Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani
Ilustrasi siswa sekolah dasar dan guru (dok istimewa)

Adanya perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan merupakan prinsip yang universal dalam semua masyarakat Indonesia. Dari perbedaan yang timbul antara keduanya dapat menyebabkan adanya kebiasaan belajar yang berbeda sehingga bisa menyebabkan pencapaian prestasi belajar yang berbeda pula.

Laki-laki dan perempuan memang terlihat berbeda dan memiliki organ yang berbeda. Oleh karena itu ada anggapan bahwa laki-laki dan perempuan juga berbeda dengan cara masing-masing berpikir, bertindak, dan merasakan sesuatu.

Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda saat proses belajar di sekolah, ada siswa yang senang dengan pembelajan secara cepat, visual, mendengarkan guru menjelaskan, atau ada juga yang senang mengikuti pelajaran dengan cara bergerak dan bermain.

Perbedaan intelegensi perempuan dengan laki-laki

Banyak orang yang menyakini bahwa antara laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan dalam hal intelegensi. Banyak pula peneliti yang membuktikan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara intelegensi laki-laki dan perempuan.

Dari tes-tes yang telah di berikan, perempuan terutama berkelebihan dalam hal mengerjakan tes-tes yang  telah diberikan, perempuan berkelebihan dalam hal mengerjakan tes-tes yang menyangkut penggunaan hafalan-hafalan reaksi-reaksi estetika serta masalah-masalah sosial.

Sedangkan siswa laki-laki berkelebihan dalam hal penalaran abstrak, penguasaan matematik, mekanika, atau structural skills. Selama antara siswa laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan fisik dan psikis, latihan, pengalaman, pola hidup, kebutuhan dan minatnya.

Maka bukan hanya mendapati kenyataan, bahwa tes-tes intelegensi tidak akan mengukur secara akurat tentang perbandingan antara kapasitas mental siswa perempuan dan kapasitas mental siswa laki-laki. Dengan demikian, masih mengalami kesulitan untuk mengatakan bahwa siswa perempuan lebih rendah atau sama atau lebih superior dari pada siswa laki-laki dalam hal intelegensi.

Peran jenis kelamin adalah harapan sosial yang menentukan bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya berpikir, bertindak dan merasakan.

Pengaruh dari Saraf Otak

Satu pendekatan berfokus pada perbedaan antara perempuan dan laki-laki di dalam corpus collosum, saraf yang menghubungkan otak kanan dan otak kiri.

Corpus collosum pada perempuan lebih besar dari pada laki-laki tentang emosi orang lain. Bagian otak yang terlibat dalam pengungkapan emosional menunjukkan lebih banyak aktivitas metabolis pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.

Selain itu lapisan lobus yang berfungsi dalam keterampilan visual dan ruang anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan. Otak perempuan dan laki-laki mempunyai banyak kemiripannya ketimbang perbedaanya. Singkatnya biologi bukan menjadi tujuan untuk isu sikap dan perilaku jenis kelamin. Pengalaman sosialisasi anak-anak memegang peranan yang sangat penting.

Persoalan perbedaan jenis kelamin dalam kecerdasan atau pencapaian akademis telah diperdebatkan selama berabad-abad, dan masalah itu adalah sesuatu yang sangat penting sejak awal 1970-an.

Hal penting untuk tetap ingat tentang perdebatan ini ialah bahwa belum seorang pun peneliti yang bertanggung jawab penuh menyatakan bahwa setiap siswa laki-laki dan perempuan dalam setiap ukuran kemampuan intelektual adalah besar kalau dibanding dengan jumlah keragaman dalam masing-masing jenis kelamin.

Dengan kata lain, bahkan dalam bidang di mana perbedaan jenis kelamin yang sesungguhnya ditemukan, perbedaan-perbedaan ini hanyalah begitu kecil dan begitu beragam sehingga hanya mempunyai sedikit konsekuensi praktis.

Walaupun siswa laki-laki dan siswi perempuan memiliki perbadaan tetapi siswa laki-laki dan siswi perempuan juga memiliki kekurangan dan kelebihan yang di mana anak laki-laki bisa membantu pekerjaan anak perempuan apabila dalam kesulitan mengerjakan sesuatu seperti mengangkat yang berat-berat karena tidak semua anak perempuan dapat

Megerjakan pekerjaan yang bisa dilakukan anak laki-laki begitu pula sebaliknya tidak semua anak laki-laki bisa mengerjakan pekerjaan anak perempuan sekuat apapun laki-laki itu.

Oleh: Eka Puji Astuti / Mahasiswi IAIN Pekalongan jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah
Email: ekapujipuji01@gmail.com