Kemajuan era globalisasi tak selamanya menguntungkan untuk budaya Indonesia terus mendunia. Ada produk budaya Indonesia yang lambat tahun tergerus oleh budaya baru dari luar negeri. Salah satunya, eksistensi batik yang semakin meredup ketika pandemi Covid-19 melanda sejak 3 tahun lalu. Melansir dari berbagai sumber, Asosiasi Pengrajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) menyatakan bahwa jumlah pengrajin batik di Indonesia mengalami penurunan sebanyak 75 persen atau 113.742 orang. Dari jumlah keseluruhan pengrajin sebanyak 151.656 orang pada tahun 2021.
Seperti yang kita tahu, batik merupakan kain yang dilukis menggunakan canting khusus dengan motif flora atau fauna. Keunikan dalam melukis di atas kain menjadikan batik sebagai karya seni yang bernilai tinggi. Di mana pada tahun 2009 batik menjadi warisan budaya Indonesia yang diakui oleh UNESCO.
Hampir seluruh kota di Indonesia pasti memiliki motif batik sendiri yang menggambarkan keunikan alam dan kehidupan masyarakatnya. Contohnya batik kerang dari Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Motif batik kerang khas Situbondo menggambarkan keberadaan wisata pantai dan budidaya perikanan yang pesat.
Batik Kerang Situbondo
Lalu, bagaimana jika motif-motif dalam batik dilukis di dinding tembok? Apakah seni tersebut masih bisa dikatakan sebagai seni batik? Tentu saja itu tetaplah seni batik yang kita ketahui. Hanya saja mural bisa menjadi sarana baru untuk melestarikan batik agar tetap eksis di masyarakat. Seperti di Situbondo yang menjadikan mural sebagai upaya melestarikan batik khas Situbondo. Di mana sejak tahun 2017 lalu gedung pemerintahan bagian luar dan beberapa fasilitas publik seperti sekolah dan rumah sakit dilukis motif batik khas Situbondo.
Gedung Pemerintahan KPU Kabupaten Situbondo
Dengan demikian, batik tidak hanya dilestarikan dalam bentuk kain yang dipakai tetapi seni lukis yang bisa dinikmati secara visual. Selain itu, mural batik bisa menjadi potensi baru untuk industri wisata kreatif. Contohnya seperti kampung warna–warni yang terletak di kota Malang. Di mana tempat wisata tersebut merupakan pemukiman penduduk yang di cat dengan beragam warna. Apabila kota lain bisa menirukannya melalui seni mural batik. Ada beberapa manfaat positif yang bisa diperoleh di antaranya seperti berikut.
Pertama, budaya batik akan dipelajari kembali oleh masyarakat. Seni batik dan mural merupakan dua seni yang berbeda. Di mana batik dilukis di atas kain menggunakan cairan lilin khusus. Sedangkan mural dilukis di dinding menggunakan cat tembok. Oleh karena itu, dalam pembuatan mural batik harus melibatkan seorang seniman mural.
Dengan demikian, seniman mural akan melakukan research terkait motif-motif batik yang akan dilukis di dinding tembok. Selain itu, masyarakat yang berkunjung ke tempat mural batik akan memperoleh edukasi tentang jenis-jenis batik dari nusantara. Itu merupakan suatu dampak positif karena budaya batik akan dipelajari kembali dari aktivitas tersebut.
Kedua, meningkatkan industri batik dan perekonomian masyarakat. Seandainya daerah pengrajin batik menjadi tempat wisata seperti kampung warna-warni. Itu akan membawa dampak positif untuk penjualan batik khas tersebut. Karena wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata biasanya memiliki kebiasaan untuk membeli souvenir untuk oleh-oleh.
Selain itu, penduduk nonpengrajin batik bisa memulai bisnis food and beverage untuk menunjang kebutuhan wisatawan yang berkunjung. Dengan demikian, perekenomian masyarakat akan terangkat dengan adanya wisata baru seperti itu.
Baca Juga
-
3 Tips Lancar Sidang Skripsi, Dijamin Dapat Grade A
-
3 Keuntungan Mengikuti Program Magang MSIB KEMENDIKBUDRISTEK, Auto Daftar!
-
5 Variety Show Korea Paling Seru yang Wajib Ditonton Penggemar K-Pop dan K-Drama
-
3 Sumber Penghasilan Idol K-Pop yang Bikin Hidupnya Mewah, 'Dihidupi' Fans?
-
Petik Laut: Tradisi Tahunan Nelayan Pesisir Situbondo
Artikel Terkait
-
Aplikasi Naratik Manfaatkan Teknologi AI, Mampu Identifikasi Jenis Batik
-
Mengenal Akeyla Naraya, Gadis Cilik yang Mengenalkan Batik Karawang ke Luar Negeri
-
Soroti Tragedi Kanjuruhan, Peneliti Budaya Fans Sepakbola Fajar Junaedi: Sengkarut dari Berbagai Aspek
-
Peragaan Busana Batik dengan Catwalk Terpanjang di CFD Raih Penghargaan MURI
-
Fashion Show 35.000 Kaki, Awak Kabin Batik Air Peragakan Outfit Bercorak Batik Daerah
News
-
Antusiasme Hangat untuk Musikal Untuk Perempuan: Tiga Pertunjukan Sold Out, Ratusan Hati Tersentuh
-
Haru! Pelepasan Siswa Kelas XII SMAN 1 Kalidawir Berjalan Khidmat
-
Kemenag Karanganyar Borong Juara dalam Ajang Penyuluh Agama Islam Award Jateng 2025
-
Bekali Dosen dengan Pelatihan AI, SCU Perkuat Literasi Digital dan Riset di Era Kecerdasan Buatan
-
Mahasiswa Psikologi UNJA Tanggapi Darurat Pelecehan Seksual Lewat MindTalks
Terkini
-
Asnawi Comeback ke Timnas, Undur Diri dari Tim ASEAN All Stars Bakal Jadi Kenyataan?
-
Film Audrey's Children, Kisah di Balik Terobosan Pengobatan Kanker Anak
-
Mau Gaya Manis Tapi Tetep Chic? Coba 5 Hairdo Gemas ala Zhang Miao Yi!
-
Ulasan Novel The Pram: Teror Kereta Bayi Tua yang Menghantui
-
5 Karakter Kuat One Piece yang Diremehkan Monkey D. Luffy, Jadinya Kalah!