Hikmawan Firdaus | Rahmah Nabilah Susilo
Ilustrasi mendengarkan dan mendownload musik mp3. [Freepik]
Rahmah Nabilah Susilo
Baca 10 detik
  • Platform digital seperti TikTok & Spotify jadi ruang mereka berbagi, membangun komunitas, dan menyuarakan isu sosial.
  • Playlist jadi ‘jurnal audio’ Gen Z, mencerminkan suasana hati, keragaman genre, dan pandangan hidup mereka.
  • Bagi Gen Z, musik bukan sekadar hiburan, tapi bahasa ekspresi dan identitas diri.
[batas-kesimpulan]

Di tengah dinamika dunia digital yang serba cepat, Gen Z menemukan cara unik untuk berekspresi: melalui musik. Meskipun musik sudah lama menjadi bagian hidup manusia, bagi Gen Z perannya jauh lebih mendalam. Lebih dari sekadar hiburan, melodi dan lirik menjadi 'bahasa rahasia' mereka, sebuah alat sempurna untuk menyuarakan emosi dan keresahan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa.

Gen Z, yang lahir pada kisaran tahun 1997 hingga 2012, dikenal sebagai generasi yang sangat akrab dengan teknologi dan media sosial. Platform seperti TikTok, Spotify, YouTube, dan Instagram telah menjadi panggung utama mereka untuk mengeksplorasi dan membagikan selera musik masing-masing. Dalam konteks ini, musik menjadi alat komunikasi lintas batas yang menyatukan individu dari berbagai latar belakang budaya dan sosial.

Di era digital, dengan jutaan lagu yang dapat diakses secara instan, Gen Z telah mendefinisikan ulang hubungan kita dengan musik. Mereka tidak lagi hanya mendengarkan, melainkan secara aktif menggunakannya sebagai alat untuk mengekspresikan identitas, membangun komunitas, dan menavigasi dunia.

Berkat kemajuan teknologi, Gen Z punya kendali penuh atas playlist mereka. Mereka bisa dengan sengaja menciptakan suasana hati, memilih lagu yang liriknya bermakna atau beat-nya bersemangat, ceria, dan sedih untuk merefleksikan suasana hati mereka. Bagi mereka, musik menjadi narasi dan ruang pribadi di mana mereka merasa dipahami, bahkan di saat tidak ada orang lain yang mengerti.

Di media sosial, Gen Z menggunakan potongan-potongan lagu di TikTok atau Reels Instagram untuk menyampaikan pesan, menciptakan meme, atau berpartisipasi dalam tantangan. Hal ini bukan hanya soal hiburan, melainkan juga tentang menciptakan ruang digital di mana mereka dapat terhubung, berbagi pengalaman, dan merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Lebih dari itu, musik juga menjadi sarana untuk melakukan perlawanan, penyampaian opini menyuarakan isu-isu sosial yang mereka pedulikan. Lirik-lirik yang kuat sering kali menjadi katalis untuk diskusi tentang politik, kesehatan mental, kesetaraan sosial, dan isu lingkungan. Misalnya, lagu-lagu bertema politik, feminisme, kesehatan mental, hingga perubahan iklim sering muncul dalam playlist mereka. Ini menunjukkan bahwa musik tidak hanya mempengaruhi selera, tapi juga membentuk pandangan hidup.

Bagi Gen Z, sebuah playlist bukan sekadar daftar lagu, melainkan sebuah jurnal audio yang merekam setiap emosi dan pengalaman. Sebuah lagu bisa menjadi representasi suasana hati mereka, sementara liriknya mampu mewakili perasaan yang sulit diutarakan. Bahkan, suara singkat di TikTok bisa menjadi cara unik untuk menunjukkan kepribadian mereka. 

Kebebasan dalam mengekspresikan diri lewat musik juga terlihat dalam tren genre yang semakin cair. Gen Z tidak terjebak dalam satu jenis musik saja. Mereka terbuka terhadap eksplorasi lintas genre, dari K-pop, indie, R&B, hingga musik tradisional yang dikemas secara modern. Hal ini mencerminkan identitas mereka yang inklusif, fleksibel, dan menghargai keberagaman.

Pada akhirnya, musik adalah cermin jiwa bagi Gen Z. Di tengah tekanan sosial, tuntutan akademik, dan ketidakpastian masa depan, musik hadir sebagai ruang aman untuk jujur terhadap diri sendiri. Dalam nada dan irama, Gen Z menemukan suara mereka, suara yang mungkin tidak terdengar dalam percakapan sehari-hari, tetapi terasa begitu kuat dalam alunan musik.

Musik akan tetap menjadi bahasa universal bagi Gen Z. Ia adalah cerminan dari jiwa mereka, sebuah nada yang mengiringi setiap langkah dalam perjalanan menemukan diri dan membentuk dunia. Musik bukan hanya sekadar lagu yang mereka dengarkan; itu adalah identitas yang mereka kenakan.