Generasi Z menghadapi tantangan yang besar seiring berjalannya waktu. Terutama saat ini, persaingan di dunia kerja yang semakin kompetitif. Untuk bisa bersaing di dunia kerja, generasi Z perlu memiliki berbagai keterampilan yang dibutuhkan, salah satunya adalah kemampuan analytical thinking.
Kemampuan analytical thinking adalah kemampuan untuk menganalisis dan memahami informasi secara objektif. Kemampuan ini sangat penting untuk memecahkan masalah dan membuat keputusan yang tepat. Di dunia kerja, kemampuan analytical thinking dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tugas dan tanggung jawab.
Apa pun bidang yang ditekuni, mulai dari mengkonsep suatu pekerjaan atau acara sampai ke hal teknis tetap membutuhkan ketelitian dalam menganalisa. Karena itu, saya akan menjelaskan aktivitas apa saja yang bisa membantu gen Z melatih kemampuan berpikir analitis. Jika kamu merasa termasuk gen Z, mari simak pembahasannya.
BACA JUGA: 4 Tips Ampuh Mengelola Stres dalam Menghadapi Masa Quarter Life Crisis
Sering membaca literatur
Saat membaca berita atau artikel, kita perlu mengidentifikasi bias dalam informasi, membedakan fakta dari opini, dan menganalisis informasi secara komprehensif. Informasi yang kita terima dari internet tidak semuanya valid atas kebenarannya. Karena pasti ada oknum yang sengaja membuat informasi itu dijadikan manipulasi untuk kepentingan pihak tertentu.
Jadi, sebagai generasi muda yang cerdas, kita harus bisa menemukan perbedaan antara informasi yang sudah valid dan yang mana yang belum. Lalu bagaimana cara untuk membedakannya? Sumber informasi yang kredibel dan objektif cenderung lebih rendah biasnya.
Sebaliknya, sumber informasi yang tidak kredibel atau subjektif cenderung lebih tinggi biasnya. Kita harus bisa meneliti bahasa yang digunakan, pemilihan kata, dan sudut pandang yang disajikan. Jika informasi tersebut menggunakan bahasa yang emosional, pemilihan kata yang bias, atau sudut pandang yang sepihak, maka ada kemungkinan informasi tersebut mengandung bias.
Berdiskusi dengan orang yang lebih cerdas
Berdiskusi adalah cara untuk bertukar pikiran antara beberapa orang untuk menemukan solusi dari suatu masalah. Jika kamu berdiskusi dengan orang yang tepat, maka proses diskusi akan berjalan lancar sehingga mendapatkan jalan keluarnya.
Orang yang tepat maksudnya adalah orang yang bisa diajak diskusi dan tentunya memiliki argumen sendiri dari prinsip yang dipegang. Saat itulah kita bisa melihat perspektif orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dengan kita. Kamu dengarkan argumentasi yang mereka ungkapkan dan ambil hal positif yang belum pernah kamu miliki atau hal yang baru kamu ketahui dari mereka.
5 Content Creator Inspiratif yang Mengulas Serba-serbi Skripsi
Mengikuti kegiatan volunteer di kehidupan masyarakat
Kegiatan sosial sering kali melibatkan masalah yang kompleks dan sulit. Kamu perlu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah melalui menjadi volunteer untuk mengatasi masalah yang ada pada kegiatan sosial tersebut. Keterampilan pemecahan masalah ini akan membantu kamu untuk berpikir secara objektif, mengidentifikasi informasi yang relevan, dan mengembangkan solusi yang tepat. Kegiatan sosial juga sering kali melibatkan kerja sama tim.
Kamu perlu bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama tim dapat membantu kamu untuk mengembangkan keterampilan komunikasi, negosiasi, dan kepemimpinan. Ini bisa didapatkan dalam riset data untuk kebutuhan masyarakat dalam suatu agenda. Selain itu, saat kamu harus diminta mengelola SDM dari masyarakat untuk mengerjakan sebuah proyek juga menjadi latihan praktikal yang sangat efektif untuk melatih analytical thingking.
Cobalah untuk melakukan beberapa aktivitas ini secara rutin. Kamu sendiri akan melihat hasilnya pada pikiranmu karena pikiranmu akan terbiasa berpikir secara analitis seiring berjalannya waktu. Semoga bermanfaat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Di Balik Dinding Akademik: Kampus dan Luka yang Tak Terlihat
-
Mindful Eating atau Makan Sambil Scroll? Dilema Makan Sehat dan Screen Time
-
Di Balik Tren Quiet Quitting: Tanda Karyawan Lelah atau Perusahaan Gagal?
-
Review Series Furies, Perjuangan Seorang Mahasiswi Bertahan Hidup di Dunia Mafia
-
Swipe Suka, Hati Luka: Menelisik Lelah Emosional dari Dunia Kencan Digital
Artikel Terkait
-
4 Tips Ampuh Mengelola Stres dalam Menghadapi Masa Quarter Life Crisis
-
3 Hal yang Jangan Dilakukan saat Menggunakan Noelle di Genshin Impact
-
3 Hal yang Jangan Dilakukan saat Melawan Cryo Hypotasis di Genshin Impact
-
Jangan Asal Pilih, Ini 4 Tips sebelum Membeli Minyak Esensial
-
4 Hal yang Jangan Dilakukan saat Menggunakan Qiqi di Game Genshin Impact
Lifestyle
-
Kejebak Diskon? Yuk, Kenali Bedanya Impulsive Buying dan Unplanned Buying!
-
Youthful! Ini 4 Ide OOTD ala Hana FIFTY FIFTY yang Pasti Cocok Buatmu
-
5 Gaya Outfit Kasual ala Morgan Oey yang Boyfriendable Abis, Wajib Coba!
-
4 Mix and Match Dua Warna ala Mimi OH MY GIRL, Bikin OOTD Makin Stylish!
-
4 Rahasia Fashion dan Hairdo Go Min Si yang Bikin Penampilan Makin Classy!
Terkini
-
Menari di Antara Batas! Kebebasan Berekspresi di Sekolah vs Kampus
-
Antara Ronggeng dan Revolusi: Potret Sosial dalam Novel Dukuh Paruk
-
Ulasan Buku B.J. Habibie: The Power of Ideas
-
Latar Ijen: Resto Bergaya Mewah dan Nyaman di Kota Malang
-
Review Film There's Still Tomorrow: Drama Emansipasi yang Bikin Getir