Diawali dengan kebiasaan meramban tanaman liar bersama ibu hingga merangkai bunga dalam workshop seru, komunitas Sporadies mengajak banyak orang mengenal alam sekaligus melawan plant blindness dengan cara yang hangat dan penuh cerita.
Risa Vibia (26), Founder Sporadies bercerita bahwa komunitas Sporadies hadir dari ambisinya untuk mengenalkan bunga ke banyak orang. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan tanaman berkat sang ibu yang memiliki hobi berkebun sekaligus pengajar biologi.
Risa kecil tentunya telah terbiasa meramban, berkeliling sambil mencari tanaman liar di desa, tepi sungai, hingga hutan. Ia selalu berusaha untuk mengenal dan menghafal istilah latin, setiap kali ia menemukan bunga.
Tak jarang, Risa juga sering mengabadikan momen meramban tersebut melalui foto atau video. “Memori personal yang membawa terbentuknya Sporadies,” tambah Risa.
Lebih dari sekadar aktivitas merangkai bunga, ada pesan penting yang ingin Sporadies bagikan. Salah satunya adalah melawan plant blindness. Istilah ini menggambarkan kondisi ketika kita tak lagi mengenal nama-nama tanaman di sekitar, bahkan asing terhadap bunga atau tumbuhan yang tumbuh di depan mata.
Bagi Risa, plant blindness bukan sekadar soal pengetahuan, melainkan soal kepekaan. Ia percaya, dengan lebih peka, kita bisa melihat tanaman bukan hanya sebagai latar, melainkan sebagai bagian hidup yang layak dirayakan.
Inilah yang kemudian menjadi motivasi utama Sporadies, mengajak orang-orang untuk kembali mengenal, peduli, dan merasakan kepekaan di balik setiap jenis bunga dan tanaman.
Hingga saat ini Sporadies memutuskan untuk menjadikan kegiatan merangkai bunga sebagai medium untuk mengenalkan bunga-bunga lokal di Indonesia. Dalam perjalanannya Sporadies berhasil menggelar workshop, lokakarya dengan berbagai macam tematik. “Salah satunya touch the wild, meramban, merangkai tanaman liar sembari journaling dan membuat herbarium,” tambah Risa.
Kegiatan lainnya yang dilakukan oleh Sporadies adalah merangkai buket bunga menggunakan pelepah pisang. Menariknya hasil akhir dari buket ini justru ditukar kepada satu sama lain, yang memunculkan memori baru bagi para peserta. “Supaya teman-teman saling merasakan kebahagiaan yang sama,” bebernya.
Untuk mengatasi limbah bunga, Sporadies justru menghadirkan pameran instalasi untuk mengenalkan bunga sebagai medium refleksi. “Kita taruh bunga dan dibiarkan sampai usianya usai,” ungkapnya. Limbah bunga ini kemudian menghasilkan output yang berbeda-beda seperti eco print, resin, herbarium, dan kertas pelepah pisang yang dicampur dengan petal atau kelopak bunga yang sudah usai usianya.
Selain komunitas, Sporadies juga berkembang menjadi sebuah toko bunga sekaligus botanical club. Melalui toko bunga, mereka menerima beragam pesanan mulai dari buket, bunga dalam vas, hingga dekorasi meja dan panggung. Sementara itu, ruang berbagi dan belajar hadir lewat botanies club, tempat berbagai workshop tematik digelar.
Ada tiga tema besar yang rutin dijalankan, dan belakangan muncul kelas baru bernama Snack Kebana. Terinspirasi dari seni merangkai bunga ala Jepang, ikebana, kelas ini dikemas dengan cara yang lebih ringan dan kreatif. Bahan-bahan sederhana seperti kemasan snack daur ulang dimanfaatkan sebagai vas, dilengkapi dengan teknik ramah lingkungan menggunakan chicken wire sebagai pengganti floral foam.
Melalui segala kegiatan itu, Sporadies ingin menunjukkan bahwa bunga bukan sekadar ornamen cantik, melainkan medium yang menyimpan makna, memori, sekaligus kesadaran baru. Dari meramban tanaman liar, merangkai buket sederhana, hingga berkreasi lewat instalasi, semuanya dirajut dengan semangat untuk lebih peka terhadap alam.
Lebih jauh lagi, seperti yang dihidupi Sporadies, bunga akhirnya bukan hanya tumbuh di tanah, melainkan juga tumbuh di ingatan dan hati banyak orang.
Baca Juga
-
Prabowo Lantik 11 Pejabat Baru: Ini Daftar Menteri Kabinet Merah Putih
-
Jago Matematika Disebut Pintar: Kenapa Angka Jadi Ukuran Cerdas di Indonesia?
-
Demo Ojol 2025: Tragedi, Tuntutan Menteri Dicopot, dan Masa Depan Transportasi Online
-
Demo Ojol 17 September: Sebagian Driver Menolak Ikut, Curiga Ditunggangi Kepentingan Politik
-
Enam Bulan Digaji UMP, Harapan Baru bagi Fresh Graduate, Jangan Sampai PHP!
Artikel Terkait
-
Perwakilan Aliansi Ojol Aksi 179 Temui Anggota Komisi V DPR RI: Katanya Ada Bang Dasco Juga
-
Terpecah! Komunitas URC Jaksel Ogah Ikut Demo Hari Ini: Mereka Bukan Ojol Sejati
-
Di Tengah Krisis Literasi, Kampung Ini Punya Perpustakaannya Sendiri
-
7000 Peserta Taklukan Garmin Run Indonesia 2025: Dari Lari ke Gaya Hidup Berkelanjutan!
-
Drag Race Toyota Agya Jadi Ajang Pembuktian Performa di Jamnas TAC Ke 3
Lifestyle
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
-
Daily Fit Check! 4 Outfit ala Daniela KATSEYE, Bikin Gaya Auto Kece
-
4 Serum Finally Found You untuk Usia 25 Tahun, Rahasia Cerah dan Awet Muda!
-
FOMO Bikin Kantong Jebol? Ini Trik Ampuh Hemat Ala Gen Z Kekinian!
-
4 Toner dengan Ekstrak Daun Teh untuk Lawan Jerawat, Kulit Auto Glowing!
Terkini
-
Review Film The Thursday Murder Club: Aksi Detektif Lansia Mengupas Kasus
-
Single Mom Sukses, Ria Ricis Hadiahi Diri dengan Mobil Baru
-
Emban Jabatan Menpora, Erick Thohir Harusnya Bisa Bawa PSSI Jauh Lebih Mengerikan!
-
Terungkap! Budidaya Tiram Bukan Biang Kerok Emisi, Malah Jadi Solusi Krisis Iklim?
-
Bikin Iri BLINK! Devano Danendra Heboh Pamer Foto Bareng Lisa BLACKPINK