Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana | Pebriansyah Ariefana
Institute of Southeast Asian Islam - ISAIs UIN Sunan Kalijaga menggelar launching dan bedah buku "Khilafah Ahmadiyah dan Nation State" bertempat di Aula Teatrikal Perpusatakan UIN Sunan Kalijaga, Senin (27/05/2019). (JAI)

Institute of Southeast Asian Islam - ISAIs UIN Sunan Kalijaga menggelar launching dan bedah buku "Khilafah Ahmadiyah dan Nation State" bertempat di Aula Teatrikal Perpusatakan UIN Sunan Kalijaga, Senin (27/05/2019).

Penulis dan Peneliti Muda ISAIs Abd. Aziz Faiz, M.Hum, mengatakan Khilafah Ahmadiyah bukanlah khilafah yang bersifat politik, melainkan khilafah spiritual, sehingga ini sangat menarik untuk diangkat ke publik.

"Buku ini memberikan wacana alternatif pemahaman tentang konsep khilafah yang banyak dipahami mainstream, yaitu adanya khilafah spiritual. Dan ini merupakan bagian dari sumbangan besar Jamaah Ahmadiyah untuk memelihara kesadaran ber Tuhan", kata Abd. Aziz.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Tabligh PB Jamaah Ahmadiyah, Drs. Abdul Rozzaq, Ia menyampaikan tepat pada tanggal 27 Mei ini, Khilafah Ahmadiyah sudah berdiri 111 tahun di 212 negara.

"Konsep Khilafah Ahmadiyah tidak menjadi ancaman sebuah negara, karena dimanapun Ahmadiyah berada, akan tunduk dan patuh terhadap sistem negara dimana warga Ahmadiyah tinggal", ujar Abdul Rozzaq.

Abdul Rozzaq menambahkan, tujuan didirikannya Khilafah Ahmadiyah ialah untuk memberikan keteguhan beragama dan memberikan rasa aman kepada kondisi-kondisi yang mengkhawatirkan, sebagaimana yang tercantum didalam Qur'an Surah An-Nur ayat 55.

Sementara itu Cendekiawan Muslim, Gus Ulil Abshar Abdalla, M.A yang ikut membedah buku tersebut menyampaikan, Khilafah politik tidak bisa hidup di zaman sekarang, dan itu sudah terbukti, karena akan bertentangan dengan ideologi-ideologi negara yang ada.

"Ahmadiyah memiliki Khilafah yang tidak berpolitik, oleh karena itu mereka banyak diterima diberbagai negara. Oleh karena itu kontribusi Ahmadiyah bagi Islam tidak main-main", terang Ulil.

Sejumlah tokoh pun memberikan testimoninya dalam buku tersebut, Koordinator Gusdurian Alissa Wahid mengatakan, Khilafah menjadi kata yang bernuansa berbeda dari narasi yang berkembang saat ini. Khalifah Ahmadiyah justru memberikan contoh praktik baik menjadi rahmat bagi semesta.

Peneliti Senior LIPI yang juga Pengurus Pusat Muhammadiyah Najib Burhani mengatakan, sebagian kelompok dalam Islam meyakini bahwa Khilafah adalah sistem yang dimandatkan oleh Tuhan dan karenanya bisa mempersatukan umat Islam dan menjadi solusi terhadap seluruh persoalan umat manusia. Sayangnya konsep Khilafah saat ini dikooptasi oleh pemahaman monolitik Hizbut Tahrir dan kelompok teroris Islamic State (IS) di Suriah. Satu hal yang perlu dicatat bahwa seandainya Ahmadiyah diakui sebagai bagian dari Islam, maka sistem kekhilafan Islam sebetulnya tidak benar-benar hancur. Ini karena sebelum Turki Usmani dibubarkan oleh Mustafa Kemal Ataturk, pada tahun 1908 kelompok Ahmadiyah telah mendirikan kekhilafahan baru ini di India.

JAI Indonesia

Array