Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Budi Prathama
Foto UMKM minyak Mandar di kabupaten Majene. (Dok.pribadi/@budi.prathama)

Pelaku Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) di Lingkungan Layonga dan Kampung Baru, Kelurahan Labuang Utara, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, mengungkap masih sangat membutuhkan perhatian pemerintah terkait sarana prasarana dan peningkatan kemasan bermutu usaha minyak Mandar.

Hal itu disampaikan oleh Badaeni salah satu pelaku UMKM minyak Mandar di Kelurahan Labuang Utara kepada penulis, Selasa, (18/1/2022).

Badaeni dari kelompok "Minna' Mandar Asli" menyebutkan masih sangat terbatas sarana dan prasarana, serta skill untuk pembuatan kemasan minyak Mandar yang bernilai dan bermutu.

"Kami menginginkan adanya pelatihan dari pemerintah untuk peningkatan kemasan yang baik terhadap minyak Mandar yang kami buat," ujarnya.

Sosok Badaeni yang sudah menekuni usaha minyak Mandar berjalan sekitar kurang lebih 30 tahun. Ia tampak masih semangat menjalankan usahanya dengan sarana prasarana sangat sederhana, dan tenaga yang masih manual.

Namun, ia berharap pemerintah setempat dapat mengembangkan usahanya itu sebagai produk lokal dan dapat diekspos ke luar.

Selain itu, ia juga menceritakan kendala ketika  terjadi hujan karena wadah pembuatan minyak ditempati sudah kemasukan air saat terjadi hujan.

"Kami biasa berhenti kalau hujan, karena airnya masuk di tempat kami akibat tendanya sudah bocor," ungkapnya.

"Kami membuat tempat ini hanya modal pribadi kami saja," lanjutnya kepada penulis. 

Sebelumnya, Badaeni pernah mengikuti pelatihan dari Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perdagangan dan Perindustrian (Diskoperindag) Kabupaten Majene. Namun, pelatihannya hanya sebatas cara pembuatan minyak kelapa saja.

"Ya, pelatihannya hanya itu-itu saja, tidak ada pelatihan cara pembuatan kemasan yang baik, dan juga sudah sekitar tiga tahun ini tidak ada lagi pelatihan," ujarnya.

Hal serupa yang juga disampaikan oleh Sumarni dari kelompok "Sirannuang" di lingkungan Kampung Baru, bahwa ia masih menggunakan tenaga manual dan butuh bantuan pemerintah berupa mesin serta peralatan modern lainnya.

"Kami sekarang sudah butuh bantuan mesin dan kemasan minyak yang lebih bagus," ungkap Sumarni saat di lokasi pembuatan minyak.

Untuk sekarang harga minyak Mandar masih berjalan normal dengan harga Rp 150.000/jergen, tergantung dari harga kelapa yang ia belikan.

"Kalau kelapanya lagi murah, kami biasa jualkan paling rendah Rp. 130.000 satu jergen, tapi sekarang sudah Rp. 150.000 lagi," katanya.

Untuk harga kelapa yang ia belikan sekarang Rp.300.000/buah, dan biasanya dalam sehari mampu memproduksi 200 buah kelapa.

Budi Prathama