Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | nabila kharisma
Ilustrasi daging sapi

Tahun 2020 merupakan cobaan baru di segala bidang, semua bidang di tuntut beradaptasi dan berubah. Restoran, pabrik, pusat perbelanjaan bahkan kantor pemerintahan dipaksa berbenah menyesuaikan protokol kesehatan.

Pemerintah memfokuskan diri pada program-program penanggulangan Covid-19 dan masyarakat diminta tetap dirumah untuk mencegah penularan Covid-19.

Dampaknya pola konsumsi masyarakat berubah. Masyarakat yang terbiasa makan di restoran harus berubah dengan memasak sendiri makanan mereka agar lebih sehat.

Imbas perubahan pola konsumsi masyarakat paling ketara diprediksi terjadi pada daging sapi. Konsumsi daging per-kapita di tahun ini diperkirakan menurun ke titik paling rendah dalam sembilan tahun terakhir.

Penurunan sebesar 3 persen dari tahun lalu, memperlihatkan penurunan terbesar sejak tahun 2000 menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO).

Padahal menurut perkiraan data BAPPENAS pada tahun 2020, rumah tangga dengan pengeluaran bulanan lebih dari 2 juta rupiah dikatakan mengonsumsi 3 Kg daging sapi setiap bulannya.

Dari data yang dipublikasikan BAPPENAS dapat dilihat bahwa konsumsi daging sapi di Indonesia mempunyai nilai yang besar.

Pemerintah hampir setiap tahunnya mengadakan impor daging sapi. Sejalan dengan data BAPPENAS, angka konsumsi daging sapi yang dirilis Ditjen PKH (Peternakan dan Kesehatan Hewan) untuk tahun 2019 diperkirakan sekitar 687.271 ton sedangkan produksi daging sapi dari data rilisan BPS untuk tahun 2019 sekitar 490.420,77 ton.

Selisih antara nilai produksi dan konsumsi tersebut selanjutnya diisi oleh kuota impor daging sapi.

Kuota impor daging sapi terus naik sejak tahun 2016. Bahkan pada tahun 2019, impor daging sapi dialokasikan sebesar 291.980 ton. Menurut rencana awal, tahun 2020 pemerintah akan menambah kuota impor hingga sebanyak 300.000 ton.

Namun dengan adanya wabah pandemi ini, Dirjen PKH mencatat realisasi impor daging sapi/kerbau hingga Juli 2020 telah mencapai 68.125 ton.

Kementan mencatat bahwa stok ketersediaan daging sapi/kerbau sebanyak 121.080 ton dan sudah mencukupi kebutuhan daging sapi sebanyak 54.598 ton.

Dalam upaya memenuhi program swasembada daging sapi pada tahun 2026. Pemerintah melalui Kementrian Pertanian meluncurkan program yang diberi nama Sikomandan (Sapi dan Kerbau Komoditas Andalan Negeri).

Sikomandan merupakan program lanjutan dari program Upsup Siwap (Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kebau Bunting) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2017.

Program Sikomandan adalah upaya optimalisasi reproduksi ternak lewat program Transfer Embio (TE) dan Inseminasi Buatan (IB).

Salah satu hasil dari program inseminasi buatan adalah panen padet yang dilakukan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada bulan Agustus kemarin di Lombok Tengah, NTB.

Kegiatan panen padet ini membuktikan komitmen Kementan untuk mencapai swasembada daging sapi meskipun Indonesia sedang mengalami pandemi covid-19.

Menurut Dirjen PHK sampai tanggal 17 Mei 2020 terdapat peningkatan jumlah kebuntingan selama tahun 2020. Tercatat jumlah sapi yang bunting sebanyak 884.661 ekor atau mencapai 50.35% dari target 1.757.130 ekor untuk tahun 2020. Hasil ini merupakan kabar baik bagi evaluasi program sikomandan yang telah dijalankan sejak tahun 2019.

Kementan optimis dengan program program yang dirancangnya bahwa indonesia dapat mencapai swasembada daging sapi pada tahun 2026 meskipun kondisi pandemi saat ini tidak mudah untuk koordinasi. Untuk memastikan hal tersebut, Kementan akan meningkatkan koordinasi antara pusat, daerah dan peternak yang akan terus dilakukan jajarannya via daring.

nabila kharisma

Baca Juga