Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani
Ilustrasi lelaki pengguna kokain. [shutterstock]

Penggunaan beberapa obat secara kronis dapat menyebabkan perubahan jangka pendek dan jangka panjang bagi otak, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental bagi para pengguna pecandu narkoba termasuk paranoia, depresi, kecemasan, agresi, halusinasi, dan masalah lainnya.

Efek psikis dari kecanduan narkoba datang dari alasan pengguna pecandu narkoba, serta perubahan yan terjadi di otak begitu seseorang menjadi pecandu narkoba. Pada awalnya, banyak orang mulai menggunakan obat-obatan untuk mengatasi rasa stres atau rasa sakit.

Efek dari kecanduan narkoba adalah terciptanya suatu siklus di mana dan kapan pun pengguna menghadapi rasa stres atau sakit, mereka merasa perlu untuk menggunakan obat tersebut. Banyak orang yang kecanduan terhadap narkotika dan juga didiagnosis mederita kelainan mental lain dan sebaliknya.

Dibandingkan dengan populasi umum, orang yang kecanduan terhadap narkoba kira-kira dua kali lebih memungkinkan menderita gangguan anxiety atau kecemasan berlebihan. Meskipun gangguan penggunaan narkoba umumnya terjadi dengan penyakit mental. Jadi, inilah obat-obatan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental

Debat yang cukup besar telah mengelilingi potensi bahaya dari kokain, karena banyak orang terus menggunakan obat tersebut berdasarkan reaksi tanpa melaporkan masalah. Risiko kesehatan penggunaan kokain termasuk sejumlah komplikasi medis, seperti gangguan kardiovaskular atau pernapasan, yang dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kematian.

Penggunaan kokain akut dapat menyebabkan efek yang diinginkan dari euphoria, kepercayaan diri, peningkatan perhatian, berkurangnya nafsu makan, kurang kelelahan. Tetapi juga dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan seperti kecemasan dan paranioa, perilaku egosentris, disforia, anoreksia, dan delusi. Setelah penarikan kokain, gejala yang khas adalah anhedonia. Ketergantungan kokain yang lebih besar dikaitkan dengan gejala depresi yang lebih parah setelah penarikan.

Dalam satu studi, jumlah bunuh diri yang di rencanakan di antara pengguna inhalansia di temukan sama dengan jumlah bunuh diri yang di rencanakan pada orang dengan penyakit kejiwaan lainnya, tetapi jumlah bunuh diri yang tidak di rencanakan lebih besar pada anak-anak dan remaja yang menggunakan inhalansia.

Penggunaan inhalan menunjukan tingkat diagnosis penyakit mental tertinggi.penggunaan inhalan terkait dengan memperburuk gejala depresi,kegelisahan, gangguan kepribadian, bunuh diri, perilaku mencelakakan diri.

Orang yang menggunakan ketamine dapat mengalami halusinasi. Itu mengubah presepsi mereka tentang kenyataan. Mereka dapat meilihat, mendengar, mencium, atau merasakan hal-hal yang tidak ada, atau dapat melihatnya secara berbeda dengan bagaimana mereka sebenarnya. Mereka juga dapat merasa terpisah dari tubuh mereka, yang di kenal sebagai “jatuh ke dalam lubang-K”.

Saat menggunakannya orang dapat merasakan disorientasi dan mengantuk, mengalami halusinasi, merasa mati rasa, merasa tidak terkoordinasi, menjadi panik, bingung dan cemas, memiliki pengalaman mendekati kematian.

Banyak dari kita yang harus merenungkan kembali mengenai masalah kecanduan. Kita biasanya mengingatkan kecanduan dengan lemahnya iman dan mengendalian diri. Namun, alasan sebenarnya di balik keputusan mereka untuk menggunakan narkoba jauh lebih kompleks dari hanya sekedar rusaknya moral.

Kurangnya pemahaman tentang apa yang menjadi faktor risiko dan penyebab seseorang menjadi pecandu narkoba membuat banyak orang terbutakan oleh prasangka. Seseorang yang jatuh dalam jerat candu tidak berdaya untuk mengendalikan hasrat dan perilakunya. Itulah sebabnya mengapa orang yang sedang berusaha lepas dari kecanduan perlu mendapatkan dukungan dan kasih sayang, bukan dikucilkan atau dihakimi.

Pengirim: Destiara Nuru Azahra / Mahasiswi London School of Public Relations Jakarta 
Email: destiaranazahra@gmail.com