Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Septyarosa Syahputri
Ilustrasi belanja (Pexels/Tim Douglas)

Impulsive buying adalah sebuah perilaku konsumtif dadakan yang kadang sulit ditolak. Contohnya, saat kamu lagi jalan-jalan santai di mall tanpa tujuan, dan tanpa rencana belanja, tapi, tiba-tiba kamu melihat sebuah toko baju bermerk yang menawarkan diskon hingga 80 persen. Meskipun pada awalnya kamu tidak berniat membeli apapun di mall, tapi, ketika kamu melihat baju diskon, tiba-tiba kamu berfikir bahwa kamu sangat membutuhkan baju itu, dan kamu berfikir jarang-jarang baju merk tersebut megadakan diskon besar-besaran sehingga kamu tak kuasa menahan diri untuk membeli bahkan memborongnya.

Perilaku ini disebut impulsive buying. Perilaku ini nggak bisa dianggap receh, karena jika tidak pintar-pintar menahan, keuanganmu bisa jadi taruhannya. Lantas, bagaimana mengatasi perilaku ini? 

1. Kenali kebutuhan diri sendiri 

Mengenali kebutuhan sendiri dengan tepat akan membantumu memilah antara kebutuhan dan keinginan. Meskipun terkadang logika kita sulit sekali menolak penawaran promo dan diskon besar-besaran, tapi, jika kamu mengenali apa yang memang harus dibeli dan tidak atau bisa menunggu, perlahan perilaku impulsive buying bisa dicegah. 

2. Catat segala pengeluaran tunai dan digital 

Mencatat segala pengeluaran baik tunai maupun pembayaran digital secara manual atau menggunakan aplikasi pengatur keuangan bisa membantumu lebih aware dengan keuangan pribadi. Bagaimanapun juga, pengeluaran impulsif ini bisa diduga. Dengan selalu menghitung sisa uang yang tersedia, kamu akan lebih bisa berhati-hati dan memikirkan ulang jika ingin membeli sesuatu. 

3. Batasi limit penggunaan kartu kredit dan paylater 

Salah satu faktor yang memengruhi perilaku belanja yang satu ini adalah kemudahan membayar yang didapat dari kartu kredit dan fitur paylater. Jika pengajuan kartu kredit harus melalui seleksi lebih dulu, maka paylater tidak memerlukan seleksi yang seketat kartu kredit. Hanya dengan mengisi formulir data diri dan verifikasi tanda pengenal serta wajah, kamu sudah bisa mendapatkan fasilitas 'beli sekarang, bayarnya nanti'. Maka nggak heran jika berutang jauh lebih mudah, pun dengan perilaku impulsif dalam berbelanja yang muncul seiring kemudahan membeli sesuatu. 

4. Mengerti batasan self-reward 

Ada kalanya kita ingin berbelanja untuk memanjakan diri sendiri. Sebenarnya, itu sah-sah saja. Namun, seringkali kita terbuai oleh alibi reward dan berujung dengan membelanjakan banyak barang yang kita sebenarnya tidak perlukan. Maka dari itu, penting sekali untuk mulai membatasi pembelian dengan dalih self-reward. Tanamkan di dalam diri sendiri jika hadiah terbaik untuk diri sendiri adalah sesuatu yang berguna, kesehatan, serta jaminan untuk masa depan, daripada untuk kesenangan sesaat. 

Penting sekali untuk selalu mengingat betapa sulitnya kita mencari uang. Uang adalah sesuatu yang berharga, maka dari itu jangan sembrono dalam berbelanja dan selalu ingat antara keinginan dan kebutuhan.

Septyarosa Syahputri