World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 50 persen gangguan mental berawal pada remaja berusia 14 tahun dan 75 persen dari gangguan mental berkembang hingga seseorang berusia 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa gangguan mental banyak terjadi pada remaja. Gangguan mental dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun peer pressure menjadi salah satu faktor yang jarang menjadi perbincangan.
Peer pressure merupakan tekanan yang dialami seseorang karena pengaruh lingkungan sosialnya yang kebanyakan datang dari teman sebaya atau orang-orang yang mempunyai ketertarikan atau pengalaman yang sama. Peer pressure dapat berupa seorang remaja mengikuti gaya hidup teman-temannya hanya untuk diterima di pertemanan atau sekedar seseorang memotong rambutnya hanya karena temannya mengatakan ia tidak suka rambut panjangnya.
Remaja yang mulai memperhatikan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka berdampak pada perilaku mereka yang terganggu. Hal ini nantinya dapat berdampak pada penurunan aktivitas akademiknya hingga mengganggu kesehatan mental seorang remaja.
Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya pengaruh peer pressure pada diri sendiri.
Memahami perasaan sendiri. Mencoba mengerti terhadap perasaan sendiri ketika menghadapi sebuah situasi tanpa memikirkan bagaimana orang lain bersikap mengenai hal itu.
Berani untuk mengatakan “tidak”. Dalam menghadapi berbagai situasi menekan, seharusnya tidak apa-apa untuk menolak berbagai hal. Sadar bahwa seseorang berhak untuk memutuskan untuk melakukan sesuatu atau tidak.
Memiliki rencana. Menghadapi pertemanan menuntut, seseorang dapat merencanakan apa yang dikatakan pada mereka di berbagai situasi.
Memilih pertemanan yang positif. Kelilingi diri sendiri dengan orang-orang yang dapat mengerti perbedaan antara satu sama lain dan senantiasa memberi dukungan dalam berbagai situasi.
Meminta tolong atau saran. Tidak ada salahnya membawa orang dewasa dalam permasalahan remaja jika pertolongan tau saran mereka dapat membantu menyelesaikan masalah.
Semua orang memiliki perbedaan yang menjadi keunikan dan daya tarik mereka sendiri. Perbedaan tidaklah seharusnya dijadikan sebagai batasan untuk seseorang menjalani kesehariannya dalam beraktivitas. Mari kita bersama-sama membiasakan diri untuk sebarkan kebaikan dan kepedulian terhadap sesama dengan tujuan untuk kualitas hidup yang lebih baik, baik untuk diri sendiri dan juga orang-orang sekitar.
Oleh: Kansha Sabila Fithri Herwien
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Tanpa Sadar, Ini 5 Tanda Kamu Sudah Menerapkan Frugal Living
-
Sehat ala Cinta Laura, 5 Tips Mudah yang Bisa Kamu Tiru!
-
Laba Bersih Tembus Rp 18,7 Triliun di Q3 2024, Kinerja Segmen Gaya Hidup LPKR Tumbuh Signifikan
-
Catat! 10 Tips Memilih Peralatan Outdoor yang Awet dan Tahan Banting
-
Thrifting: Gaya Hidup Hemat atau Ancaman Industri Lokal?
News
-
Dari Kelas Berbagi, Kampung Halaman Bangkitkan Remaja Negeri
-
Yoursay Talk Unlocking New Opportunity: Tips dan Trik Lolos Beasiswa di Luar Negeri!
-
See To Wear 2024 Guncang Industri Fashion Lokal, Suguhkan Pengalaman Berbeda
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
Terkini
-
Janji Menguap Kampanye dan Masyarakat yang Tetap Mudah Percaya
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
4 Rekomendasi OOTD Rora BABYMONSTER yang Wajib Kamu Sontek untuk Gaya Kekinian
-
Dituntut Selalu Sempurna, Rose BLACKPINK Ungkap Sulitnya Jadi Idol K-Pop
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik