Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Rozi Rista Aga Zidna
Ilustrasi sedang berkhutbah Idul Fitri (Pixabay.com/mufidpwt)

Waktu yang terus bergulir, tak terasa telah membawa kita ke pengujung bulan suci Ramadan. Sebentar lagi akan ramai terdengar di telinga kita, "Selamat tinggal Ramadan, selamat datang Syawal." Kemunculan bulan Syawal sudah tinggal menunggu hitungan jam. Gemuruh takbir akan segera berkumandang dari pengeras suara masjid dan musala di berbagai daerah. Kaum muslimin akan menyambut hari kemenangan dengan riang gembira.

Pagi harinya, umat Islam akan gelar salat Idul Fitri di masjid-masjid dan lapangan-lapangan sebanyak dua rakaat. Pada rakaat pertama, imam yang memimpin salat Idul Fitri akan bertakbiratul ihram tujuh kali, sedangkan rakaat kedua akan bertakbiratul ihram sebanyak lima kali. Dan setelah itu, baru sang khatib berdiri membacakan khutbah.

Khutbah biasanya dibaca oleh tokoh-tokoh agama, atau orang yang berkompeten dalam masalah agama. Ada juga masyarakat yang ingin memunculkan tokoh-tokoh muda guna menjaring generasi. Di sinilah, santri sebagai cikal bakal tokoh-tokoh agama mulai diorbitkan.

Pada video ini, menayangkan tipe-tipe santri saat ditunjuk sebagai khatib untuk membacakan khutbah pada pelaksanaan salat Idul Fitri. Video yang diunggah oleh @dagelansantri pada Sabtu (30/04/2022) ini, memperagakan beberapa respons santri ketika disuruh menjadi khatib Idul Fitri.

Tipe pertama, si santri langsung mau saat disuruh menjadi khatib. Hal ini sebagai tanda pembuktian bahwa dia di pesantren betul-betul mengaji dan belajar ilmu agama, termasuk belajar ilmu membaca khutbah, serta ilmu tampil berani di muka umum.

Tipe kedua, menolak secara halus dengan berpura-pura mendahulukan tokoh agama setempat. Sikap ini biasanya mengandung dua kemungkinan. Antara sifat tawadhu (rendah hati) atau memang belum siap untuk maju.

Tipe-tipe santri saat disuruh khutbah Idul Fitri

Tangkapan layar santri seolah sedang berkhutbah (Instagram/@dagelansantri)

Tipe ketiga, malas berkhutbah tetapi lebih memilih memimpin takbiran. Tipe ini biasanya dia merupakan seorang santri yang kurang mendalami ilmu agama atau bekal ilmu agama yang didapat belum cukup sehingga merasa belum pantas berdiri membacakan khutbah di depan para jamaah salat Idul Fitri. Dia justru lebih memilih memimpin takbiran sebagai pengganti dari menjadi khatib.

Tipe keempat, datang telat biar tidak disuruh-suruh. Biasanya santri dengan tipe demikian adalah santri yang mudah grogi tampil di muka publik. Dia biasanya pura-pura buang hajat, berlama-lama di toilet, sehingga datang terlambat ke masjid. Sampai di masjid, salat Idul Fitri sudah dimulai, dan dia sementara aman dari tugas imam atau khatib.

Video ini telah ditonton sebanyak 1000 tayangan dan mendapat 806 tanda suka. Beragam komentar dari warganet juga membanjiri kolom komentar video ini.

"Hehehe... datang telat cari aman," jawab warganet atas pertanyaan admin (Kalian termasuk yang mana?).

"Yang terakhir sih," jawab lainnya.

"Datang telat tapi akhirnya pas takbiran nunggu sampai pagi," ujar yang lain.

Link video: https://www.instagram.com/reel/Cc-dVUSldaq/?igshid=MDJmNzVkMjY=

Rozi Rista Aga Zidna