab, tergantung siap pelakunya. Ada yang melakukannya karena tidak suka terhadap genre buku tertentu, tidak suka penulisnya, sudah membaca namun tidak puas dengan isi bukunya, dan lain sebagainya. Hal ini kerap dilakukan orang-orang untuk menunjukkan betapa jeleknya sebuah buku.

Tindakan seperti ini tentu kurang bijak serta merugikan beberapa pihak, mulai dari penulis, penerbit, hingga penjual buku tersebut. Tindakan ini juga bisa membuat dakit hati orang yang membaca dan menyukai buku tersebut. Berikut lima contoh tindakan book shaming yang sering dilakukan.

1. Merasa Bacaannya Paling Bagus

Tindakan book shaming biasanya diawali dari anggapan bahwa buku bacaannya paling bagus dibanding yang lainnya. Dengan begitu, dia akan menganggap bahwa buku lain kurang bagus dan pantas untuk dihina-hina.

Orang-orang seperti ini sering membanggakan buku yang sudah dibacanya sambil merendahkan buku yang lain. Biasanya karena menganggap bukunya lebih berbobot.

2. Merendahkan Genre Tertentu

Tindakan book shaming yang juga sering terjadi adalah merendahkan genre tertentu karena merasa genre kesukaannya jauh lebih baik. Tindakan seperti ini sering terjadi pada orang-orang yang suka membaca buku non-fiksi seperti buku filsafat, keilmuan, dan lain-lain yang meremehkan bacaan fiksi seperti novel dan kumpulan cerpen.

3. Merendahkan Penulis Tertentu

Selain genre tertentu, banyak orang yang juga suka merendahkan penulis tertentu. Hal ini biasanya terjadi pada penulis yang memiliki stigma tertentu. Misalnya bahasanya yang alay, pendapat yang berbeda, dan lain sebagainya. Padahal, setiap penulis umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

4. Meremehkan Bacaan Orang Lain

Karena merasa bacaannya paling bagus, maka oang akan meremehkan bacaan orang lain. Orang-orang seperti ini akan menganggap bacaan orang lain tidak penting, kekanak-kanakan, dan lain sebagainya. Padahal, selera tiap orang berbeda-beda, termasuk dalam memilih buku bacaan.

5. Tidak Mau Menerima Pendapat dari Suatu Buku

Sudah menjadi kebiasaan umum kalau buku menjadi sumber diskusi. Biasanya pendapat atau kutipan yang tertulis dalam buku menjadi landasan untuk berargumen. Namun seringkali ada orang yang tidak mau menerima argumen yang berasal dari buku tertentu. Padahal jika ingin menolak argumen, bisa dengan argumen lainnya.

Demikian 5 contoh tindakan book shaming yang sering terjadi. Pernah menemukannya? Jadi korban atau pelaku?

Diat Anugrah