Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Syifa Fauzia
Ilustrasi anak bahagia (Pexels.com/Alexander Dummer)

Pada dasarnya, semua orangtua menginginkan agar anaknya tumbuh menjadi manusia yang baik. Namun, sayang nya tidak semua orangtua memahami caranya. Sayangnya lagi, masih banyak orangtua yang tidak mau belajar memahami anak-anak mereka. Alih-alih mau mengerti, tak jarang orangtua yang hanya ingin anaknya mengikuti semua perintahnya tanpa mau tahu pendapat sang anak. 

Di media sosial, atau di lingkungan sekitar kita, pasti pernah kita lihat ada anak yang begitu kooperatif mau menuruti kemauan orangtuanya. Kita sebagai orang luar yang melihatnya, tentu ada rasa penasaran dalam hati kita. Bagaimana caranya mereka mendidik anak agar mau menuruti perintah orangtuanya? Sedangkan kita sendiri masih merasa kesulitan menangani anak kita. 

Mencari tahu apa motivasi anak.

Motivasi yang kita berikan, dapat membantu kita mengubah perilaku anak ke arah yang lebih positif dan bahkan dapat membentuk sebuah kebiasaan baik. Satu hal penting yang harus kita ingat adalah, jangan harap anak kita mau menuruti kemauan kita jika mereka belum atau bahkan tidak memiliki motivasi untuk melakukannya.

Kita, yang telah dewasa pun juga sering merasa malas melakukan sesuatu hal jika kita tak tahu alasan kita mau melakukannya. Prinsip yang sama juga berlaku pada anak-anak. Anak butuh motivasi untuk melakukan apa mau kita, anak butuh penghargaan dari orangtua atas pencapaian yang dilakukannya. Maka, jika kita ingin agar anak mau menuruti keinginan kita, hal pertama yang harus kita lakukan adalah cari tahu dulu apa menjadi motivasi anak kita saat ini.

Misal, kita ingin agak anak mau menyempatkan waktu untuk membaca buku pelajarannya sebelum berangkat sekolah. Setelah kita cari tahu, ternyata anak kita suka sekali bermain game. Nah, kita bisa menggunakan game tersebut sebagai "hadiah" jika ia mau membaca buku pelajarannya selama 5 hari berturut-turut atau hari senin sampai jumat. Kemudian anak boleh bermain game di hari sabtu atau minggu selama 30 menit. 

Meskipun ada sebagian orang yang menganggap cara ini kurang tepat karena dianggap akan menimbulkan ketergantungan dengan imbalan, namun tidak ada salahnya kita coba terapkan pada anak kita. Asal, orangtua juga harus berhati-hati dalam memberikan reward atau hadiah pada anak. Sebaiknya gunakan hadiah sebagai reward untuk hasil yang telah dicapai berulang-ulang, artinya bukan hanya sekali. Seperti yang telah dicontohkan dalam paragraf sebelumnya, boleh bermain game selama 30 menit di hari sabtu setelah anak mau membaca selama 5 hari berturut-turut. 

Hadiah yang kita berikan pun harus tetap disesuaikan dengan sang anak. Misalnya, memberikan uang dengan jumlah yang tidak besar agar dapat ditabung, bermain di taman, atau boleh membeli 1 jenis jajan kesukaan di minimarket, dan hal-hal menarik lainnya yang anak sukai. Kemudian, pelan-pelan anak juga harus di edukasi tentang manfaat dari kegiatan yang harus dilakukannya untuk dirinya dan masa depannya. Hal ini dilakukan agar anak sadar bahwa hadiah yang kita berikan bukanlah satu-satunya tujuan yang harus ia capai.  

Syifa Fauzia