Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | SYIFA FAUZIA
Ilustrasi perempuan bahagia (Pexels.com/Megan (Markham) Bucknall)

Bahagia itu apa sih? Kalau secara umum, bahagia itu bisa diartikan sebagai perasaan puas yang kita rasakan. Sebagai inspirasi, saya akan menuliskan beberapa definisi bahagia yang saya pelajari dari sebuah buku yang berjudul 'Better Me'. Dalam buku yang berjudul 'Better Me' karya Anna Silvia dijelaskan, bahwa definisi bahagia itu adalah:

1. Bahagia itu seharusnya mudah

"Bahagia itu saat aku berguna untuk bangsa, negara, dan juga agamaku." 

Jika makna kebahagiaan merupakan standar dan definisi yang kita buat sendiri, mengapa kita harus membuat batas minimal yang tinggi hingga menyulitkan diri sendiri untuk meraihnya? Apa iya kita hanya baru akan pantas merasa bahagia jika telah menjadi warga yang berguna untuk bangsa dan negara kita? Kenapa harus menyulitkan diri sendiri? Sampai ingin bahagia saja harus berguna dulu untuk agama. Lalu, yang menjadi tolok ukur 'berguna' itu apa?. 

Bandingkan, jika kita mendefinisikan bahagia menurut kita adalah hal-hal yang mudah dicapai, seperti makan junk food saat akhir pekan, atau nonton film sambil makan popcorn, misalnya. Bukankah setiap akhir pekan kita punya kesempatan untuk merasa bahagia? Daripada harus berjuang dulu menjadi berguna bagi nusa dan bangsa, yang entah sampai kapan bisa kita capai.

2. Bahagia itu harusnya mencakup diri kita sendiri

"Bahagia itu ketika aku mampu membahagiakan pasanganku".

Jika kita melibatkan orang lain ke dalam definisi bahagia kita, lebih baik urungkan saja. Apakah kita harus menunggu orang lain bahagia lebih dulu, baru kita akan merasa pantas bahagia? Bagaimana jika seandainya kebahagiaan pasangan kita adalah saat menjadi berguna bagi nusa dan bangsa? Yakin, masih mau berjuang membahagiakan pasangan kita? 

Bayangkan, jika harus membahagiakan orang lain lebih dulu, sekaligus menanggung beban definisi bahagia dari orang tersebut, kemudian baru membahagiakan diri sendiri. Kira-kira kapan bahagia kita bisa tercapai?. Bahagia itu seharusnya mencakup diri kita sendiri. 

3. Bahagia adalah sesuatu yang bisa kita kendalikan

"Aku bahagia saat semua orang yang aku sayangi sehat".

Berapa orang yang kita sayangi dalam hidup ini? Bagaimana jika salah satu dari orang yang kita sayangi sakit kemudian meninggal? Apakah selamanya kita akan menderita? Bukankah lahir, sakit, dan meninggal merupakan sebuah siklus kehidupan yang tidak bisa kita kendalikan semuanya. Berbahagialah karena hal-hal yang bisa kita kendalikan, tak perlu dipersulit.

4. Bahagia harus realistis

"Bahagia itu saat semua orang menyayangiku".

"Aku bahagia saat semua mimpku tercapai persis seperti yang aku mau".

Bisakah kita membuat semua orang menyayangi diri kita? Bisakah mimpi kita selalu terwujud persis seperti yang kita mau? Kenyataannya, semakin tinggi standar bahagia yang kita terapkan, akan semakin susah rasanya kita akan bahagia.

Definisi bahagia itu kita sendiri yang menciptakan, bukan Tuhan. Bahagialah setiap hari. Berbahagialah dengan cara dan hal-hal yang sederhana. Kita berhak bahagia.

Itulah empat standar kebahagiaan yang seharusnya kita terapkan. Semoga kita semua bahagia selalu.

SYIFA FAUZIA