"Drinking Solo" adalah salah satu drama yang mengungkap kerasnya persaingan di dunia pendidikan Korea Selatan. Baik murid maupun guru digambarkan memiliki tingkat stresnya masing-masing sehingga kerap membenamkan diri dalam alkohol.
Namun di sisi lain, "Drinking Solo" juga memaparkan cara menjalani dan menyikapi permasalahan dengan cara yang positif. Berikut 4 Hal positif dari drama Korea "Drinking Solo" yang baik untuk kehidupan sehari-hari agar lebih bahagia.
1. Tidak Mudah Terpengaruh
Pak Hana adalah tokoh utama wanita dalam drama ini yang digambarkan sebagai sosok yang ceroboh dan guru pemula di tempat mengajarnya. Akibatnya, ia banyak melakukan kesalahan dan kerap direndahkan oleh Jungsuk, tutor nomor satu yang populer.
Namun semua kata-kata kasar dan hinaan yang ia dengar dari lelaki itu tidak lantas membuatnya terpengaruh kemudian terpuruk. Sebaliknya, Hana justru ingin membuktikan kalau ia akan bisa berbakat seperti Jungsuk.
2. Jiwa Petarung
Drama ini juga mengungkap jiwa petarung yang dimiliki oleh masing-masing tokohnya. Hana yang berjuang untuk mendapatkan lebih banyak murid, lalu para siswa yang juga berjuang untuk lulus ujian PNS demi tujuan masing-masing.
Meski tidak mudah tapi mereka tidak pernah menyerah. Bahkan mereka merelakan waktu luangnya untuk mengejar mimpi agar cepat menjadi nyata.
3. Ketulusan
Tidak ada tokoh yang digambarkan benar-benar baik dan benar-benar jahat dalam drama ini. Namun mereka memiliki karakternya masing-masing sehingga terkadang menciptakan masalah bagi tokoh lainnya.
Di sisi lain, mereka juga memiliki ketulusan untuk membantu temannya untuk keluar dari masalahnya.
Seperti misalnya Profesor Hwang dan Profesor Min yang membantu Hana untuk mendapatkan banyak murid di saat hanya Hana yang tidak bisa ikut kelas gabungan.
Lalu, Kibum yang menghibur Gong Myung dan Doyoung saat mereka patah hati. Padahal saat itu, Doyoung patah hati karena ulah Kibum yang tidak secara memprovokasinya hingga Doyoung putus dengan pacarnya.
Masing-masing tokoh memiliki caranya sendiri untuk menunjukkan ketulusan mereka dan ini terasa menyentuh.
4. Pemaaf
Terakhir pemaaf. Meski Hanya terus menerus diperlakukan buruk oleh Jungsuk tapi dia begitu pemaaf dan hanya mengingat hal-hal baik dari rekannya itu. Padahal ini sangat sulit disaat hatimu terluka berkali-kali oleh orang yang sama.
Agar hidup lebih bahagia kita memang seharusnya hanya mengingat hal baik dan melupakan sikap buruk orang lain.
Demikian 4 sikap positif dari Drama Korea "Drinking Solo" yang baik untuk kehidupan sehari-hari agar lebih bahagia.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Ulasan Film China Mumu: Hangatnya Cinta Ayah yang Tak Pernah Terucap
-
Rumitnya Naksir Teman Sendiri di Lagu Cover 'Double Take' Joshua SEVENTEEN
-
SEVENTEEN "Let Me Hear You Say": Kata Sederhana yang Jadi Kekuatan Besar
-
Sinyal yang Dikirim untuk Orang Tercinta di Lagu TWICE "Signal"
-
Bukan Sekadar Cetak Gol, Intip Rahasia Teknik Dasar Futsal di Lapangan
Artikel Terkait
-
4 Pertanyaan yang Harus Terjawab dalam Ending Drama Korea Marry My Husband
-
Kerasnya Dunia Pendidikan yang Relate Banget dalam Drakor Drinking Solo
-
4 Fakta Karakter Yoo In Soo dalam Drama Korea Midnight Studio, Jadi Hantu?
-
Cha Eun Woo dan Kim Nam Joo Berbagi Renungan Mendalam di Drama Wonderful World
-
9 Drama Korea Baru yang Bakal Tayang di Disney+ 2024, Mana yang Paling Kamu Tunggu?
Lifestyle
-
Mau Hangout Pas Weekend? 4 Ide OOTD Kasual ala Jennie BLACKPINK yang Nyaman
-
4 OOTD Jo A Ram yang Simpel dan Stylish, Ide Buat Pecinta Gaya Playful
-
Low Effort Look: 4 Daily Style Modis ala Isa STAYC yang Bisa Kamu Tiru!
-
4 Daily Outfit ala Narin MEOVV yang Siap Jadi Inspirasi Fashion Kamu
-
4 Serum Korea Alpha Arbutin yang Ampuh Bikin Wajah Cerah Bebas Noda Hitam!
Terkini
-
Menggiring Bola Melawan Stigma: Perempuan dan Kesetaraan di Lapangan Futsal
-
Adaptasi Game Populer, Sengoku: No Defeat Akan Tayang Perdana Tahun 2026
-
Paradoks Pengetahuan: Semakin Banyak Membaca, Semakin Merasa Bodoh
-
Saat Film Berani dan Lantang Membahas Amyotrophic Lateral Sclerosis
-
Meme, Maskulinitas, dan Feminitas: Ketika Humor Jadi Alat Kontrol Sosial