Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | aozora dee
Ilustrasi pelajara berharga dari orang tua Jepang dalam mendisiplinkan anak [Unsplash/note thanun]

Bagi orangtua, mendisiplinkan anak adalah PR besar. Sebagai orangtua, memiliki anak yang berperilaku baik adalah sesuatu yang diinginkan. Tapi, untuk mewujudkannya bukanlah perkara yang gampang.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh kebudayaan negara tertentu. Dan pastilah hal tersebut sudah tertanam sejak dini kepada anak-anak. Dalam hal mengajarkan kedisiplinan kepada anak-anak, pola asuh masyarakat Jepang sering menjadi rujukan. Bagaimana mereka bisa berhasil mendisiplinkan anak-anak bahkan saat berada di tempat umum? Penjelasan yang dikutip dari Savvy Tokyo berikut ini akan menjawab pertanyaan tersebut.

Memahami Fase Ma no Nisai (The Terrible Two)

Setiap ibu harus siap dengan fase The Terrible Two dimana ini merupakan istilah yang menggambarkan perubahan perilaku pada anak yang berusia dua tahun. Fase tersebut dianggap mengerikan karena orangtua harus bisa mengatasi perubahan perilaku dan suasana hati anak yang begitu cepat.

Setiap anak berpotensi mengalami hal tersebut. Dan bukan pemandangan yang aneh jika kita melihat anak-anak tantrum dan membuat ibunya kewalahan. Di Jepang pun hal seperti itu biasa terjadi. Bedanya, orangtua di Jepang cenderung mendiamkan mereka dan tampak tidak ingin ikut campur. Mereka sudah bahkan sudah tidak lagi terganggu dengan hal seperti itu.

Seni Shitsuke (Disiplin)

Jepang menganut seni Shitsuke yang melakukan sesuatu yang benar-benar menjadi kebiasaan. Ketika seorang anak melakukan kesalahan, ia akan diberi contoh dan mengoreksi kesalahannya secara pribadi sampai mereka paham betul bagaimana seharusnya bersikap dengan baik.

Prinsip ini pun dianut oleh sekolah di Jepang dimana anak-anak mengulang kegiatan yang sama, yakni mengulang nyanyian yang sama, permainan, meletakan sepatu dengan rapi pada tempatnya dan duduk dengan baik di kelas.  

Shitsuke juga merupakan sebuah penyadaran diri tentang etos kerja, disiplin terhadap aturan, saling menghormati, malu saat melakukan kesalahan, dan mau melakukan perbaikan ketika diingatkan.

Shitsuke tidak bisa dipraktikkan sekali sebab untuk membentuk kebiasaan yang disiplin, perlu dilakukan berulang-ulang dan konsisten sampai akhirnya tertanam dalam benak anak-anak. Selain itu, anak pun tidak akan merasa dipaksa karena shitsuke timbul dari kesadaran dirinya sendiri.

Nah, itu di acara orangtua jepang mendisiplinkan anak-anak. Bersikap disiplin sejak dini adalah bekal yang bagus untuk anak saat dewasa nanti.

aozora dee