Pembelajaran secara daring telah diterapkan selama kurang lebih satu tahun, hal itu dilakukan untuk menekan angka penularan virus Covid-19 yang berasal dari China tepatnya, Wuhan.
Sampai hari ini pun, pelajar di indonesia masih melakukan sistem belajar secara daring walaupun sebagian ada yang melakukan pembelajaran di sekolah, itu pun harus dibatasi dan harus sesuai dengan protokol kesehatan dari pemerintah.
Untuk sebagian orang yang tinggal di pinggiran kota ataupun di pelosok desa dengan jangkauan internet yang kurang memadai, mereka sangat kesulitan untuk mendapatkan sinyal. Biasanya, mereka harus pergi ke suatu titik agar bisa mendapatkan sinyal.
Teman saya, contohnya. Dia tinggal di Nusa Tenggara Barat tepatnya kota Bima. Saban hari, dia harus pergi ke sawah untuk mencari sinyal agar bisa mengikuti pembelajaran secara daring. Tidak jarang koneksinya terputus di tengah pelajaran yang sedang berlangsung.
Saat ada kelas malam pun, dia kesulitan untuk mengikuti kelas tersebut dikarenakan harus pergi ke sawah untuk mendapatkan sinyal. Tidak hanya itu, jalan yang ia tempuh untuk menuju ke sawah tidaklah mudah untuk dilalui.
Pembelajaran secara daring harus menggunakan kuota internet yang tidak semua orang mampu untuk membelinya. Walau pemerintah telah memberikan kuota gratis kepada seluruh pelajar di indonesia, nyatanya kuota tersebut tidak dibagikan secara merata dan masih banyak pelajar yang tidak mendapatkan kuota gratis tersebut.
Ada juga pelajar yang bahkan tidak memiliki smartphone untuk mengikuti pelajaran secara daring. Buntutnya, dia mau tidak mau harus pergi kerumah tetangga atau sanak saudara untuk meminjam smartphone.
Belajar secara daring juga menurut saya kurang efektif, karena bisa saja murid tidak memperhatikan materi yang sedang dijelaskan. Bahkan, tidak jarang mereka tertidur pada saat pelajaran sedang berlangsung. Dengan begitu, mereka jadi kurang memahami materi yang diberikan oleh guru atau dosen.
Walaupun begitu kita hanya bisa berharap agar pandemi virus Covid-19 ini bisa cepat berakhir supaya kita bisa melakukan aktivitas seperti biasa.
Artikel Terkait
-
Pentingnya Pembangunan Berbasis Aglomerasi untuk Gerakkan Ekonomi Kawasan
-
Wamendagri Bima Tinjau Lokasi Banjir di Solok, Pastikan Pendataan Akurat dan Pemulihan Cepat
-
Wamendagri Bima Tinjau Posko Bencana di Kota Solok: Tekankan Koordinasi dan Gerak Cepat Pemerintah
-
Angka Kasus Korupsi Kades Capai 489, Wamendagri: Ini Catatan Serius
-
Ariana Grande Idap Salah Satu Virus Mematikan, Mendadak Batal Hadiri Acara
News
-
Pikir Dua Kali Sebelum Menebang Pohon, Ini 5 Dampak yang Sering Diabaikan
-
Eks Menpora Beberkan Alasan Cerai, Bukan karena Davina Karamoy?
-
Mulai dari Rumah, Inilah 7 Cara Sederhana Menerapkan Green Living
-
Buntut Dokumenter Kontroversial, Trump Tuntut BBC Ganti Rugi Miliaran Dolar
-
Kawula17 Dorong Orang Muda Aktif Mengawal Kebijakan Iklim
Terkini
-
Hemat Waktu dan Tenaga, Ini 7 Cara Efektif Membersihkan Rumah
-
4 Cleanser Korea dengan Kandungan Yuja untuk Wajah Sehat dan Glowing
-
Menopause Bukan Akhir, tapi Transisi yang Butuh Dukungan
-
Rilis Trailer, Film Alas Roban Kisahkan Teror Mistis di Hutan Angker
-
Totalitas Tanpa Batas: Deretan Aktor yang Rela Ubah Penampilan Demi Peran