Sekar Anindyah Lamase | Rahmah Nabilah Susilo
SD Negeri Karangmloko 1 (Dok.pribadi/Rahmah Nabilah Susilo)
Rahmah Nabilah Susilo

Kepala Sekolah SD Negeri Karangmloko 1, Rr. Khoiry Nuria Widyaningrum, S.Pd., M.Pd., memandang kedekatan guru dan murid sebagai kunci utama membangun sekolah yang aman. 

Dengan hubungan yang terbuka dan penuh kepercayaan, ia meyakini setiap murid dapat tumbuh tanpa rasa cemas dan berani menyampaikan apa yang mereka rasakan.

Selain memimpin sekolah, ia juga aktif sebagai Penggerak Komunitas BERGEMA KS Pusat Data dan Teknologi Informasi di bawah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Ketua Lingkar Daerah Belajar (LDB) Sleman, pengalaman yang membuatnya memahami pentingnya hubungan yang sehat antarwarga sekolah.

Di SD Negeri Karangmloko 1, guru memulai hari dengan menyapa murid melalui salam, tos kreatif, dan percakapan singkat. 

Menurut Ibu Nuri, kegiatan sederhana ini berfungsi sebagai langkah awal untuk melihat kondisi emosional anak sebelum proses belajar dimulai. 

Dari interaksi singkat itulah guru dapat menangkap apakah murid datang dengan ceria, tampak murung, atau menunjukkan perubahan perilaku lain yang perlu diperhatikan.

Perubahan kecil pada murid menjadi indikator penting untuk mengenali adanya masalah, baik yang berasal dari lingkungan rumah, pertemanan, maupun potensi perundungan

“Guru itu harus peka melihat perubahan kecil. Anak yang biasanya ceria tiba-tiba diam saja, itu tanda kita harus mendekat,” ujarnya.

Kedekatan yang dibangun melalui interaksi rutin membuat murid merasa lebih aman untuk mengungkapkan perasaan mereka. 

Murid tidak lagi takut atau enggan menyampaikan pengalaman yang membuat mereka tidak nyaman. Lingkungan belajar yang aman secara emosional dinilai berperan besar dalam meminimalkan potensi terjadinya perundungan di sekolah.

Menghargai Potensi Murid dan Menjaga Profesionalisme

Rr. Khoiry Nuria Widyaningrum, S.Pd., M.Pd., (Dok. Pribadi/Rahmah Nabilah Susilo)

Ibu Nuri mendorong guru untuk mengenali potensi setiap murid melalui berbagai bentuk apresiasi, termasuk program Bintang Kebaikan. 

Program ini diberikan berdasarkan perilaku positif dalam keseharian, seperti membantu teman, menunjukkan kepedulian, atau menjaga ketertiban. 

“Setiap anak punya potensi dan kekuatan. Tapi potensi itu tidak akan tumbuh kalau tidak dikenali dan dihargai,” ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa apresiasi tersebut bertujuan agar setiap murid merasa dihargai dan tidak tersisihkan. 

Guru diharapkan mampu memahami karakter murid secara menyeluruh sehingga proses pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.

Meski kedekatan menjadi bagian penting dari interaksi di sekolah, Ibu Nuri menegaskan bahwa batas profesional tetap harus dijaga. 

Guru bisa menjadi pembimbing dan tempat bercerita bagi murid, namun tetap memegang peran sebagai pendidik yang dihormati.

Menurutnya, setiap murid memiliki kebutuhan, karakter, dan cara belajar yang berbeda. Karena itu, guru perlu hadir dengan kepekaan dalam mendampingi mereka. 

Dengan memahami karakter masing-masing anak, proses pembelajaran dapat berlangsung lebih tepat sasaran, sekaligus memperkuat hubungan antara guru dan murid.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS