Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Dea Nabila Putri
Ilustrasi Travel Bubble (unsplash.com)

Kota Batam terkenal memiliki jarak terdekat dengan negara tetangga, Singapura. Tak hanya itu, Batam menyimpan banyak kenangan tentang kebudayaan khas Melayu, yang membuatnya menjadi salah satu kota budaya dengan berbagai sejarah dari berbagai dinasti. Salah satu sektor yang menjadikan Batam sebagai salah satu kota industri terbesar di Indonesia adalah pariwisata. Keindahan alam yang ditawarkan serta pesona pulau yang menyejukkan mata membuat kota ini menjadi kota kenangan bagi banyak orang. Namun, sejak terjadinya pandemi pariwisata di Batam mulai menurun dalam persentase angka pengunjung. Akses turis mancanegara yang biasanya melalui pelabuhan internasional disana harus dibatasi bahkan ditutup selama hampir 2 tahun ini. Hal tersebut juga membuat pemerintah Kota Batam memutar otak untuk mengembalikan dunia perekonomian di bidang pariwisata Batam. 

Begitupun pemerintah Indonesia. Setelah penggalakan gerakan work from Bali beberapa bulan yang lalu, kali ini Pulau Batam menjadi fokus pemerintah demi memajukan kembali dunia pariwisata. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, tiba di Bintan pada Senin (24/01/2021) lalu untuk melakukan pembahasan tentang hubungan bilateral antara Indonesia Singapura melalui PM Singapura Lee Hsien Loong. Pembahasan antara kedua negara ini mengutamakan pembahasan tentang peresmian Travel Bubble Batam Bintan Singapura (BB-S) yang sudah berlaku sejak 24 Januari lalu.

Travel bubble adalah kebijakan yang dicanangkan untuk tidak memberlakukan karantina atau isolasi dalam kunjungan negara tertentu. Travel bubble ini juga membuat suatu ekosistem baru dimana saat beberapa negara sepakat untuk memberlakukannya, itu berarti mereka menerima kunjungan negara yang menyepakati pengadaan travel bubble dan menutup semua akses negara yang tidak terdapat dalam kesepakatan. 

Negara-negara yang diizinkan untuk melakukan travel bubble harus tetap menjalankan protokol kesehatan dan menyediakan fasilitas kesehatan yang baik untuk para pelancong. Beberapa syarat lain seperti pemberlakuan tes PCR, pendaftaran pelancong dalam asuransi kesehatan, serta faskes yang memadai juga menjadi fokus utama untuk pemberlakuan travel bubble ini.

Travel Bubble BB-S diharapkan bisa menjadi tonggak bangkitnya pariwisata antara Indonesia dan Singapura setelah hampir 2 tahun ini terisolasi di pariwisata masing-masing. Pemberlakuan BB-S ini diberlakukan sejak keluarnya Surat Edaran Satuan Tugas Penanganan COVID-19 No 3 Tahun 2022 pada 24 Januari 2022 kemarin hingga pengumuman selanjutnya. 

Mari kita bersama-sama doakan hal ini akan menjadi hal baik ke depannya demi memajukan perekonomian pariwisata di Indonesia.

Dea Nabila Putri