Musik seharusnya menjadi ruang lepas bagi siapa pun, tetapi bagi perempuan konser kerap datang bersama kewaspadaan yang melelahkan. Pertanyaannya sampai kapan perempuan bisa menikmati musik sambil memastikan tubuhnya tetap aman di tengah keramaian?
Pengalaman berada di konser bagi perempuan sering kali tidak hanya tentang menikmati penampilan musisi, tetapi juga membaca situasi sekitar. Tatapan yang tak nyaman, senggolan yang disengaja, hingga sentuhan yang melampaui batas kerap menjadi bagian dari risiko yang dinormalisasi.
Ironisnya, pelecehan kerap dibungkus dengan dalih keramaian dan euforia massa. Tubuh perempuan seolah kehilangan hak personalnya ketika ruang publik dipenuhi alasan “tidak sengaja” dan “namanya juga konser”.
Dalam banyak kasus, perempuan dipaksa menyesuaikan diri demi merasa aman. Mulai dari memilih posisi berdiri, hingga cara berpakaian, semua diwaspadai sejak sebelum musik dimulai.
Alih-alih fokus pada lagu yang dinyanyikan bersama, sebagian perempuan justru sibuk menjaga jarak dan waspada. Kenikmatan yang seharusnya hadir utuh menjadi terpotong oleh rasa cemas yang terus mengintai.
Lebih menyedihkan lagi, pengalaman pelecehan kerap dianggap sepele ketika diceritakan. Perempuan justru ditanya mengapa tidak lebih berhati-hati, alih-alih mempertanyakan sistem keamanan dan budaya yang terlanjur menjamur.
Fenomena ini menunjukkan bahwa konser musik belum sepenuhnya menjadi ruang aman bagi semua orang, terutama perempuan. Kenyamanan masih menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan, bukan hak yang otomatis didapatkan ketika membeli tiket.
Budaya permisif terhadap pelecehan membuat batas personal kian kabur di ruang konser. Ketika pelaku berlindung di balik keramaian, korban justru dibiarkan menanggung ketakutannya sendirian.
Di sisi lain, dalam situasi berdesakan, batas antara tidak sengaja dan sengaja kerap dibuat kabur. Sentuhan yang jelas terasa berulang justru dilabeli sebagai konsekuensi logis dari kerumunan.
Fenomena ini memperlihatkan bagaimana pelecehan di konser tidak selalu hadir dalam bentuk ekstrem. Ia sering muncul halus, berulang, dan sengaja dinormalisasi lewat situasi yang dianggap wajar.
Ketika sentuhan yang melanggar terus dibenarkan oleh kondisi berdesakan, rasa aman semakin menjauh dari pengalaman perempuan. Konser akhirnya bukan hanya soal musik, melainkan soal bertahan di tengah kerumunan yang abai terhadap batas tubuh.
Hingga pada akhirnya, rasa aman di konser tidak seharusnya dibebankan pada cara perempuan menjaga diri, melainkan menjadi tanggung jawab bersama seluruh ekosistem hiburan. Selama pelecehan masih ditoleransi atas nama euforia dan keramaian, perempuan akan terus menunggu hari ketika menikmati musik tidak lagi harus dibarengi rasa waspada.
Baca Juga
-
Diduga Selingkuh Lagi, Jennifer Coppen Singgung Sosok Jule di Live
-
Datang ke Aceh untuk Bantu Korban Banjir, Arie Untung Disambut Kehangatan
-
Lucu dan Fungsional! Ini 4 Tumbler Lokal Gemas untuk Aktivitas Sehari-hari
-
Tak Sengaja Bertemu, Ferry Irwandi dan Raffi Ahmad Soroti Daerah Terdampak
-
Tembus 100 Ribu Penonton dalam 3 Hari, Film Mertua Ngeri Kali Tuai Pujian
Artikel Terkait
-
Lewat 'Kebun Mama', Ratusan Perempuan Komunitas di NTT Gerakkan Ketahanan Pangan Lokal
-
Dari Bisnis ke Pemberdayaan: Kisah Lian Tje Mendorong Perempuan Berani Melangkah Lebih Jauh
-
Soundrenaline Sana-Sini 2025 Hadir di Jakarta: Cek 3 Distrik Musik Eksklusif dan Lineup Gila-Gilaan!
-
Sejarah Baru, Iin Mutmainnah Dilantik Jadi Wali Kota Perempuan Pertama di Jakarta Sejak 2008
-
Pesta Rakyat Terbesar di Timur Indonesia Siap Digelar, Hadirkan NDX AKA Hingga 100 Paket Umrah
Kolom
-
Dirut ANTAM dari Eks Tim Mawar, Negara Tutup Mata soal Rekam Jejak HAM
-
Algoritma Menggoda: Saat Konten Bullying Dijadikan Hiburan Publik dan Viral
-
Hak yang Dinamai Bantuan: Cara Halus Menghapus Tanggung Jawab Negara
-
Lebih dari Sekadar Boikot: Bagaimana Cancel Culture Membentuk Iklim Sosial
-
Deforestasi atas Nama Pembangunan: Haruskah Hutan Terus jadi Korban?
Terkini
-
4 Rekomendasi Iron Mascara untuk Bulu Mata Lentik Natural ala Lash Lift
-
Seruan Tak Bertuan: Suara Ganjil di Keheningan Malam
-
Fakta Baru dari Bocoran Redmi K90 Ultra: Baterai Jumbo Cepat Penuh
-
Praktis & Anti Ribet! 4 Sunscreen Stick Lokal Harga di Bawah Rp100 Ribu
-
Waspada! 5 Bahaya Mikroplastik yang Diam-Diam Mengancam Kesehatan Tubuh