Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | indah rosidah
INVIGRAM (Blind Visual Venn Diagrams) (dok. pribadi)

“Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.” Seperti itulah bunyi dari Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1. Berdasarkan undang-undang tersebut, maka dapat diartikan bahwa setiap individu memiliki hak serta kewajiban hal pendidikan. Pendidikan tidak memandang ras, suku, golongan, kondisi fisik, kondisi mental, ataupun keyakinan dalam beragama. Apapun latar belakang manusia wajib untuk memperoleh pendidikan. Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah suatu wadah yang diperuntukan bagi seseorang yang memiliki keterbatasan khusus untuk mendapatkan haknya dalam berpendidikan.

Selama ini proses belajar mengajar SLB di Indonesia tidak jauh berbeda dengan sekolah yang diperuntukkan bagi siswa-siswi pada umumnya. Matematika adalah salah satu studi yang wajib dipelajari oleh para siswa-siswi di SLB. Meminggingat betapa pentingnya peran dan maanfaat dari studi matematika pada sektor kehidupan, seperti di rumah, di pekerjaan, dan di masyarakat. Seperti dalam proses jual-beli yang melibatkan penggunaan uang, maka secara otomatis konsep dan keterampilan dari matematika akan dilibatkan. Maka dari itu, keterampilan penggunaan konsep matematika harus dibelajarkan kepada setiap siswa, begitu juga siswa-siswa yang memiliki hambatan khusus.

Berdasarkan uraian diatas konsep dalam studi matematika tidak hanya membahas tentang jual-beli, melainkan terdapat banyak bahasan. Pembahasan mengenai materi himpunan merupakan salah satu pokok bahasan yang juga dapat berfungsi sebagai penunjang bagi siswa dalam menggunakan keterampilan matematika mereka. Namun sangat disayangkan, hingga saat ini belum ditemukan media pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk anak berkebutuhan khusus (tunanetra), sehingga penyampaian materi yang disampaikan kepada murid bahasan mengenai bab himpunan ini tidak begitu detail “ujar Bapak Atung, salah satu guru pengampuh mata pelajaran matematika di SMPLB-A YPAB Surabaya”.

Berangkat dari permasalahan tersebut kami memiliki suatu ide, yang mana ide tersebut berupa sebuah media pembelajaran simpel “Invigram” yang akan mempermudah guru dalam menjelaskan materi yang membahas tentang himpunan secara detail. Selain mempermudah guru dalam menyampaikan materi himpunan, melalui media pembelajaran Invigram, rasa menyenangkan dan semangat belajar pada diri siswa dapat dipastikan. Sebab dalam media pembelajaran Invigram juga dirancang sebagai media permainan.

Harapan dari adanya media pembelajaran Invigram ini adalah menjadi media pembelajaran yang dapat mempermudah tenanga pengajar (guru) dalam menjelaskan materi himpunan menjadi praktis serta mudah dipahami oleh para siswa. Bagi para siswa diharapkan mampu menyelesaikan seluruh persoalan yang berkaitan dengan himpunan.

Adapun manfaat dari media pembelajaran invigram yaitu sebagai sarana yang memudahkan tenaga pengajar (guru) pengampuh mata pelajaran matematika untuk mengajarkan kepada para siswa, karena menurut para guru media Invigram ini sangat mendukung pengindraan anak tuna netra yang sedang mempelajari materi diagram dan venn. Selain mempermudah seorang siswa dalam memahami materi diagram dan venn, melalui media pembelajaran Invigram siswa juga dapat melakukan sebuah permainan yang diperoleh dari konsep beberapa dadu.

Pemaparan terkait konsep media pembelajaran Invigram kepada pihak SMPLB-A YPAB Surabaya, dilaksanakan melalui workshop dengan dua kali pertemuan melalui via daring yakni zoom. Pada workshop yang pertama yakni memaparkan penjelasan terkait dengan konsep desain, cara pembuatan, dan manfaat dari pada media Invigram itu sendiri. Dan pada workshop yang kedua, dijelaskan pemaparan kepada pihak tenaga ajar (guru) SMPLB-A YPAB Surabaya tentang cara penggunaan media dan target adanya media pembelajaran Invigram.

indah rosidah