Scroll untuk membaca artikel
Tri Apriyani | Trismayarni Elen, SE., M.Si
event internasional MotoGP tahun 2021 di Mandalika, Lombok Tengah [antara]

Penonton MotoGP tanah air patut bahagia karena jika pandemi Covid-19 berakhir tahun ini maka mereka dapat menyaksikan langsung perhelatan MotoGP di sirkuit Mandalika yang berada di pulau Lombok-Nusa Tenggara Barat (NTB).

Berdasarkan situs resmi MotoGP bahwa sirkuit Mandalika masih masuk sirkuit cadangan. Namun, bila sirkuit Mandalika fix menjadi salah satu sirkuit untuk balapan musim ini maka kebahagiaan tidak hanya milik pecinta MotoGP namun masyarakat Lombok, NTB pada umumnya.

Dengan MotoGP maka harapan Lombok, NTB untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sektor wisata sangat mungkin terjadi. Namun bagaimana jika Mandalika belum terpilih tahun ini? Atau bagaimana MotoGP tahun 2021 masih tanpa penonton seperti tahun 2020?

Potensi Lain Wisata Lombok

Masih kental dalam ingatan kita ketika terjadi gempa besar yang mengguncang pulau Lombok pertengahan tahun 2018. Ekonomi di provinsi NTB begitu terpukul, butuh setahun untuk memulihkan aktifitas bisnis.

Di saat geliat ekonomi khususnya UMKM mulai terasa, dan tahun 2020 kembali terguncang karena Covid-19. Sehingga perlu terobosan yang besar untuk mengembalikan ekonomi masyarakat Lombok dan NTB secara keseluruhan, karena potensi pulau Lombok begitu besar terutama dari sektor wisata.

Bak mutiara yang terpendam, Lombok memiliki banyak wisata laut yang eksotis dengan keindahan alam bawah laut, pantai bersih, dan pasir putih. Masyarakat Lombok dan NTB pada umumnya pasti berharap pemerintah melalui Kemanparekraf memberi jalan lain agar pariwisata bisa perlahan bangkit tanpa harus menunggu MotoGP di tahun ini.

Mudahkan Jalur Keluar Masuk Wisatawan Nusantara

Sesuai data BPS di dalam katalog tahun 2019 nomer 8401009 tentang Statistik Wisatawan Nusantara (wisnus) bahwa wisnus yang berkunjung ke Lombok berjumlah 2.089.128 atau sebesar 97% dari total wisatawan baik wisnus dan wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk melalui Bandara Internasional Lombok (BIL). Sedangkan data wisman yang masuk melalui jalur laut tidak diketahui.

Tahap awal yang harus dilakukan pemerintah adalah memastikan jalur keluar masuk Lombok bisa dilalui pada saat ini khususnya bagi wisnus. Seperti, menginformasikan bagi masyarakat yang sudah mau dan mendapat vaksin maka boleh melakukan perjalan wisata ke luar daerah.

Bagi masyarakat yang masuk kategori tidak bisa divaksin maka surat apa yang harus dipegang untuk syarat bisa melakukan bepergian setelah masa PPKM berakhir. Dan diharapkan selanjutnya perjalanan antar provinsi sebaiknya tanpa harus rapid tes, rapid antigen atau swab PCR karena akan menambah biaya transportnya.

Namun, pemerintah bisa mengganti dengan syarat lain, misal menambahkan harga tiket baik menggunakan pesawat, kereta api atau bis Rp25.000-50.000 sebagai harga vitamin-vitamin yang bisa didapatkan ketika melakukan chek in baik melalui bandara, stasiun atau terminal.

Seperti kita ketahui bersama, angka kesembuhan akibat Covid-19 cukup tinggi. Sehingga vitamin yang diberikan tersebut yang dikonsumsi oleh penumpang diharapkan dapat meningkatkan imunitas selain untuk pencegahan.

Fasilitas Umum di Lokasi Wisata

Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan baik pemerintah daerah dan pusat adalah kelengkapan fasilitas umum juga toilet yang memadai. Toilet tidak hanya dibutuhkan di BIL saja. Seperti ketika Menparekraf bapak Sandiaga Uno mengunjungi Lombok tanggal 15 January dengan memamerkan toilet berskala internasional yang berada di BIL.

Mengingat wisata pantai masih menjadi tempat favorit yang dikunjungi wisnus dan wisman. Dengan pantai yang begitu bersih dan pasir putihnya maka wisatawan yang berkunjung sudah pasti ingin bermain dan berenang di pantai tersebut. Dan membutuhkan tempat mandi dan juga toilet yang layak untuk membersihkan badan.

Serta di destinasi wisata pantai harus menyediakan tempat berwudhu yang tertutup bagi wisatawan muslimah, karena Lombok dikenal juga dengan destinasi wisata halal nya.

Jadikan Kota Mataram Pusat Kuliner dan Souvenir

Melansir dari kanal Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi tahun 2019 bahwa Lombok merupakan salah satu Destinasi Halal Prioritas Nasional.

Namun, sayangnya jika dilihat dari data BPS Statistik Wisnus, NTB masih masuk urutan ke-21 dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia dari jumlah kunjungan wisnus. Sehingga harus memiliki terobosan untuk bisa menyedot jumlah wisnus khususnya dengan destinasi halalnya.

Mataram bisa sebagai pusat budaya, kuliner dan souvenir bagi wisnus dan wisman. Dengan adanya Masjid Hubbul Wathan Islamic Center yang berada di kota Mataram maka menjadi tempat menarik untuk dikunjungi wisatawan muslim. Jika wisatawan yang datang dan pulang melalui BIL dan menginap di wilayah Senggigi atau wilayah Lombok Utara bisa mampir ke Mataram.

Mengingat, sejak bandar udara pindah ke Lombok Tengah maka kota Mataram perlahan berkurang daya tariknya bagi para wisawatan.

Untuk lebih meningkatkan bisnis di kota Mataram, maka sepanjang jalan Udayana, Mataram bisa dibuat bangunan semi permanen untuk para pedagang UMKM sebagai pusat kuliner dan souvenir. Kuliner untuk disantap di tempat serta oleh-oleh.

Atau pasar Cakranegara yang juga dijadikan pusat dan pasar kuliner serta oleh-oleh. Seperti halnya di Los Lambuang, yang berada di kawasan Pasar Lereng, Bukittinggi, terdapat pusat masakan khas Minang dan pasar oleh-oleh yang diisi penjual-penjual berskala UMKM dengan produk yang beraneka ragam dan menjadi salah satu destinasi wisata.

Meningkatkan Kreativitas Kuliner Lombok

Banyak masyarakat Indonesia adalah pecinta kuliner bercitarasa pedas. Dan Lombok memiliki berbagai macam masakan pedas, seperti ayam taliwang, plecing kangkung, beberuq, sate tanjung, sate bulayak dan sate rembige.

Sayangnya Lombok belum memiliki aneka masakan khas Lombok yang bisa dijadikan oleh-oleh. Selama ini khususnya seperti ayam taliwang, lebih dikenal dengan kuliner yang disantap di tempat.

Selain itu, kuliner dari hasil laut pun juga harus terus ditingkatkan, karena Lombok, NTB yang dikelilingi lautan sangat disayangkan jika tidak mengembangkan produksi kuliner tradisional khas Lombok berbahan dasar seperti ikan laut.

Pelaku usaha khususnya UMKM asli daerah perlu pendampingan dan pembinaan bagaimana membuat kuliner-kuliner tradisional baik masakan juga makanan ringan dengan kreatifitas rasa dan kemasan yang bisa dijadikan oleh-oleh.

Sehingga perlu peran dari pemerintah pusat khususnya agar mendapatkan investor bagi pelaku UMKM di Lombok untuk bisa meningkatkan skill dan menyiapkan infrastruktur untuk meningkatkan produksi kuliner khas Lombok khususnya.

Semoga kuliner asli Lombok semakin dikenal masyarakat Indonesia melalui wisnus yang berkunjung ke Lombok. Seperti halnya di Jogja dengan gudeg yang bisa dijadikan oleh-oleh dari kemasan besek (anyaman bambu) hingga yang dikemas dalam kaleng.

Oleh: Trismayarni Elen / Praktisi dan Akademisi Akuntan, Pemerhati Bisnis dan Keuangan UMKM

Trismayarni Elen, SE., M.Si