M. Reza Sulaiman
ilustrasi bermain medsos - alter account - second account. (Unsplash/Ahmed Nishaath)

Mungkin kamu sudah tidak jarang dengar pertanyaan ini, “Eh, kamu ada second account nggak?” atau jangan-jangan, kamu yang sering menanyakannya. Media sosial saat ini sudah jadi bagian dari hidup sehari-hari, tapi rupanya tidak semua orang nyaman untuk menampilkan dirinya secara terbuka 100%.

Dan dari sinilah lahir fenomena alter account, alias akun alternatif. Akun ini lebih sering dipakai anak muda untuk berbagi hal-hal yang lebih pribadi, termasuk curhat, overthinking, atau sekadar mengekspresikan sisi diri yang tidak mereka tunjukkan di akun utama.

Akun Utama vs Akun Alter: Apa Bedanya?

Alter account biasanya berupa akun kedua (atau bahkan lebih) yang dibuat terpisah dari identitas utama di first account. Kalau di akun utama orang biasanya tampil lebih rapi, estetik, dan penuh pencapaian, di alter account justru lebih bebas.

Di sinilah mereka bisa curhat tentang kehidupan, posting unfiltered selfie, atau berbagi opini yang mungkin terlalu kontroversial untuk disampaikan ke publik.

Ibaratnya, akun utama adalah panggung untuk personal branding, tapi alter account adalah ruang ganti tempat untuk menjadi diri sendiri seutuhnya.

Menurut penelitian Irfan Helmi Nugroho dari Universitas Gadjah Mada, alter account dipandang sebagai ruang aman bagi pengguna untuk mengekspresikan diri tanpa tekanan norma sosial yang berlaku di akun utama mereka.

Kenapa Sih Gen Z Suka Punya 'Alter'?

Alter account telah menjadi ruang aman bagi Gen Z untuk bercerita tanpa takut dihakimi oleh teman, keluarga, atau bahkan atasan. Di sini, mereka merasa bebas mengekspresikan diri tanpa harus khawatir dengan tekanan sosial yang sering muncul. Ada beberapa alasan utama kenapa fenomena ini begitu populer:

Wadah Curhat Tanpa Filter: Ini adalah tempat untuk menumpahkan segala keluh kesah, dari masalah percintaan hingga stres kerja, tanpa harus menjaga citra.

Eksperimen Identitas: Alter account juga banyak dimanfaatkan sebagai wadah untuk bereksperimen, mulai dari mencoba gaya bicara baru, berbagi selera musik yang "aneh", hingga menciptakan persona baru yang mungkin sulit ditampilkan di ruang publik.

Melawan Tuntutan Perfeksionisme: Kalau di akun utama mereka harus tampil estetik dan "hidupnya sempurna", di alter account justru mereka bisa tampil berantakan, jujur, dan apa adanya.

Penelitian dari Universitas Lambung Mangkurat dalam Jurnal Multikultural menegaskan bahwa alter account berfungsi sebagai “privacy life”, di mana seseorang bisa merasa lebih bebas menampilkan sisi dirinya yang tidak ingin diketahui oleh publik luas.

Pada akhirnya, alter account menunjukkan bahwa media sosial bukan sekadar tempat pamer foto liburan, tapi juga sebuah ruang kompleks di mana identitas bisa berubah-ubah. Kehadiran akun ini mencerminkan kebutuhan generasi muda untuk menemukan keseimbangan antara citra publik dan diri mereka yang sebenarnya.

Bagi Gen Z, alter adalah “dunia kedua”, tempat mereka bisa menjadi diri sendiri, meski terkadang dengan cara anonim. Fenomena ini membuat kita sadar bahwa di balik feed yang rapi dan penuh senyum, banyak sekali cerita lain yang hanya bisa dibagikan di ruang-ruang kecil bernama alter account.

Penulis: Flovian Aiko