Game mobile di indonesia memang sangat populer di semua kalangan terutama game free fire dan PUBG. Belum lama ini, media sosial digemparkan terkait isu game free fire dan PUBG yang akan diblokir.
Bupati Mukomuko Sapuan meminta kepada Menteri Komunikasi dan Informatika supaya situs dan aplikasi game online diblokir karena dinilai memberi dampak negatif pada anak. Banyak anak dinilai membangkang kepada orang tuanya karena kecanduan main game, bahkan banyak anak-anak yang mencuri uang orang tuanya untuk top up diamond.
Selama pandemi Covid-19, anak-anak menjadi semakin kecanduan untuk bermain game online. Bukannya digunakan untuk belajar, justru ponsel dan kuota malah digunakan untuk bermain game.
Permintaan yang diberikan Sapuan sebagai bentuk respon dari banyaknya laporan masyarakat yang mengeluh. Menanggapi permohonan tersebut, Dedy Permadi selaku juru bicara kemenkominfo mengatakan pihaknya akan memproses dan mempertimbangkan semua keluhan yang telah masuk.
Semua permintaan pemblokiran harus dilakukan dengan hati-hati karena ini akan berlaku untuk nasional, mengingat banyaknya prestasi anak muda dibidang e-sport.
Para orang tua ingin anaknya belajar dengan sungguh-sungguh agar kelak mereka bisa meraih apa yang diimpikan, tetapi mereka mengeluh karena anaknya setiap hari hanya bermain game online seperti free fire dan PUBG.
Seharusnya para orang tua lebih memperhatikan dan membagi waktu anak-anaknya saat bermain gadget, jangan sampai anak-anak kecanduan bermain game. Karena itu, orang tua harus mengatur dan membagi waktu anak supaya mereka tahu kapan saatnya main gadget dan kapan saatnya belajar, dengan begitu lama kelamaan anak-anak akan terbiasa.
Game online juga tidak selamanya memberi dampak negatif kepada anak. Mungkin dari bermain game tersebut, mereka bisa menjadi pemain profesional dan bergabung di pertandingan esport internasional. Pasalnya, di era kekinian, banyak sekali platform untuk meraih kesuksesan.
Sayang, kebanyakan para orang tua tidak paham dan tetap memaksa anaknya untuk belajar terus menerus yang secara tidak langsung membuat mereka merasa dikekang dan bisa saja membuat mereka depresi, sehingga mereka melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
Dengan begitu, para orang tua sebaiknya memberikan edukasi dan membatasi anak untuk bermain gadget sedari dini agar tidak menyesal di kemudian hari.
Artikel Terkait
-
Top Up Game Online Tanpa Bayar! Saldo DANA Gratis Hari Ini Punya Nominal yang Cukup Besar
-
Dedi Mulyadi Mau Batasi Game Online lewat PP, Hanya Bisa Diakses untuk Esports
-
Menakar Peluang Indonesia di Kancah Internasional Free Fire
-
Esports dan Masa Depan Anak Muda, Ketika Game Menjadi Cita-cita Serius
-
Generasi Layar, Ketika Game Online Mengganti Dunia Nyata
News
-
7 Rekomendasi Cushion Minim Oksidasi, Ringan dan Awet Sepanjang Hari
-
Bahas Evaluasi Formatif, Dr. Elfis Isi Kuliah Umum di UIN Bukittinggi
-
Tiga Pilar Kedamaian: Solusi Atasi Emosi di Lapas Narkotika Muara Sabak
-
Balap Liar Bukan Tren Keren: Psikologi UNJA Ajak Siswa Buka Mata dan Hati
-
MIMPI di Belantara Jambi: Mahasiswa Ubah Harapan Masyarakat Suku Anak Dalam
Terkini
-
Sinopsis Film How to Train Your Dragon (2025), Kisah Pertemanan Manusia dan Naga
-
Review Series The King of Pigs, Kisah Balas Dendam dari Luka yang Terpendam
-
Review Film The Winter Lake: Ketika Rahasia Mengapung ke Permukaan
-
ATEEZ Maknai Cinta sebagai Proses Saling Menerima dalam Lagu Time of Love
-
Film Roman Dendam: Balas Dendam Luka Lama yang Menyingkap Konspirasi Besar