Ketika anak-anak mulai menunjukkan perilaku yang berani membantah orang tua, seringkali orang tua merasa kesal, bingung dan khawatir. Fenomena ini sebenarnya akan biasa saja jika disikapi dengan bijak. Sebaliknya, bisa jadi semakin rumit karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal diri anak maupun aspek eksternal.
Memahami penyebab di balik perilaku tersebut akan membantu orang tua menyikapiya dengan arif. Berikut adalah 12 penyebab umum mengapa anak berani membantah orang tua.
Kurangnya Batasan yang Konsisten Ketidakjelasan dalam batasan dan aturan dapat membuat anak merasa bebas untuk melawan.
Punya Pendapat Lain
Anak mungkin memiliki pandangan berbeda dan ingin mengekspresikan pendapatnya.
Komunikasi Belum Efektif
Minimnya komunikasi terbuka bisa jadi mendorong anak untuk mengekspresikan ketidakpuasan dengan cara yang lebih ekstrem, misalnya tantrum tidak wajar.
Pengaruh Teman Sebaya
Orang tua mesti memahami jika anak juga bisa terpengaruh oleh teman sebaya yang menunjukkan perilaku membantah.
Perubahan Hormon Remaja
Belum lagi, jika anak sudah mulai menapaki remaja. Perubahan hormonal pada masa remaja juga memengaruhi mood dan perilaku anak.
Stres atau Cemas
Faktor stres di lingkungan sekolah, keluarga, atau lingkungan lainnya juga memicu perilakunya.
Merasa Tidak Dihargai
Terkadang, jika anak merasa pendapatnya diabaikan, mereka cenderung memberontak dengan caranya sendiri. Sebaliknya, orang tua kadangkala menanggapinya dengan keras.
Menyontoh Perilaku Orang Tua
Anak cenderung meniru perilaku yang dilihat dari orang tua atau anggota keluarga lainnya. Jadi, tidak selalu salah anak.
Kemandirian Mulai Berkembang
Saat anak mulai merasa ingin mandiri, mereka biasanya cenderung membantah otoritas orang tua.
Perasaan Tidak Adil
Jika anak merasa diperlakukan tidak adil, mereka juga menunjukkan perilaku yang cenderung membangkang sebagai bentuk protes.
Belum Memahami Emosi
Anak mungkin belum memiliki keterampilan untuk mengelola emosi dengan baik, sehingga relatif mudah "terprovokasi".
Dorongan Eksplorasi
Terkadang, anak berani membantah karena sedang mencoba batasan untuk menjelajahi dunianya dan ingin memahami konsekuensi atas suatu tindakan.
Jadi, ketika orang tua mengetahui anaknya mulai membantah, hendaknya tetap tenang, berempati dan tidak perlu membangun asumsi berlebihan. Sebaliknya, upaya memahami penyebab di balik perilaku anak dapat membantu menentukan pendekatan yang sesuai.
Mendengarkan dengan seksama, membangun komunikasi yang baik, memberikan contoh perilaku yang positif, dan memfasilitasi ekspresi emosi yang sehat adalah langkah-langkah penting dalam mengatasi perilaku berani membantah anak sebagaimana dirangkum dari sumber tulisan Kimberly Holland. What Oppositional Defiant Disorder (ODD) Looks Like in Children.
Baca Juga
-
Belajar Membaca Peristiwa Perusakan Makam dengan Jernih
-
Kartini dan Gagasan tentang Perjuangan Emansipasi Perempuan
-
Membongkar Kekerasan Seksual di Kampus oleh Oknum Guru Besar Farmasi UGM
-
Idul Fitri dan Renyahnya Peyek Kacang dalam Tradisi Silaturahmi
-
Antara Pangan Instan dan Kampanye Sehat, Ironi Spanduk di Pasar Tradisional
Artikel Terkait
-
Jelang Kemerdekaan RI, GNP Rilis Lagu Maju Tak Gentar Dinyanyikan Bintang Yukio
-
Anak Kucing Berisik pada Malam Hari? Ini 6 Tips Membantunya Tidur
-
Kakek Yang Terekam CCTV Cabuli Bocah SD Di Jaktim Ditangkap, Langsung Ditahan
-
Lolly Balik Sindir Nikita Mirzani soal Syarat Kerja di Inggris: Jangan Sok Tau
-
Yuk Disimak! 6 Manfaat Mengajak Anak Traveling, Bikin si Kecil Jadi Pede
Lifestyle
-
Mau Hangout Pas Weekend? 4 Ide OOTD Kasual ala Jennie BLACKPINK yang Nyaman
-
4 OOTD Jo A Ram yang Simpel dan Stylish, Ide Buat Pecinta Gaya Playful
-
Low Effort Look: 4 Daily Style Modis ala Isa STAYC yang Bisa Kamu Tiru!
-
4 Daily Outfit ala Narin MEOVV yang Siap Jadi Inspirasi Fashion Kamu
-
4 Serum Korea Alpha Arbutin yang Ampuh Bikin Wajah Cerah Bebas Noda Hitam!
Terkini
-
Menggiring Bola Melawan Stigma: Perempuan dan Kesetaraan di Lapangan Futsal
-
Adaptasi Game Populer, Sengoku: No Defeat Akan Tayang Perdana Tahun 2026
-
Paradoks Pengetahuan: Semakin Banyak Membaca, Semakin Merasa Bodoh
-
Saat Film Berani dan Lantang Membahas Amyotrophic Lateral Sclerosis
-
Meme, Maskulinitas, dan Feminitas: Ketika Humor Jadi Alat Kontrol Sosial