Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | syafiranurta
Ilustrasi perut gendut

Berdasarkan Laporan Gizi Global, Indonesia termasuk ke dalam 17 negara yang memiliki 3 masalah gizi sekaligus, yaitu Stunting (pendek), Wasting (kurus) dan Overweight (berat badan berlebih).

Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa  tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat dari 14,8 persen pada 2013, menjadi 21,8 persen pada tahun 2018. Obesitas telah menjadi krisis kesehatan global yang akan bertambah buruk jika tak ada pencegahan yang dilakukan.

Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Riskiyana Sukandhi Putra mengatakan obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius yang memerlukan penanganan segera.

"Sekarang ini jumlah penderita obesitas di Indonesia lebih tinggi dari penderita gizi buruk, masalah kesehatan tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan masalah baru," ujarnya dalam acara SATU Indonesia Award, di Palembang, Jumat (19/07/2019).

Jika tidak diatasi, obesitas dapat memicu penyakit berbahaya, seperti jantung, stroke, kanker, hingga diabetes. Obesitas juga dapat mengganggu pertumbuhan tulang anak. Penyakit tidak menular terkait obesitas di antaranya adalah diabetes mellitus tipe 2, serebo kardiovaskular (segala gangguan pada area otak) dan penyakit kanker.

Minim aktivitas fisik, kurang asupan serat, sampai faktor keturunan, menjadi penyebab obesitas. Namun faktor utama adalah ketidakseimbangan zat gizi, yaitu berlebihnya asupan karbohidrat dan lemak.  

Pola makan adalah perilaku yang memengaruhi keadaan gizi seseorang. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi akan memengaruhi tingkat kesehatan. Konsep 4 sehat 5 sempurna yang diperkenalkan sejak 1952 kini mulai diganti dengan pedoman gizi seimbang yang tidak hanya fokus dengan asupan makanan.

Gizi seimbang berarti makanan kita sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, memperhatikan keanekaragaman pangan, melakukan aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (4 Pilar Gizi Seimbang).

Ada 10 poin sederhana dalam pedoman gizi seimbang, antara lain:

  1. syukuri dan nikmati aneka ragam makanan;
  2. perbanyak makan sayur dan buah;
  3. konsumsi lauk pauk protein tinggi;
  4. biasakan konsumsi ragam makanan pokok;
  5. batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak;
  6. biasakan sarapan;
  7. biasakan minum air putih yang cukup dan aman;
  8. biasakan membaca label pada kemasan pangan;
  9. cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir;
  10. lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal.

Kita bisa menerapkan pedoman gizi seimbang ini tidak hanya pada diri sendiri, tetapi juga pada keluarga.

Pada tahun 2016, seorang anak lelaki berusia 10 tahun menjadi pembicaraan karena obesitas. Berat badannya saat itu 192 kg di saat anak lain seusianya hanya 32 kg. Setelah menjalani diet dan operasi di berbagai rumah sakit, berat badan Aria turun drastis. Aria Permana adalah contoh anak yang mendapat pola makan yang salah di rumah. Sang Ayah mengakui bahwa Aria terbiasa mengonsumsi makanan instan dan minuman tinggi gula.

Masalah gizi nasional memang merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi ciptakan masyarakat dengan gizi seimbang juga bisa dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk hidup sehat. Memajukan kehidupan bangsa harus didukung oleh masyarakat yang memiliki kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas tinggi. Jika gizi buruk dan obesitas masih saja mendera, tentu saja sulit menciptakan tunas bangsa berkualitas. 

Oleh: Syafira Nur Tazkia Abdillah, Mahasiswa Vokasi Universitas Indonesia, Prodi Hubungan Masyarakat.

syafiranurta

Baca Juga