Kehidupan ini seringkali memberi kita kejutan spesial yang terkadang menyenangkan kadang pula menyakitkan. Semua orang pasti ingin memiliki segalanya yang mereka butuhkan dalam hidup. Hunian yang nyaman, uang berlimpah, kebahagiaan bertubi-tubi tanpa kurang satu pun. Akan tetapi, dunia dan segala isinya yang kita tinggali saat ini bersifat sementara. Suatu hari nanti jika masanya telah tiba akan kita tinggalkan juga. Kala waktu tersebut datang menjemput tidak ada yang kita bawa selain kain berwarna putih. Lalu apakah salah jika kita ingin bersenang-senang di dunia? Jawabannya tentu tidak asalkan masih dalam jalur yang diridhoi-Nya.
Namun, kerap kali manusia lupa diri. Serakah dalam banyak hal sampai tak peduli perbuatannya merugikan orang lain. Ada yang tertimbun penyesalan. Mengutuk hidupnya yang serba sulit tanpa mau introspeksi. Mari kita simak delapan poin yang mendasari mengapa banyak orang menyesal dalam hidupnya.
1. Kurang Bersyukur
Ketika rasa syukur hilang maka yang tampak hanyalah kesialan diri. Menyalahkan nasib yang diterima tanpa menelaah lebih jauh adakah kesalahan yang telah diperbuat.
Kurangi mengeluh berusaha sebaik mungkin yang kita bisa dalam sisa kesempatan di dunia. Perbanyak merenungkan kebaikan-kabaikan Tuhan yang telah kita terima dalam kehidupan ini. Masih diberi kesempatan bangun di pagi hari saja sudah merupakan nikmat yang tidak bisa ditukar dengan mata uang apa pun.
2. Jarang Berbagi
Sifat ingin menumpuk harta adalah manusiawi. Sebagai tabungan kala tua, dana dalam keadaan darurat, memenuhi kebutuhan bulanan dan lainnya. Yang tidak wajar adalah ketika menjadi berlebihan dalam melakukannya. Sampai lupa waktu dalam beribadah.
Cobalah menyisihkan sebagian pendapatan kita untuk berbagi kepada sesama terlebih orang yang membutuhkan. Sesempit apapun keadaan kita apabila masih memiliki sedikit uang tetap berbagilah. Niscaya hati akan merasa lebih tenteram terlebih saat melihat senyum mereka yang merasa tertolong dibandingkan sibuk mengumpulkan kekayaan hingga lupa bahwa sifat harta semakin ditumpuk akan semakin berkurang.
3. Sibuk Membandingkan Diri
Melihat seseorang baik seusia maupun yang lebih muda melesat lebih jauh daripada diri sendiri hingga merasa dengki sampai mendidihkan darah bukan pilihan bijak.
Ingatlah bahwa setiap orang memiliki prosesnya masing-masing. Setiap orang menuai hasil upayanya masing-masing. Jika memang kita sudah mendedikasikan tenaga dan pikiran untuk sesuatu yang ingin kita capai namun hasilnya masih nihil jangan langsung menyalahkan takdir. Setiap peristiwa dalam hidup ini harus dimaknai sebagai bagian dari pendewasaan dan terdapat hikmah yang mesti dipetik. Kuncinya satu kita tidak menyalahi hak orang lain.
4. Salah Fokus
Fokus paling utama jelas ada pada diri sendiri. Sudahkan kita mencoba menjadi lebih baik dari versi kita di masa lalu. Adakah pergerakan menuju perubahan yang lebih maju dalam segi apa saja baik itu ibadah, usaha mencari rezeki, hubungan dengan sesama manusia dan lain-lain. Bukan fokus pada apa yang dimiliki orang lain yang bersifat keduniawian. Jangan mencoba menggenggam seluruh dunia sebab jiwa akan merasa hampa dan terluka.
5. Tidak Ada Motivasi
Siapa lagi yang bisa membuat kita bangkit dari keterpurukan selain diri sendiri. Jangan berharap berlebihan dari manusia sebab seringkali kecewa yang kita terima. Motivasi paling kuat berasal dari dalam diri. Abaikan ucapan yang menjatuhkan mental. Jangan sesali keadaan hari ini karena tiada dukungan orang terdekat di masa lampau. Sebagai contoh seorang anak yang dipaksa menjadi seperti keinginan orang tua padahal si anak memiliki impian lain.
Seiring berjalannya waktu sang anak kehidupan ekonominya tetap biasa saja. Lalu orang tua menyalahkan karena dulu dia tidak patuh. Banyak kasus semacam ini terjadi. Akhirnya penyesalan menggerogoti hati. Jangan sampai larut dalam keterpurukan. Masih banyak jalan menuju tercapainya keinginan. Jika orang terdekat yang sejatinya menyayangi kita saja bisa membunuh mental kita, apalagi orang lain yang berniat buruk pada kita. Atur nafas sejenak ambil pelajaran berharga dari rasa menyesal tersebut.
6. Merasa Tidak Berharga
Semua makhluk ciptaan Tuhan itu berharga bahkan sekecil semut pun telah dijamin kebutuhannya. Begitu pula setiap jiwa yang terlahir ke dunia telah Tuhan jamin kehidupannya. Tinggal kita bagaimana menjemput apa yang telah Tuhan tetapkan. Apakah dengan cara yang baik atau sebaliknya.
Tidak ada alasan untuk merasa pesimis, merasa tidak berharga hanya karena kita direndahkan. Biasanya faktor utama orang-orang memandang remeh adalah soal ekonomi, kondisi fisik. Tak usah khawatir berlebihan. Menyesal terlalu dalam karena terlahir dari keluarga tidak mampu hingga putus harapan, hanya membuat kondisi kejiwaan terganggu. Katakan pada diri sendiri setiap saat, bahwa kita berharga. Memiliki segudang potensi yang masih perlu digali. Segala kesulitan maupun masa lalu buruk bukan berarti esok akan selalu suram.
7. Merasa Salah Mengambil Keputusan
Pernah dengar pernyataan berpikir dahulu sebelum bertindak? Ya, dalam memutuskan suatu perkara jangan terburu-buru atau kita akan dihantui rasa sesal. Walau begitu, pada kenyataannya agar hidup kita memiliki kemajuan dibutuhkan keberanian dalam mengambil sikap. Ketika dihadapkan dengan beberapa pilihan yang sulit, berpegang teguhlah pada prinsip-prinsip hidup yang kita anut asal bukan prinsip yang buruk. Sudah menjadi konsekuensi apabila keputusan yang kita ambil ternyata justru membawa kesedihan. Bangun jangan mudah menyerah. Sebagai manusia biasa sesal mendalam tentu kita rasakan namun berjuang lagi adalah pilihan yang tidak semua orang mau melakukannya.
8. Banyak Menumpuk Dosa
Penyesalan sebab banyaknya noda yang kita torehkan dalam hidup adalah penyesalan yang diharuskan agar kita kembali pada jalan yang lurus. Percayalah, hidup sesuai tuntunan-Nya tidak akan menjerumuskan kita pada kesengsaraan. Bukankah memang sifat dosa, kemaksiatan, kejahatan adalah menyenangkan, membuat terlena? Akan tetapi kesenangan-kesenangan tersebut pada dasarnya hanyalah fatamorgana. Semakin kita berkubang disana semakin kosong yang kita rasakan. Meski dengan melakukan banyak dosa nyatanya hidup kita tetap berjalan lancar, hati-hati mungkin Tuhan sudah enggan untuk mengingatkan.
Nah, pernahkah kalian merasa menyesali hidup yang kalian jalani? Setiap orang tentu memiliki titik terendah dalam hidupnya. Ambil jarak sejenak dengan menyendiri dan merenungkan perjalanan kita sampai di titik sekarang. Terima kesalahan yang diperbuat dan perbaiki. Semoga ulasan di atas memberi manfaat.
Baca Juga
-
Sering Diabaikan! Pentingnya 4 Etika Bertemu Bayi saat Lebaran, Sudah Tahu?
-
Kelewat Baper? Awas 5 Bahaya Mencintai Tokoh Fiksi secara Berlebihan!
-
5 Cara Menyimpan Sayur dan Buah Supaya Tahan Lama, Tertarik Mencoba?
-
Rencana Bertandang ke Ngawi? Wajib Lakukan 4 Hal Ini agar Tidak Menyesal!
-
Terlanjur Terjangkit Crab Mentality, Simak 4 Langkah Tepat Mengatasinya
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Hidup Damai Tanpa Insecure, Belajar Mencintai Diri Sendiri
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
-
Harapan Hidup Indonesia Vs Singapura: Beda 13 Tahun, Apa Penyebabnya?
-
Warga Bisa Cek Udara Jakarta, Pemprov Sediakan Data Real-Time dari 31 Stasiun Pemantau
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
Lifestyle
-
3 Rekomendasi Oil Serum Lokal Ampuh Meredakan Jerawat, Tertarik Mencoba?
-
3 Cleanser Lokal Mengandung Chamomile, Cocok untuk Pemilik Kulit Sensitif
-
3 Produk The Originote Ukuran Jumbo, Ada Micellar Water dan Sunscreen Spray
-
Viral Earbuds Berdarah, Ini Batas Aman Volume untuk Mendengarkan Musik
-
4 Gaya Fashion Youthful ala Kim Hye-jun yang Ideal untuk Acara Mid-Forma
Terkini
-
Makna Perjuangan yang Tak Kenal Lelah di Lagu Baru Jin BTS 'Running Wild', Sudah Dengarkan?
-
Ulasan Buku 'Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja', Bagikan Tips Jago Berkomunikasi
-
Puncak FFI 2024: Jatuh Cinta Seperti di Film-Film Sapu Bersih 7 Piala Citra
-
Polemik Bansos dan Kepentingan Politik: Ketika Bantuan Jadi Alat Kampanye
-
Ditanya soal Peluang Bela Timnas Indonesia, Ini Kata Miliano Jonathans