
Dalam buku yang ditulis oleh Usamah Hisyam berjudul “SBY Sang Demokrat” menurut Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, tantangan dan ancaman terhadap negara Indonesia antara lain disintegrasi nasional, marginalisasi peran negara kebangsaan, perkembangan konsep kedaulatan (global).
Terdapat pada poin keempat, saat ini hokum, logika dan aturan main sudah serba baru mengikuti perkembangan zaman. Dalam pandangan global, yang menentukan kehidupan bangsa bukan lagi pemerintahannya, tetapi adalah hukum pasar. Dengan memacu pada pandangan global ide-ide personal akan berkembang dengan bebas.
Konsep globalisasi yang tanpa batas akan meningkatkan kreatifitas setiap negara dalam memodifikasi perekonomian negaranya masing-masing. Jadi, globalisasi merupakan ancaman atau peluang bagi bangsa Indonesia?
Dalam keberhasilannya, globalisasi dapat berdampak positif bagi perekonomian bangsa Indonesia. Hidupnya pasar global dapat meningkatkan dan memperluas hubungan kerja sama Internasional yang akan menjadi sumber-sumber kemakmuran bagi Indonesia.
Dengan adanya globalisasi, bangsa Indonesia akan ikutserta membangun industri internasional bersama negeara-negara maju dan berkembang lainnya. Dalam praktiknya, keikutsertaan bangsa Indonesia dalam globalisasi ini akan menghasilkan banyak kerja sama perdagangan yang terjadi antara Indonesia dan negara-negara yang ada di dunia.
Salah satunya ialah bangsa Indonesia telah menjalin kerja sama dengan negara-negara di Asia Tenggara dan ikut serta dalam ASEAN (Association of South East Asia Nations) yang berdiri sejak 8 Agustus 1967. Beberapa proyek industri yang dilakukan oleh ASEAN meliputi industri pupuk yang ada di Aceh-Indonesia dan Malaysia.
Di samping itu, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang berpredikat sebagai lumbung padi ASEAN. Hal ini merupakan keuntungan bagi bangsa Indonesia, dengan adanya predikat bangsa Indonesia yang menjadi salah satu lumbung padi ASEAN maka akan banyak negara-negara yang ingin bersahabat dan berteman baik dengan bangsa Indonesia.
Terjadinya hubungan baik ini akan mempermudah jalannya kegiatan ekspor dr Indonesia untuk negara-negara tetangga. Oleh karena itu, banyak bangsa yang iri dengan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Banyak negara yang bergantung dengan padi Indonesia.
Indonesia juga telah bergabung dengan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) demi menciptakan perdamaian dunia. Peran bangsa Indonesia dalam Organisasi dunia PBB antara lain pada tahun 1948 Indonesia mengirimkan bantuan beras melalui Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) ke Ethiopia yang dilanda kelaparan. Lalu apa yang menjadi peluang bagi bangsa Indonesia?
Dengan adanya globalisasi Indonesia akan mendapat kesempatan untuk memaksimalkan potensi tenaga SDM dengan membuka peluang lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat pengangguran, contohnya Indonesia dapat mengirimmkan TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ke negara tetangga.
Indonesia juga akan berkesempatan untuk memperkenalkan Budaya/Jati luhur bangsa ke tingkat Internasional. Indonesia juga dapat memajukan pembangunan infrastruktur negara dan perekonomian rakyat.
Globalisasi juga membuat kemajuan teknologi telekomunikasi sehingga komunikasi penduduk antar negara di berbagai belahan dunia menjadi semakin terbuka dan mudah. Lalu bagaimana dengan ancaman yang ditimbulkan globalisasi? Akankah kita menutup mata untuk hal itu?
Adanya kerja sama antarnegara akan menimbulkan beberapa masalah yang serius. Dengan berdirinya perusahaan asing di Indonesia akan mengancam bangsa dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta ini akan menjadi pasar empuk bagi negara lain karena orang kita lebih senang menjadi konsumer, maraknya barang buatan luar negeri yang dikonsumsi juga tenaga kerja asing yang hadir mengisi berbagai jenis keahlian dan jabatan di berbagai lapangan kerja yang ada di Indonesia, semakin menyingkirkan rakyat Indonesia dari negaranya sendiri.
Dalam pelestarian jati diri bangsa, globalisasi dapat menjadi boomerang bagi Indonesia, mengingat saat ini gaya hidup kita sudah sebagian besar interaksi dengan globalisasi yang lama kelamaan akan menghapus sistem, nilai, budaya, jati diri dan tradisi bangsa.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Membaca Gagasan Ki Hadjar Dewantara di Tengah Komersialisasi Pendidikan
-
Krisis Warisan Rasa di Tengah Globalisasi: Mampukah Kuliner Lokal Bertahan?
-
Jangan Sampai Luntur! Mengapa Budaya Lokal Penting di Era Globalisasi?
-
Pentingnya Melestarikan Budaya Lokal di Tengah Arus Globalisasi
-
Mengapa Budaya Lokal Mulai Terkikis oleh Gaya Hidup Global?
News
-
Cara Pindah Haji Reguler ke Haji Plus atau Furoda Secara Resmi dan Aman
-
Dies Natalis UAJY ke-60: Lomba Dongeng Bahasa Indonesia Jadi Jembatan Budaya Mahasiswa Internasional
-
Christopher Kevin Yuwono, Duta GenRe Kota Mojokerto 2025 Terpilih Siap Hadapi Tantangan Digital
-
Khitanan Massal di Legok, Aksi Nyata Mahasiswa FKIK UNJA untuk Masyarakat
-
Berdayakan Anak Jalanan Lewat Literasi, Pelajar Ini Jadi Wakil Indonesia dalam Asia Girls Campaign
Terkini
-
Setengah Musim di Oxford United, Ole Romeny Masih Kalah Bersaing! Sebuah Hal yang Wajar?
-
Kylie Cantrall Gandeng Yunah dan Minju ILLIT di Lagu See U Tonight
-
Sang Tendik, Perlukah Pendidikan Tinggi Mengejar Estetika Profesional?
-
5 Drama China Tentang Dinamika Kehidupan Pernikahan, Ada Drama Begin Again
-
Bucin Tanpa Batas, Intip Isi Hati Member SEVENTEEN Lewat Lagu 'Crush'