Meningkatnya Jumlah pasien positif covid-19 yang menyebabkan diberlakukannya kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan berdampak pada perekonomian Indonesia. Salah satunya produktivitas ekonomi yang masih terdampak menyebabkan kesulitan dalam pengelolaan modal usaha. Sumber pembiayaan ekonomi juga dipicu oleh kelangkaan.
Berbagai strategi pembiayaan ekonomi dilakukan oleh Pembiayaan Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) guna mendorong perbaikan ekonomi dan memulihkan kondisi pasar keuangan. Berikut 5 strategi yang digalakkan oleh DJPPR :
- Optimalisasi Sumber Pembiayaan Non Utang
- Fleksibilitas pinjaman tunai
- Penambahan Surat Berharga Negara
- Penerbitan Surat Berharga Negara Domestik melalui mekanisme pasar
- Dukungan dari Bank Indonesia
Berbagai cara dan strategi telah dilakukan oleh pemerintah. Stimulus fiskal dan kebijakan moneter terus dijalankan secara konsisten. Sementara itu, untuk jangka menengah dan jangka panjang, ekonomi memerlukan sumber pembiayaan alternatif. Sumber daya alternatif dimaksudkan untuk memenuhi sumber pembiayaan agar kontrak barang atau jasa yang telah disepakati tetap dapat dilaksanakan.
Dikutip dari website resmi Bank Indonesia, Pasar Keuangan memiliki peran strategis sebagai sumber pendanaan kegiatan ekonomi, media transmisi kebijakan moneter dan kebijakan fiskal hingga stabilitas keuangan. Pasar keuangan meliputi, pasar uang, pasar saham, pasar obligasi, pasar structured product, pasar valuta asing dan pasar keuangan syariah. Pasar keuangan memberikan nilai tambah bagi ekonomi secara keseluruhan melalui investasi. Dari berbagai negara maju, mayoritas kemajuannya ditopang oleh investasi, termasuk melalui pasar keuangan.
Wall Street, lembaga keuangan yang berada di Amerika Serikat, memiliki kekuatan ekonomi dan pasar keuang yang paling dalam di dunia. Menjadi cermin adikuasa ekonomi Amerika Serikat yang memberikan daya tarik bagi investor global untuk ikut serta mendukung ekonomi Amerika Serikat. Berkembangnya pasar keuangan dapat dilihat dari tingkat kedalaman pasar tersebut. Semakin dalam dan efisien pasar keuangan domestik, potensi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi semakin terbuka luas.
Hal itu dikarenakan pendalaman pasar keuangan berkorelasi positif dengan pendanaan ekonomi yang semakin efisien pula. Selain itu, kebijakan moneter, fiskal, dan stabilitas sistem keuangan juga dapat ditransmisikan dengan lebih baik melalui media pasar keuangan yang dalam. Indikator penting untuk mengukur efisiensi dan kedalaman pasar keuangan adalah tingkat likuiditas. Semakin mudah akses pelaku pasar terhadap likuiditas berarti semakin efisien dan dalam pasar keuangan tersebut. Volume transaksi harian, jumlah penerbit instrumen, dan pertambahan investor juga menjadi in dikator lain kedalaman pasar keuangan.
Keterbatasan di kala pandemi, telah menimbulkan ketergantungan ekonomi terhadap intervensi negara. Hal ini tidak boleh berlangsung lama karena akan membebani ekonomi jangka panjang. Sehingga, di samping perlunya mendongkrak produksi dan konsumsi guna menghindari kontraksi yang lebih dalam, tersedianya sumber pendanaan ekonomi yang berkelanjutan harus diperhatikan. Pasar keuangan berpotensi memberikan daya dorong tambahan bagi roda perekonomian.
Kegiatan investasi melalui pasar ke uangan dapat menjadi solusi alternatif pemulihan ekonomi dengan menjembatani kesenjangan pada permintaan agregat dan kelangkaan sumber pendanaan akibat pandemi Covid-19.
Peluang ini harus dimanfaatkan demi mencapai pengembangan pasar keuangan yang konsisten dengan visi “menuju Indonesia maju 2024.” Sejalan dengan visi Strategi Nasional Pengembangan dan Pendalaman Pasar Keuangan (SN-PPPK) 2018 – 2024, yaitu mendorong pencapaian karakteristik pasar keuangan yang dalam dan mampu bersaing di tingkat global, Bank Indonesia menyusun serta menerbitkan Blueprint Pengembangan Pasar Uang (BPPU) 2025.
Dikutip dari siaran pers, website resmi Bank Indonesia, Pada (14/12) Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia, menegaskan salah satu arah bauran kebijakan BI pada 2021 yang disampaikan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), bahwa Bank Indonesia mempercepat pendalaman pasar uang sesuai BPPU 2025 untuk memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter serta mendukung pembiayaan perekonomian nasional.
BPPU 2025 disusun oleh Bank Indonesia dalam rangka melengkapi keseluruhan inisiatif pengembangan pasar keuangan, khususnya pada pasar uang, yang telah disepakati dalam Strategi Nasional Pengembangan dan Pendalaman Pasar Keuangan (SN-PPPK).
Perry Warjiyo, Gubernur BI menyampaikan lima visi Blueprint Pengembangan Pasar Uang (BPPU). Pertama, membangun pasar uang modern dan maju untuk mendukung pembiayaan ekonomi nasional dan efektivitas transmisi kebijakan moneter serta stabilitas sistem keuangan.
Kedua, mengembangkan produk, pricing, dan pelaku pasar. Ketiga, memperkuat infrastruktur pasar uang yang andal, efisien, aman, dan terintegrasi. Keempat, mengembangkan data serta digitalisasi yang memiliki fitur granular, real-time, dan aman. Kelima, mewujudkan regulatory framework dengan karakteristik yang agile, industry-friendly, inovatif, dan memenuhi kaidah internasional.
Kelima visi ini dijabarkan lebih detail dalam tiga inisiatif utama akselerasi fase percepatan (2020 – 2022) dan fase pendalaman (2023 – 2024) hingga akhirnya mencapai kondisi ideal (desired state) yaitu pasar uang modern dan maju pada tahun 2025.
Inisiatif pertama, mendorong digitalisasi dan penguatan infrastruktur pasar keuangan. Inisiatif kedua, memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter yang dilakukan melalui pengembangan instrumen keuangan dan reformasi suku bunga acuan (benchmark rate), serta inisiatif ketiga, yaitu mengembangkan sumber pembiayaan ekonomi dan pengelolaan risiko.
Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan pasar yang pada akhirnya dapat mewujudkan pasar uang modern dan maju yang ditandai dengan iklim pasar uang yang dalam, inklusif, dan kontributif. Kondisi ini diharapkan mampu menjadikan pasar uang sebagai katalis penyedia sumber pembiayaan guna memenuhi kebutuhan pembangunan nasional. Melalui peran ini pasar uang dapat berkontribusi dalam mewujudkan visi besar nasional yaitu menuju Indonesia Maju.
Oleh: Sulis Rizkyka Nurcahyani/Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi 2018, Universitas Negeri Jakarta
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Rupiah Menguat ke Rp15.857 per Dolar AS, Analis Prediksi Terus Menguat Dampak Suku Bunga BI
-
"Gali Lubang Tutup Lubang", Cara Sri Mulyani Bayar Utang Jatuh Tempo Rp800 T di 2025
-
Bank Indonesia Dorong Literasi Ekonomi untuk Jakarta Global
-
MK Ubah UU Cipta Kerja: Apa Kabar Gaji Karyawan?
-
Investor Asing Bawa Kabur Uangnya Rp10,23 Triliun dari RI pada Pekan Ini
News
-
See To Wear 2024 Guncang Industri Fashion Lokal, Suguhkan Pengalaman Berbeda
-
Harumkan Indonesia! The Saint Angela Choir Bandung Juara Dunia World Choral Championship 2024
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Kampanyekan Gapapa Pakai Bekas, Bersaling Silang Ramaikan Pasar Wiguna
-
Sri Mulyani Naikkan PPN Menjadi 12%, Pengusaha Kritisi Kebijakan
Terkini
-
Makna Perjuangan yang Tak Kenal Lelah di Lagu Baru Jin BTS 'Running Wild', Sudah Dengarkan?
-
Ulasan Buku 'Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja', Bagikan Tips Jago Berkomunikasi
-
Puncak FFI 2024: Jatuh Cinta Seperti di Film-Film Sapu Bersih 7 Piala Citra
-
Polemik Bansos dan Kepentingan Politik: Ketika Bantuan Jadi Alat Kampanye
-
Ditanya soal Peluang Bela Timnas Indonesia, Ini Kata Miliano Jonathans