Orangtua sejatinya menjadi pelindung sekaligus pihak terdepan dalam menyayangi anak. Sayangnya, sering tanpa disadari berbagai perilaku orangtua justru merugikan anak, misalnya dengan mengatakan berbagai kalimat toksik.
Lalu, perkataan toksik apa saja yang sering dilontarkan orangtua terhadap anak? Berikut akan diulas beberapa contohnya. Mari disimak.
1. Komplain terhadap fisik anak
Ada banyak orang dewasa yang merasa rendah diri dengan bentuk fisiknya akibat ‘kenyang’ dengan kritikan orangtuanya sendiri mengenai fisik. Sebagai contoh, “Duh, hidung kamu pesek banget sih, padahal ayah bunda mancung, lho”.
Bagaimana seorang anak bisa mendapat kepercayaan diri dan merasa nyaman dengan tubuhnya apabila sebagai orangtua yang harusnya bisa jadi sosok yang mampu menerima anak apa adanya malah jadi pihak yang menjatuhkan mentalnya?
Maka dari itu, sebaiknya hindari perkataan toksik seperti ini agar anak gak minder, ya!
2. Pertanyaan sindiran
Memang benar sebagai orangtua terkadang frustrasi ketika tidak bisa mengerti dengan tingkah laku anak. Tapi, sebaiknya hindari jenis pertanyaan yang bisa membuat mental anak jatuh, ya. Misalnya saja, bentuk pertanyaan, “Kenapa, sih, kamu gak seperti anak-anak lain yang normal gitu?”
Lontaran pertanyaan seperti itu dari orangtua sendiri bisa membuat anak merasa ada yang salah atau tidak normal dengan dirinya. Inilah yang kerap membuat anak jadi minder dan sulit bersosialisasi karena dalam hatinya iri ingin menjadi normal seperti anak-anak lain.
3. Penyesalan
“Sudah susah-susah melahirkan kamu, nyatanya malah membangkang. Menyesal sudah melahirkan kamu!”
Merasa kecewa terhadap pilihan anak sangatlah wajar, karena bisa jadi kamu punya harapan besar anak akan menuruti apa yang orangtuanya inginkan dan merasa itu terbaik untuknya. Hanya saja, jangan sampai, deh, terlontar kalimat seperti tadi. Itu luar biasa jahat, lho.
Sejatinya anak tidak minta dilahirkan, karena itu adalah keputusan kamu dan pasangan. Maka dari itu, hendaknya sebagai orangtua yang baik hindari membuat anak terbebani dengan ‘hutang budi’ karena sudah melahirkannya, dan menuntutnya untuk selalu menuruti keinginan orangtuanya. Itu egois, lho.
Semoga uraian tadi bisa jadi bahan evaluasi kita bersama agar bisa menjadi orangtua yang lebih baik lagi. Tidak toksik!
Tag
Baca Juga
-
10 Tahun Menanti, MV Mr. Chu Apink Akhirnya Capai 100 Juta Views di YouTube
-
Sheila On 7 Siap Mengguncang Jakarta Desember 2024, Ini Harga Tiketnya
-
4 Alasan Perempuan Cerdas Akan Berhati-hati saat Hendak Membuka Hati
-
4 Sikap yang Bisa Bikin Pasangan Selalu Setia, Anti Selingkuh!
-
3 Alasan Suami yang Selingkuh Tak Mau Cerai, Tetap Bersama Istri Sah!
Artikel Terkait
-
Duka yang Diabaikan: Remaja Kehilangan Orang Tua, Siapa Peduli?
-
Bangkit dari Perceraian, Sherina Munaf Temukan Ketenangan di Pelukan Keluarga Saat Lebaran
-
Berkaca dari Kasus Arra, Psikolog Ungkap Cara Tepat Hadapi Anak yang Rendahkan Orang Lain
-
Review Drama Korea The World of The Married: Cinta Beracun yang Juga Dirasakan Banyak Orang
-
Peran Orangtua dan Teknologi dalam Perkembangan Sosial Anak Prasekolah
Lifestyle
-
4 Ide OOTD Youthful ala Jiwoo Hearts2Hearts, Sederhana tapi Tetap Memikat!
-
5 Tips Membaca Buku ala Raim Laode agar Lebih Mudah Paham
-
Tertarik Belajar Bahasa Korea? Cek Dulu Langkah Awal Ini
-
4 Inspirasi Outfit Chic ala Sandara Park 2NE1 yang Wajib Kamu Coba!
-
4 Inspirasi Outfit Chic ala Sandara Park 2NE1 yang Wajib Kamu Coba!
Terkini
-
Blak-blakan! Sandy Walsh Ngaku Beruntung Bela Timnas Indonesia Sejak Awal
-
Hanya Satu Pemain yang Masuk Tim ASEAN All Stars, Pendukung Timnas Indonesia Siap Kecewa
-
Tantang Diri Sendiri, Kai EXO Usung Banyak Genre di Album Baru Wait on Me
-
Park Bo Young Ambil Peran Ganda dalam Drama Baru, Visualnya Bikin Pangling
-
Resmi Bersaing, Jumbo dan Pabrik Gula Kini Selisih 500 Ribu Penonton