Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Milawati Mila
Ilustrasi garam (freepik.com/azerbaijan-stockers)

Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari filosofi benda-benda di sekitar kita. Termasuk garam. Bumbu ini gak hanya bikin masakan jadi enak tapi jika dipikir-pikir lagi mengandung berbagai hikmah yang dapat diterapkan ke dalam kehidupan manusia, lho.

Seperti apa filosofi garam yang bisa kita tanamkan dalam hidup? Untuk tahu kelanjutannya, simak terus pembahasan di bawah ini, ya.

1. Tidak terlihat, tapi dirasakan

Di dalam masakan, garam itu tidak terlihat tapi bisa dirasakan. Pelajaran ini sebenarnya sangat penting terutama di zaman sekarang di era haus pengakuan dan popularitas.

Filosofi tersebut dapat diterapkan saat berbuat baik pada orang lain. Tak perlulah riuh tepukan untuk membantu orang. Cukup dengan orang lain bisa merasakan manfaat yang telah kamu berikan mestinya sudah bisa memberimu kebahagiaan.

Hal ini sangat perlu di mana zaman sekarang bahkan perilaku baik pun diuangkan. Orang melakukan kebaikan bukan murni inisiatif ingin membantu, melainkan demi mendapatkan uang dari Adsense. Bukankah itu sama saja mengeksploitasi kaum tak berpunya?

2. Meski murah tapi peranannya krusial

Harga garam boleh saja murah, tapi peranannya penting. Bayangkan makan tanpa garam. Mau bahan masakannya mewah, tapi kalau kurang garam tetap saja gak enak.

Begitu pula dengan nilai manusia. Jangan mengecilkan arti dirimu hanya karena kondisi finansialmu tidak semakmur orang-orang di sekitarmu, ya. Setiap manusia itu penting dan berharga. Yang perlu kamu fokuskan adalah gimana eksistensimu bisa bermanfaat untuk orang lain, minimal untuk keluarga terdekat dulu, deh.

3. Fungsi pengawet

Selain sebagai penambah rasa, garam juga digunakan sebagai pengawet supaya makanan tidak cepat busuk. Hal ini misalnya diaplikasikan pada ikan asin, telur asin, atau produk yang diasinkan lainnya.

Dari peran garam ini kita bisa belajar bahwa sebagai manusia, kita harus bisa ‘awet’ atau tahan dari segala pengaruh buruk pergaulan. Sekalipun lingkungan mendukung kita untuk menjadi ‘busuk’, tapi kamu bisa memilih untuk pasrah dan tidak melakukan apa pun sehingga jadi ‘busuk’, atau berubah agar mampu menangkal pengaruh buruk.

Itu tadi beberapa contoh filosofi garam yang bisa kita tanamkan dalam kehidupan. Gimana, ada yang mau kamu tambahkan?

Video yang mungkin Anda suka:

Milawati Mila